
Apa itu Tren de Aragua? Gangster yang Dideportasi Massal Donald Trump
- Pemerintah AS tidak mengungkap identitas para deportan atau menyajikan bukti bahwa mereka merupakan anggota geng atau telah melakukan kejahatan di AS.
Dunia
JAKARTA – Tren de Aragua atau TdA adalah geng asal Venezuela yang menjadi sasaran dalam deportasi massal terbaru yang dilakukan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Pada Sabtu (15/3), Trump mengaktifkan Alien Enemies Act yang disahkan pada 1798, menandai pertama kalinya undang-undang ini digunakan sejak Perang Dunia II. Dilansir dari The Hill, aturan ini memberi kewenangan luas kepada presiden untuk mendeportasi individu, dengan fokus utama pada mereka yang diduga sebagai anggota TdA.
Dilansir dari AP News, deportasi ini dilakukan pada akhir pekan, meskipun seorang hakim federal sempat mengeluarkan perintah sementara untuk menundanya.
Undang-undang tersebut memungkinkan deportasi non-warga negara tanpa kesempatan untuk menghadap pengadilan imigrasi atau federal. Dalam deklarasi pada hari Sabtu, Trump menyebut Tren de Aragua sebagai kekuatan invasi.
Pemerintah AS tidak mengungkap identitas para deportan atau menyajikan bukti bahwa mereka merupakan anggota geng atau telah melakukan kejahatan di AS.
Meski Tren de Aragua berasal dari Venezuela, para deportan dikirim ke El Salvador setelah pemerintahan Trump menyetujui pembayaran US$6 juta untuk menahan 300 orang yang diduga sebagai anggota geng di sana selama satu tahun.
Venezuela umumnya menolak menerima kembali warga negaranya yang dideportasi oleh AS, meskipun dalam beberapa kasus, hal tersebut pernah terjadi. Selain itu, dua anggota senior geng MS-13 asal El Salvador juga dideportasi ke negara asal mereka.
Bagaimana Geng Ini Bermula?
Berdasarkan laporan jurnalis investigasi dan beberapa studi akademis, Tren de Aragua pertama kali dibentuk pada 2014 oleh Hector “El Niño” Guerrero bersama dua orang lainnya. Ketiga pendirinya saat itu menjalani hukuman di Penjara Tocorón, yang terletak di negara bagian Aragua.
Dilansir dari The Conversation, pada 2017, Tren de Aragua mulai dikenal sebagai “megabanda,” istilah yang digunakan media lokal di Venezuela untuk menyebut kelompok kriminal terorganisir berskala besar. Istilah ini muncul untuk menggambarkan besarnya beberapa geng jalanan, sesuatu yang sebelumnya belum pernah terjadi di Venezuela.
Sejak awal berdirinya, geng ini sangat bergantung pada pemerasan sebagai sumber utama pendapatan. Meski juga terlibat dalam perdagangan narkoba di jalanan, aktivitas ini tidak menjadi sumber pemasukan utama bagi mereka.
Perkembangan Tren de Aragua semakin pesat akibat kebijakan pemenjaraan massal yang dimulai di bawah kepemimpinan mantan Presiden Venezuela Hugo Chávez dan diperluas oleh Presiden Nicolás Maduro.
Tingkat pemenjaraan mulai meningkat pada 2009 dan semakin parah setelah pemerintah meluncurkan penggerebekan polisi di daerah-daerah miskin pada 2010, menyebabkan penjara-penjara di Venezuela dipenuhi oleh pria muda dari kelompok kurang mampu.
Terpaksa hidup dalam kondisi tidak manusiawi, para narapidana mulai membentuk geng penjara dengan struktur hierarki yang jelas. Mereka meraup keuntungan besar dengan mengenakan biaya kepada sesama tahanan untuk makanan, tempat tinggal, serta perlindungan dari kekerasan di dalam penjara.
