Ilustrasi Bitcoin. Sumber: Pixabay.com
Fintech

Apakah Bitcoin Berpeluang Tembus ATH Lagi dalam Waktu Dekat setelah Koreksi? Simak Prospeknya

  • Keputusan baru-baru ini dari Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed telah menciptakan gelombang optimisme di pasar kripto, yang menyebabkan kenaikan harga yang signifikan secara keseluruhan, terutama bagi Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH).

Fintech

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Keputusan baru-baru ini dari Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed telah menciptakan gelombang optimisme di pasar kripto, yang menyebabkan kenaikan harga yang signifikan secara keseluruhan, terutama bagi Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH).

Ketua The Fed, Jerome Powell, menyatakan sikap yang relatif tidak terlalu khawatir terhadap tingkat inflasi yang tinggi pada bulan Januari dan Februari 2024. 

Powell bahkan menyoroti kelemahan dalam pasar tenaga kerja. Selain itu, dalam "dot plot" FOMC, jumlah anggota yang memproyeksikan tiga pemotongan suku bunga di tahun 2024 meningkat menjadi sembilan orang, dibandingkan dengan enam orang pada bulan Desember sebelumnya.

Baca Juga: Bitcoin Koreksi setelah ATH, Waktunya Beli atau Jual?

Menurut Fyqieh Fachrur, trader di Tokocrypto, pernyataan tersebut dapat diinterpretasikan sebagai sikap dovish dan bullish oleh pasar kripto. Reaksi pasar kripto terhadap pernyataan ini sangat signifikan, dengan terjadinya pembalikan harga secara menyeluruh.

Bitcoin berhasil melonjak kembali di atas US$67.000 (sekitar Rp1,05 miliar dalam asumsi kurs Rp15.727 per-dolar Amerika Serikat/AS) sementara Ethereum (ETH) naik di atas US$3.500 (Rp55,14 juta). 

“Yang menarik adalah bahwa kenaikan harga ini tampaknya didorong oleh permintaan perdagangan pasar spot. Data arus masuk ETF BTC spot pun dapat mengkonfirmasi permintaan BTC yang meningkat," kata Fyqieh kepada TrenAsia, Kamis, 21 Maret 2024. 

Meskipun ada berita tentang upaya Securities and Exchange Commission (SEC) untuk mengklasifikasikan ETH sebagai sekuritas, kekhawatiran atas penurunan harga Ethereum tampaknya telah mereda. 

Dengan kondisi pasar saat ini, Fyqieh mengatakan bahwa mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk mempertimbangkan strategi investasi, seperti Dollar Cost Averaging (DCA), untuk mengumpulkan BTC atau ETH dengan harga yang lebih terjangkau, sebelum pasar bergerak naik lebih cepat.

"Strategi ini dapat sangat menguntungkan saat kita memasuki kuartal berikutnya dengan harapan kondisi pasar yang lebih kondusif. Menjelang peristiwa halving, harga BTC tampaknya akan menjadi lebih volatile, menawarkan peluang bagi para trader yang berhati-hati untuk mendapatkan keuntungan dari fluktuasi harga yang signifikan. Namun, penting juga untuk mempertimbangkan risiko yang terkait dengan volatilitas pasar yang tinggi," ungkap Fyqieh.

Fyqieh menyampaikan, dalam konteks halving BTC, yang secara historis telah memicu peningkatan harga dalam jangka panjang, strategi jangka panjang mungkin lebih menguntungkan dibandingkan dengan trading jangka pendek. 

Investor yang memiliki visi jangka panjang mungkin menemukan ini sebagai kesempatan untuk menambah posisi mereka di BTC, sambil tetap waspada terhadap kemungkinan koreksi harga pasca-halving.

Analisis teknikal Bitcoin telah menunjukkan sinyal harga bullish dengan berada jauh di atas Exponential Moving Average (EMA) 50 hari dan 200 hari. 

Penembusan harga Bitcoin di atas level resistensi US$69.000 (Rp1,08 miliar) akan mendukung pergerakan menuju all-time high (ATH) US$73.808 (Rp1,16 miliar).

Kembalinya ke ATH dapat membuat kenaikan mencapai level US$75.000 (Rp1.17 miliar). Pernyataan dovish dari FOMC telah memberikan angin segar bagi pasar kripto, terutama bagi BTC dan ETH. 

Dengan reaksi pasar yang sangat positif dan strategi investasi yang cerdas, para investor kripto memiliki peluang unik untuk mengoptimalkan portofolio mereka di tengah-tengah ketidakpastian ekonomi global.

Sebaliknya, jika penurunan kembali terjadi dan melewati level US$65.000 (Rp1,02 miliar) dapat membuat Bitcoin bergerak ke level support $64.000 (Rp1 miliar). 

Menurut Fyqieh, pembacaan Relative Strength Index (RSI) 14 Harian menunjukkan BTC kemungkinan besar akan kembali ke ATH US$73.808 (Rp1,15 miliar) sebelum memasuki wilayah overbought.