Elon Musk berbicara secara virtual di VivaTech 2024 di Paris.
Dunia

Apakah di Masa Depan Pekerjaan Bisa Bertahan di Tengah Gempuran AI?

  • CEO Tesla dan pendiri SpaceX, Elon Musk, memperingatkan bahwa kecerdasan buatan bisa memiliki potensi untuk membuat semua pekerjaan menjadi sirna di masa depan.

Dunia

Distika Safara Setianda

JAKARTA - CEO Tesla dan pendiri SpaceX, Elon Musk, memperingatkan bahwa kecerdasan buatan bisa memiliki potensi untuk membuat semua pekerjaan menjadi sirna di masa depan. Namun, kenyataannya mungkin tidak seburuk yang dibayangkan saat ini.

Pada VivaTech 2024 di Paris, Musk yang berusia 52 tahun menyatakan, kemampuan AI akan terus berkembang cepat, bahkan sampai mampu menghadapi kritik. Dia juga bercanda AI bisa saja mengambil alih pekerjaan manusia.

“Mungkin tidak ada di antara kita yang akan memiliki pekerjaan,” kata CEO Tesla dengan jujur ​​sambil memanfaatkan kekuatan webcamnya untuk berbicara dari jarak jauh pada konferensi teknologi, dilansir dari The Independent, pada Rabu, 29 Mei 2024.

Sebelum audiens khawatir akan kehilangan pekerjaan mereka karena mesin semi-hidup, Musk mengisyaratkan bahwa ada sejumlah pekerjaan yang masih bisa bertahan di tengah gempuran AI di masa depan. Pekerjaan apa yang dimaksud?

Elon Musk memberikan prediksi suram tentang pasar tenaga kerja di masa depan. (Reuters)

“Jika Anda ingin melakukan pekerjaan yang mirip (berhubungan) dengan hobi, Anda (masih dapat) bisa melakukan itu,” ujar Musk.

“Di samping itu, AI dan robot akan menyediakan barang dan jasa apa pun yang Anda inginkan,” imbuhnya.

Meskipun AI mungkin membuat kebutuhan akan tenaga kerja manusia tidak diperlukan lagi, mungkin ada hikmahnya dalam visi masa depan Musk. Dia berpendapat, pemerintah mana pun di dunia perlu menerapkan pendapatan universal yang tinggi, bukan hanya pendapatan dasar universal (UBI).

UBI merujuk pada program kesejahteraan sosial di mana setiap warga negara dewasa secara teratur menerima sejumlah pendapatan tertentu tanpa harus bekerja.

“Dalam beberapa hal, ini akan menjadi penyeimbang,” katanya tanpa menjelaskan secara eksplisit menjelaskan lebih detail.

“Tidak akan ada kekurangan barang atau jasa,” lanjutnya.

Meskipun Elon Musk adalah salah satu pendiri dan anggota dewan awal OpenAI, perusahaan di balik ChatGPT, bersama dengan Sam Altman, Musk telah menjadi kritikus sengit dalam perdebatan mengenai regulasi AI.

Bulan lalu, taipan teknologi tersebut mengungkapkan ketakutannya terhadap kecerdasan buatan manusia super yang lebih pintar daripada siapa pun di dunia. Menurutnya kemajuan ini akan lebih banyak datang sebentar lagi.

Menurut Musk, ada hal yang dapat menghambat laju kemajuan AI. Salah satunya adalah meningkatnya kebutuhan listrik dan kecilnya produksi AI training chip. Hal ini dapat membatasi kemampuan AI untuk berkembang dengan cepat.

Elon Musk lalu berkelakar, “Jika komputer dan robot dapat melakukan segalanya lebih baik dari Anda, apakah hidup Anda memiliki makna?”

Sebaliknya, ia meramalkan bahwa manusia sebenarnya memiliki tujuan yakni, “memberi arti pada AI.”

Di sesi itu, Musk juga mengingatkan bahwa sebaiknya ada pembatasan jumlah media sosial yang dapat diakses oleh anak-anak. Kekhawatirannya lagi-lagi mengarah AI.

“Mereka (media social) diprogram oleh AI yang (dapat) memaksimalkan dopamin.”