Ilustrasi layanan BeUjek (BeUjek).
Transportasi dan Logistik

Apa Kabar BeUjek dan Cyberjek? Ojol Berbasis Koperasi di RI

  • Di belahan dunia lain, jasa ride-hailing mulai mengadopsi skema koperasi yang dinilai lebih adil dan transparan terhadap para pekerjanya. Usut punya usut, Indonesia sebenarnya telah memiliki alternatif ride-hailing berbasis koperasi yakni BeUjek dan Cyberjek.
Transportasi dan Logistik
Chrisna Chanis Cara

Chrisna Chanis Cara

Author

SOLO—Belakangan ini ramai pemberitaan soal pengemudi ojek online (ojol) dan kurir yang kembali berdemo di sejumlah wilayah di Indonesia. Mereka menuntut soal legalitas kerja serta keadilan tarif yang belum terpenuhi hingga saat ini. 

Driver yang mengikuti aksi pun beragam mulai dari driver Gojek, Grab, Maxim, Shopee hingga InDrive. Diketahui, perusahaan mereka merupakan korporasi yang menempatkan driver sebagai mitra. Kondisi ini tak jarang memicu konflik antara perusahaan dan driver lantaran relasi industrial yang dinilai tidak seimbang. 

Di belahan dunia lain, jasa ride-hailing mulai mengadopsi skema koperasi yang dinilai lebih adil dan transparan terhadap para pekerjanya. Salah satu ride-hailing berbasis koperasi yang terkenal adalah Coop Ride, berbasis di New York, Amerika Serikat. 

Usut punya usut, Indonesia sebenarnya telah memiliki alternatif ride-hailing berbasis koperasi. Sejumlah contohnya yakni BeUjek dan Cyberjek. Keduanya sama-sama mulai mengaspal tahun 2019. Lalu bagaimana nasib mereka saat ini? Masih bertahan atau kalah bersaing dengan ojol konvensional bermodal besar? Simak ulasan TrenAsia berikut ini. 

BeUjek

BeUjek mengklaim diri sebagai perusahaan ride-hailing pertama di Indonesia yang berbasis koperasi. Di bawah naungan Koperasi BeU Abadi Nusantara, BeUjek diinisiasi Eka Maulana bersama 42 rekannya. 

Dengan sistem koperasi, BeUjek mengklaim driver bukan sekadar mitra, melainkan menjadi bagian manajemen yang berpeluang ikut bersama mengembangkan usaha di koperasi. 

Sebagai anggota, mereka akan mendapat tambahan pendapatan dari pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) setiap tahun melalui mekanisme Rapat Anggota Tahunan (RAT). “Mereka berpeluang mendapatkan penghasilan lebih. Misalnya ikut memasarkan dan menjual produk-produk dan usaha yang ada di koperasi,” ujar Eka dalam keterangan resminya. 

Keunggulan layanan yang ditawarkan BeUjek adalah pengemudi mendapatkan asuransi jiwa sebesar Rp28 juta. Selain itu, pengemudi jmendapatkan sembako seperti beras 5 kg, minyak 1 liter, gula 1 kg dan oli gratis setiap bulan.

Layanan BeUjek.

Driver BeUjek juga akan menerima bonus yang disebut Bonus Tri Beujek, yakni bonus harian yang hanya dikenakan bagi hasil 25 hari kalender, 5 dan 6 hari bebas potongan di mana pemotongan secara flat Rp30.000/hari untuk kota dan provinsi, dan pemotongan flat Rp15.000 untuk kota kabupaten.

Karena berkonsep koperasi, seluruh pengemudi BeUjek wajib memiliki simpanan pokok Rp250.000 (dicicil Rp10.000/hari selama 25 hari di bulan pertama) cukup sekali bayar. Selain itu, pengemudi wajib memiliki tabungan pada bank pemerintah yang ditunjuk oleh Koperasi BeUAbadi Nusantara (KOPBAN).