Mereka bahkan membuka dan mengoperasikan berbagai bisnis, termasuk klub hiburan, di dalam Penjara Tocorón.
Selain itu, anggota berbagai geng di dalam dan luar penjara mulai berkomunikasi dan berbagi informasi mengenai kejahatan seperti penculikan dan pemerasan. Hal ini memperkuat jaringan sosial mereka dan memperluas operasi ilegal.
Seiring waktu, Tren de Aragua berhasil mengambil alih kendali penuh atas Penjara Tocorón setelah pemerintah kehilangan kemampuan untuk mengelola kehidupan sehari-hari di dalamnya. Geng ini pun berkembang menjadi salah satu organisasi kriminal terbesar dan paling terstruktur di Venezuela.
Sementar dilansir dari BBC, Guerrero Flores, yang kini berusia 41 tahun, keluar-masuk penjara Tocorón selama lebih dari satu dekade.
Pada 2012, ia berhasil melarikan diri dengan menyuap seorang penjaga, tetapi ditangkap kembali pada 2013. Setelah kembali ke penjara, ia mengubah fasilitas tersebut menjadi kompleks hiburan.
Dan dia memperluas pengaruh geng tersebut jauh melampaui gerbang penjara, menguasai tambang emas di negara bagian Bolivar, koridor narkoba di pantai Karibia, dan penyeberangan perbatasan gelap antara Venezuela dan Kolombia, menurut departemen luar negeri AS.
Nama geng ini berarti “Train of Aragua,” yang kemungkinan berasal dari serikat pekerja kereta api. Aragua sendiri adalah salah satu dari 23 negara bagian di Venezuela yang terletak di pesisir Karibia.
Menurut Luis Izquiel, profesor kriminologi di Universitas Central Venezuela, serikat pekerja tersebut mengendalikan bagian jalur kereta api yang melintasi Aragua dan terlibat dalam pemerasan terhadap kontraktor serta menjual lapangan pekerjaan di lokasi proyek.
Di bawah kepemimpinan Guerrero Flores, Tren de Aragua telah memperluas operasinya ke Kolombia, Ekuador, Peru, dan Chili. Selain melakukan pemerasan terhadap migran, geng ini juga terlibat dalam perdagangan manusia untuk eksploitasi seksual, pembunuhan bayaran, serta penculikan.
Seberapa Besar Tren de Aragua?
Tren de Aragua mulai menyebar ke luar Venezuela setelah negara tersebut mengalami krisis kemanusiaan dan ekonomi pada 2014, yang membuat kejahatan menjadi kurang menguntungkan. Saat ini, geng ini diyakini memiliki jaringan di delapan negara lain, termasuk Amerika Serikat.
Dilansir dari BBC, kelompok ini beroperasi dengan membangun aliansi dan kemitraan dengan organisasi kriminal lokal.
Di Ekuador, misalnya, Tren de Aragua diduga bekerja sama dengan kelompok yang memiliki hubungan dengan kartel Sinaloa dari Meksiko. Sementara di Kolombia, terdapat tuduhan bahwa geng ini pernah berkolaborasi dengan anggota kelompok gerilya sayap kiri, Tentara Pembebasan Nasional (ELN).
Ronna Rísquez, seorang jurnalis yang menulis buku definitif tentang Tren de Aragua, memperkirakan pada tahun lalu bahwa geng ini memiliki sekitar 5.000 anggota dan menghasilkan keuntungan tahunan antara US$10 juta hingga US$15 juta.
Namun, ada juga perkiraan lain yang menyebutkan bahwa jumlah anggotanya hanya sekitar setengah dari angka tersebut.
Seorang jaksa di Chili menggambarkan Tren de Aragua sebagai “organisasi brutal” yang menggunakan pembunuhan dan penyiksaan untuk mencapai tujuannya.
Meskipun ukurannya lebih kecil dan kekayaannya tidak sebesar kelompok kriminal lain di Amerika Latin, Tren de Aragua kerap dibandingkan dengan geng ultra-kekerasan MS-13 dari El Salvador.
