Apa itu Stock Split? Ini Alasan Perusahan Pecah Harga Saham
- Perbankan plat merah dengan kode emiten BBNI melakukan stock split saham dengan rasio pemecahan 1:2.
Perbankan
JAKARTA - Stock split, atau pemecahan saham, adalah suatu proses di mana perusahaan memutuskan untuk membagi saham yang ada menjadi sejumlah yang lebih besar, dengan harga per saham yang lebih rendah. Tujuan utama dari stock split adalah membuat saham lebih terjangkau bagi investor tanpa memengaruhi nilai total perusahaan.
Konsep stock split pertama kali muncul pada abad ke-20. Pada masa itu, beberapa perusahaan mulai membagi saham mereka untuk membuatnya lebih terjangkau bagi investor. Langkah ini muncul sebagai respons terhadap pertumbuhan perusahaan dan peningkatan nilai saham yang membuatnya sulit diakses oleh investor ritel.
Mekanisme stock split melibatkan pengumuman rasio pemecahan, seperti 1:2 atau 1:3. Sebagai contoh, dalam kasus stock split 1-2, setiap pemegang saham akan menerima dua saham baru untuk setiap saham yang dimiliki sebelumnya. Harga saham juga akan disesuaikan secara proporsional, sehingga harga per saham setelah split lebih rendah.
- Bank Mandiri Kucurkan Kredit Usaha Kecil Rp996,86 Triliun per Agustus 2023
- Kembangkan Industri Pertahanan, Indonesia Jajaki Kemitraan dengan Perusahaan Prancis
- Bank Mandiri Lepas 20 Persen Saham di AXA Insurance, Ada Apa?
Stock split memiliki beberapa alasan di balik implementasinya. Pertama, ini meningkatkan aksesibilitas saham bagi investor ritel dengan membuat harga saham lebih terjangkau. Kedua, stock split sering dianggap sebagai tanda positif oleh investor, menciptakan persepsi pertumbuhan dan keberlanjutan yang baik.
Konsep stock split pertama kali muncul pada abad ke-20. Pada masa itu, beberapa perusahaan mulai membagi saham untuk membuatnya lebih terjangkau bagi investor. Langkah ini muncul sebagai respons terhadap pertumbuhan perusahaan dan peningkatan nilai saham yang membuatnya sulit diakses oleh investor ritel.
Contoh Teranyar
Perusahaan yang baru saja melalukan stock split saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Lembaga perbankan plat merah dengan kode emiten BBNI melakukan stock split saham dengan rasio pemecahan 1:2.
Mengutip keterbukaan informasi, BEI telah menetapkan penyesuaian harga teoritis, jumlah saham hasil stock split, dan perubahan parameter saham BBNI dalam Jakarta Automated Trading System (JATS) yang telah dilaksanakan Jumat, 6 Oktober 2023.
Sebagai informasi, JATS adalah sistem perdagangan efek yang berlaku di bursa untuk perdagangan yang dilakukan secara otomasi dengan menggunakan sarana komputer. Adapun harga saham BBNI pada saat akhir cum di pasar reguler 5 Oktober 2023, tercatat berada di harga Rp10.375 per saham.
Maka mulai tanggal 06 Oktober 2023, setelah dilaksanannya stock split, harga teoritis saham BBNI yang dicantumkan di JATS untuk Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi telah disesuaikan dengan fraksi harga menjadi Rp5.200.
Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo menyatakan rasa terima kasih terhadap antusiasme tinggi investor terhadap saham BBNI saat ini. Pasalnya, saham perseroan telah mengalami peningkatan sebesar 12% sejak awal tahun 2023 (year to date), bahkan mencapai puncak harga Rp 10.500.
“Kami harap harga baru ini menjadi insentif bagi investor khususnya investor muda untuk mempercayakan investasinya ke saham BNI," ungkap Okky dalam keterbukaan informasi BEI.
Alasan BBNI Stock Split
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menyatakan, pelaksanaan stock split ini merupakan komitmen perseroan untuk terus berpartisipasi dalam mendorong perkembangan pasar modal di Tanah Air.
"Saat ini, kami melihat saham BBNI masih menjadi pilihan investasi yang layak, karena dari segi valuasi, rasio price to book value (PBV) BBNI masih berada di kisaran 1,2 kali, yang sangat menarik jika dibandingkan dengan perusahaan perbankan lain yang PBV-nya sudah melebihi 2 kali," ujar Royke di Jakarta beberapa waktu lalu.
PBV BBNI saat ini masih di bawah rata-rata sepuluh tahun terakhir, yaitu mencapai 1,4 kali. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa saham perseroan dinilai lebih rendah daripada seharusnya. Sementara itu, program transformasi yang difokuskan pada penguatan fundamental terus berlangsung dan memberikan dampak positif.
Hal itu termanifestasi melalui peningkatan modal, perubahan portofolio ke nasabah blue chip, kualitas aset yang sehat yang tercermin dari penurunan rasio NPL dan credit cost, serta pertumbuhan profitabilitas yang positif. Perkembangan ini diyakini akan memastikan bahwa perusahaan dapat terus mencatatkan peningkatan Return on Equity (ROE) yang berkelanjutan di masa depan.
Royke merincikan, pada bulan Juni 2023, ROE perseroan tercatat sebesar 15,3%. Dengan target jangka panjang untuk mencapai ROE sebesar 18% pada tahun 2025, PBV memiliki potensi untuk terus meningkat ke depan.
Bahkan, saat ini, analis pasar modal sepakat untuk menetapkan nilai wajar saham BBNI sekitar Rp11.393 per lembar, setara dengan market cap sekitar Rp212,5 triliun atau tumbuh sebanyak 20% dari market cap BNI saat ini yang mencapai Rp176,7 triliun.
Royke berharap, melalui aksi korporasi stock split, likuiditas saham BBNI diharapkan akan semakin meningkat dan dapat menarik minat investor ritel, khususnya investor muda. Hal ini karena harga saham menjadi lebih terjangkau, dan porsi kepemilikan saham menjadi lebih besar.
"Kami berharap langkah ini dapat diapresiasi oleh para investor. BNI tetap berkomitmen untuk terus mencatat kinerja keuangan yang meningkat dan berkelanjutan dalam jangka panjang," ujar Royke