Jasa yang diklaim telah tersebar di 33 provinsi ini memberikan beragam layanan, di antaranya Beu Ride, Beu Car, Beu Paket, Beu Food, Beu Truck, Beu Jago, dan Beu Apotek. Lalu bagaimana nasib BeUjek lima tahun usai diluncurkan?

Di Kota Solo, driver BeUjek tak terlihat lagi di jalanan usai diluncurkan di Kota Bengawan pertengahan 2020. Jasa ride-hailing ini juga praktis tak ada kiprahnya lagi di kota-kota besar lain di Indonesia. 

Pemberitaan terakhir tentang BeUjek yakni saat mereka merambah Bandung pada Februari 2022. Sementara itu, media sosial Instagram BeUjek sendiri terakhir aktif Mei 2020. Adapun website mereka yakni beujek.com dan website kopban.com sudah tidak bisa diakses. 

Cyberjek

Cyberjek merupakan aplikasi ojek online yang diluncurkan Koperasi TASS Indonesia Nusantara (Koptassindo) pada 26 Agustus 2019. Jasa ride-hailing ini menyediakan berbagai pelayanan bagi para penumpang seperti CyberRide, CyberCab, CyberFood, dan CyberSend.

Berbeda dengan ojol lain, Cyberjek memberikan bantuan modal usaha bagi istri atau suami mitra ojol yang ingin menjual sembako. Ini karena Koptassindo menjalin kerja sama dengan BULOG, RNI Nusindo, Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) dan PT Pertani untuk penyediaan beras, gula, tepung dan kebutuhan rumah tangga lainnya.

Founder Cyberjek yang juga Ketua Koptassindo, Ricky Wee, mengatakan Cyberjek bukan pesaing ojek online lain karena konsep bisnis yang diterapkan Cyberjek sangat berbeda. “Cyberjek bukan sekadar jadi tukang ojek, tapi kami memberikan manfaat yang jauh lebih besar dari itu,” kata Ricky dalam keterangan resminya kala itu. 

Ricky mengklaim Cyberjek berfokus pada kesejahteraan driver. Hal itu dibuktikan dengan kebijakan pendapatan 100% untuk driver (tanpa potongan), asuransi kecelakaan kerja gratis serta membuka rekening bank secara gratis.

Fasilitas lain yang diberikan kepada pengemudi Cyberjek yakni cicilan pembelian sembako untuk keluarga, asuransi jaminan hari tua, tabungan pendidikan untuk anak serta cicilan service dan perawatan motor. 

“Kami dirikan koperasi untuk bisa menjadi wadah pengembangan ekonomi keluarga driver ojol. Kami siapkan asuransi untuk melindungi jiwa, sehingga driver benar-benar merasa nyaman,” ujar Ricky.

Lalu bagaimana keberlanjutan bisnis Cyberjek saat ini? Sama halnya BeUjek, Cyberjek praktis tak terlihat lagi di jalanan Kota Solo maupun Jogja. Unggahan Instagram terakhir Cyberjek juga sudah sangat lama, September 2019. Website mereka cyberjek.co.id pun tidak bisa diakses.

Baca Juga: Model Koperasi Bisa Jadi Solusi Pengelolaan Transportasi Online

Namun Cyberjek tampaknya masih bergeliat di Jakarta dan sekitarnya. Pada November 2023, mereka menggelar re-launching sebagai pertanda kembalinya Cyberjek ke industri transportasi online. 

Mereka berencana menggunakan kendaraan listrik dalam proses operasionalnya secara bertahap. Cyberjek kini dikelola badan usaha dan konsorsiun berpengalaman dalam berbisnis retail maupun jasa. 

“Semoga hadirnya kembali Cyberjek dapat membantu perekonomian masyarakat Indonesia, terutama kalangan menengah ke bawah, Untuk itu, diharapkan kerja sama banyak pihak untuk dapat merealisasikannya. Terutama station charging yang masih terbatas,” ucap Ricky.