Anggota Tren de Aragua diduga menyamar sebagai petugas polisi Chili untuk menculik Ronald Ojeda, seorang perwira militer oposisi Venezuela. Jenazahnya kemudian ditemukan terkubur di Santiago, Chili, pada Maret 2024.
Pada musim panas tahun lalu, Departemen Keuangan AS di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden menjatuhkan sanksi terhadap Tren de Aragua, dengan tuduhan bahwa geng tersebut terlibat dalam perdagangan manusia untuk eksploitasi seksual di perbatasan Amerika Serikat.
Apakah Tren de Aragua Menjadi Ancaman bagi AS?
Pada Sabtu lalu, Trump mengaktifkan Alien Enemies Act yang berasal dari abad ke-18, dengan menuduh Tren de Aragua melakukan serangan pemangsa terhadap wilayah Amerika Serikat, baik melalui tindakan nyata, upaya, maupun ancaman.
Dilansir dari BBC, Menurut Trump, geng tersebut terlibat dalam perang tidak konvensional melawan AS atas perintah Presiden Venezuela, Nicolás Maduro.
Tak lama setelah kembali menjabat pada Januari, Trump juga menetapkan Tren de Aragua sebagai organisasi teroris asing, menyamakannya dengan kelompok seperti ISIS dan Boko Haram, militan Islamis di Nigeria.
Di Texas, Florida, New York, dan Illinois, beberapa orang yang diduga anggota Tren de Aragua telah ditangkap dalam beberapa bulan terakhir dengan tuduhan berbagai kejahatan, mulai dari pembunuhan hingga penculikan.
Salah satu kasus yang menonjol adalah penangkapan dua tersangka yang diduga anggota geng setelah memukuli seorang petugas polisi di Times Square, menurut laporan dari Immigration and Customs Enforcement (ICE).
Selain itu, seorang anggota Tren de Aragua juga dicurigai terlibat dalam penculikan dan pembunuhan seorang warga Florida berusia 48 tahun yang berasal dari Venezuela pada awal 2024, berdasarkan laporan media setempat.
Pada musim panas lalu, NBC News melaporkan bahwa Departemen Keamanan Dalam Negeri AS memperkirakan sekitar 600 migran Venezuela di AS memiliki keterkaitan dengan geng ini, dengan 100 orang di antaranya diyakini sebagai anggota aktif.
Pada 2023, terdapat sekitar 770.000 warga Venezuela yang tinggal di Amerika Serikat, atau sekitar kurang dari 2% dari total imigran di negara itu, menurut Migration Policy Institute.
Sebagian besar dari mereka telah mendapatkan status perlindungan dari pemerintah AS.
Sementara itu, Customs and Border Protection melaporkan bahwa sepanjang 2024, mereka telah menghadapi 313.500 migran Venezuela di perbatasan.
- Sompo Insurance Mulai Terapkan Co-payment Bertahap, Nasabah Bayar 10 Persen Klaim Asuransi
- Harga Sembako di Jakarta: Minyak Goreng MINYAKITA Naik, Beras IR. I (IR 64) Turun
- AI Sudah Merambah Klaim Asuransi, Peran Manusia akan Semakin Minimum
Trump kerap menyatakan bahwa tingkat kejahatan di Venezuela mencapai rekor terendah karena negara tersebut mengosongkan penjaranya dengan mengirimkan para migran ke AS.
Data dari Venezuelan Violence Observatory menunjukkan bahwa pernyataan ini mungkin ada benarnya, karena tingkat pembunuhan di Venezuela mengalami penurunan signifikan antara 2015 dan 2023. Beberapa analis berpendapat bahwa gelombang migrasi besar-besaran, termasuk kepergian anggota geng, telah berkontribusi pada membaiknya situasi keamanan di kota-kota Venezuela.