Gaya Hidup

Apakah Liga Arab Saudi akan Bernasib seperti China Super League?

  • Cristiano Ronaldo yakin Liga Arab Saudi mampu menggoyang beberapa Liga Eropa, sekaligus membantah Presiden UEFA yang sebelumnya mengatakan Liga Arab Saudi akan bernasib seperti China Super League.
Gaya Hidup
Alvin Pasza Bagaskara

Alvin Pasza Bagaskara

Author

JAKARTA – Hingar bingar bursa transfer musim panas 2023 diluar dugaan bergeser ke Liga Arab Saudi. Tercatat sampai detik ini, beberapa klub Jazirah Arab itu telah mengeluarkan uang sebesar Rp7,2 triliun untuk membeli puluhan bintang top sepak bola Eropa. 

Sejatinya proyek mendatangkan pemain sepak bola bintang Eropa ke daratan Asia, pernah dilakukan China Super Liga pada periode 2011 sampai 2016. Sontak yang menjadi pertanyaan publik sepak bola dunia apakah Liga Arab Saudi akan bernasib sama?

Dapat dikatakan, hijrahnya para bintang Eropa ke Liga Arab Saudi di bursa pemain musim panas 2023, tak bisa dilepaskan oleh mega bintang Cristiano Ronaldo yang lebih dulu teken kontrak dengan Al Nassr dan memperoleh gaji fantastis dari klub Jazirah Arab itu. 

"Keputusan saya untuk bergabung dengan klub Arab Saudi 100 persen memicu kedatangan pemain top baru lainnya. Itu fakta," ujar Cristiano Ronaldo dikutip TrenAsia.com dari Football Espana, Senin 31 Juli 2023. 

Saingi Liga Benua Biru

Bahkan pemilik 5 gelar Balon Dor itu yakin Liga Arab Saudi mampu melunturkan taji beberapa Liga Eropa, sekaligus membantah Presiden UEFA yang sebelumnya mengatakan Liga Arab Saudi akan bernasib seperti China Super League. 

"Dalam satu tahun, Saudi Pro League akan menyusul Liga Turki dan Liga Belanda. Pemain yang datang tidak seperti yang dikatakan oleh Presiden UEFA. Jota dan Ruben Neves adalah pemain muda," tegas Ronaldo.

Presiden UEFA Aleksander Ceferin mengatakan keputusan Liga Arab Saudi  merekrut pemain Eropa uzur adalah mengulang kesalahan sama yang pernah dilakukan Liga Super China pada periode 2011-2016.

"Sistem membeli pemain yang hampir mengakhiri kariernya bukanlah sistem yang mengembangkan sepak bola. Itu adalah kesalahan serupa di China ketika mereka semua membawa pemain yang berada di akhir karir mereka," ungkap Ceferin dikutip dari The Guardian.

Pada tahun tersebut, pemain sekaliber Didier Drogba, Nicolas Anelka, Carloz Tevez, Hulk dan Oscar berbondong-bondong meneken kontrak dengan klub China Super Liga. Akan tetapi proyek sepak bola yang diinisiasi Presiden Xi Jinping itu gagal total dan bahkan banyak klub mengalami kebangkrutan, salah satu penyebabnya utang dan pandemi Covid-19. 

Serupa Tak Sama 

Misi Liga Arab Saudi dalam merekrut bintang sepak bola Eropa memang menyerupai Liga Super China. Namun demikian, konsep kepemilikan dan pengelolaan klub terdapat perbedaan signifikan. 

Hal itu dapat dilihat dari saham mayoritas 4 klub Liga Arab Saudi yakni Al Ahli, Al Nassr, Al Hilal dan Al Ittihad dimiliki Public Investment Fund (PIF) sekaligus pemilik klub Liga Inggris, Newcastle United. PIF adalah sebuah perusahaan investasi Kerajaan Arab Saudi yang dikelola langsung putra mahkota, Mohammed bin Salman. 

Pasalnya, dari 18 klub yang bermain di kompetisi tertinggi Liga Arab Saudi, tercatat yang mampu mendatangkan lebih dari 3 pemain bintang Eropa dan memberikan gaji fantastis hanya 4 klub tersebut, terkecuali Al Ettifaq. 

Dilansir dari Daily Mail, Al Ettifaq satu-satunya klub Liga Arab Saudi yang sahamnya tidak dimiliki PIF. Diketahui klub tersebut, dimiliki Abdullah Al-Dabal mantan pejabat tinggi sepak bola Arab Saudi sekaligus mantan anggota eksekutif AFC dan FIFA. 

Kini Al Ettifaq dikelola oleh putranya Khalid yang notabene fans berat Liverpool. Maka tak heran, pihaknya memanggil mantan kapten The Reds, Steven Gerrard menjadi pelatih klub yang berbasis di Damman, Arab Saudi. 

Jadi sampai disini, dapat disimpulkan dari sisi keuangan klub Liga Arab Saudi jauh terbilang unggul dan aman dibandingkan proyek China Super League yang mayoritas dananya menggunakan uang pinjaman.