logo
medsos.jpg
Tekno

Apa yang Terjadi pada Data Kita Jika Menutup Media Sosial?

  • Internet telah memainkan peran sentral dalam kehidupan kita. Hampir semua orang sudah memilili media sosial.

Tekno

Amirudin Zuhri

JAKARTA-Internet telah memainkan peran sentral dalam kehidupan kita. Hampir semua orang sudah memilili media sosial. 

Banyak yang membangun situs web pribadi di GeoCities, membuat blog di LiveJournal, berteman di Myspace, dan nongkrong di Nexopia. Atau mengunggah tulisan, foto, video, serta data pribadi lainnya di Facebook, Instagram, TikTok, Twitter dan sejenisnya.

Tetapi apa yang terjadi pada data kita saat memutuskan meninggalkan platform tersebut?  Apa yang bisa terjadi dengan itu? 

Katie MacKinnon, postdoctoral fellow di University of Toronto dalam tulisannya di Howstuff.com 27 Januari 2023 mengatakan,  penelitian yang dia lakukan  menunjukkan bagaimana kita telah menjadi "databound" atau melekat pada data yang telah kita hasilkan sepanjang hidup dengan cara yang dapat dan tidak dapat kita kendalikan.

Dia mengatakan manusia menghasilkan data setiap hari sebagai bagian dari pekerjaan, komunikasi, perbankan, perumahan, transportasi, dan kehidupan sosial.  Kita sering tidak menyadari — dan sering tidak dapat menolak — berapa banyak data yang kita hasilkan, dan jarang menentukan cara penggunaan, penyimpanan, atau penyebarannya.

Kurangnya kendali ini berdampak negatif pada kita. Informasi tentang identitas kita dapat digunakan dalam algoritme dan oleh orang lain untuk menindas, mendiskriminasi, melecehkan, menipu, dan merugikan kami. Privasi data pribadi sering dianggap sejalan dengan pelanggaran perusahaan, peretasan rekam medis, dan pencurian kartu kredit.

“Penelitian saya tentang partisipasi kaum muda dan produksi data pada platform populer yang menjadi ciri khas akhir 1990-an hingga 2000-an menunjukkan bahwa periode ini adalah era privasi data yang jarang dipertimbangkan dalam konteks kontemporer kita,” katanya.

Data seringkali bersifat pribadi. Contohnya termasuk blog bergaya buku harian, penulisan kreatif, selfie, dan fandom. Konten  ini, kecuali tindakan diambil untuk menghapusnya dengan hati-hati, dapat bertahan lama bahkan akan selamanya ada di internet.

Biasanya, saat situs web atau platform "mati" atau ditinggalkan keputusan tentang data dibuat oleh karyawan perusahaan secara ad hoc.

Data yang diproduksi di platform dipegang dan jadi milik perusahaan bukan orang yang memproduksinya. Lebih sering, opsi yang diberikan platform kepada pengguna untuk menentukan privasi,  atau penghapusan mereka tidak menghapus semua jejak digital dari basis data internal.

Meski beberapa data dihapus secara teratur (seperti email Yahoo), data lain dapat tetap online untuk waktu yang sangat lama.

Terkadang, data ini dikumpulkan oleh Internet Archive, sebuah perpustakaan digital online. Setelah diarsipkan, itu menjadi bagian dari warisan budaya kolektif kita. Tetapi tidak ada konsensus atau standar tentang bagaimana data ini harus diperlakukan.

Perlindungan Minimal

Katie MacKinnon mengatakan saat mewawancarai pengguna tentang pendapat mereka tentang pengarsipan dan penghapusan data pribadi tanggapannya bervariasi. Beberapa kecewa ketika mereka menemukan blog mereka dari tahun 2000 telah lenyap. Sementara yang lain merasa ngeri dengan keberadaan mereka yang akan terus ada.

Pendapat yang berbeda-beda ini sering jatuh pada perbedaan dalam konteks produksi seperti ukuran audiens yang mereka rasakan, kepekaan materi, dan apakah kontennya terdiri dari foto atau teks, menggunakan bahasa yang tidak jelas atau eksplisit, atau berisi tautan ke informasi yang dapat diidentifikasi seperti profil Facebook saat ini.

Sejumlah negara mulai membuat aturan untuk melindungi data tersebut. Regulasi Perlindungan Data Umum  Uni Eropa telah membantu mengubah standar penanganan data pribadi oleh perusahaan dan lainnya. Selain itu memperluas hak untuk mempertimbangkan pembatasan guna mengakses, mengubah, menghapus, dan memindahkan data pribadi.

Mereka yang berada di Uni Eropa memiliki kedudukan hukum untuk menghapus jejak digital mereka, jika hal itu berkontribusi terhadap cedera pribadi, bahaya, atau memberikan informasi yang tidak akurat.

Namun banyak yang berpendapat bahwa fokus pada privasi individu melalui informed consent tidak akan sepenuhnya memberikan perlindungan. Yang terbaik adalah menyarankan agar pengguna platform dapat "mengambil alih" kehidupan digital mereka. Juga  memberi dorongan pada mereka untuk terus melakukan pengawasan sendiri dan membatasi jejak digital mereka. Sebagian besar produksi data berada di luar kendali pengguna.

Jadi hati-hati, mungkin jarang dibayangkan bahwa apa yang kita lakukan di dunia online bahkan bisa dilihat oleh cucu kita nanti. Bahkan setelah kita mati. Jadi tinggalkan hal-hal yang baik.