Ilustrasi aset kripto Bitcoin.
Fintech

Apakah Membeli Bitcoin Saat Ini Terlalu Mahal? Begini Pendapat Analis!

  • Harga Bitcoin mengalami fluktuasi yang signifikan dalam beberapa minggu terakhir.

Fintech

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Beberapa calon investor mungkin merasa ragu apakah membeli Bitcoin pada level harga saat ini adalah keputusan yang bijak karena bisa jadi banyak yang beranggapan bahwa harga BTC saat ini terlalu mahal untuk dibeli.  

Analis Tokocrypto Fyqieh Fachrur mengatakan, harga Bitcoin baru-baru ini mengalami fluktuasi yang signifikan dalam beberapa minggu terakhir, dan saat ini berada pada tingkat yang jauh lebih tinggi dibandingkan awal tahun 2023. Meski demikian, perlu diingat bahwa nilai Bitcoin dapat sangat fluktuatif, dan pola pergerakannya tidak selalu dapat diprediksi.

Fyqieh memberikan pandangan bahwa menetapkan tujuan investasi yang jelas sangat penting. Jika tujuan investasi adalah jangka panjang, maka membeli Bitcoin pada level harga saat ini mungkin tidak dianggap terlalu mahal.

"Jika ingin berinvestasi jangka panjang, maka membeli Bitcoin di level sekarang tidak terlalu mahal. BTC memiliki potensi untuk tumbuh secara signifikan dalam jangka panjang sehingga masih bisa mendapatkan keuntungan yang besar," ujar Fyqieh kepada TrenAsia, dikutip Jumat, 17 November 2023.

Menurut Fyqieh, investasi jangka panjang pada Bitcoin dengan mengambil pertimbangan harga saat ini dapat dianggap masuk akal, terutama jika dilihat sebagai peluang untuk masuk pada level harga yang relatif rendah.

Pasalnya, Bitcoin sendiri diproyeksikan dapat menyentuh level tertinggi sepanjang masa atau All-Time High (ATH) di sekitar US$120.000-US$150.000 (Rp1,8 miliar-Rp2,3 miliar dalam asumsi kurs Rp15.600 per-dolar Amerika Serikat/AS) dalam siklus Bitcoin halving selanjutnya.

Namun, Fyqieh mengingatkan bahwa siklus halving tidak menjamin bahwa Bitcoin akan mencapai rekor ATH baru. Faktor-faktor seperti adopsi institusional, regulasi, perkembangan teknologi, dan sentimen pasar juga dapat mempengaruhi pergerakan harga Bitcoin.

Fyqieh menekankan pentingnya melakukan analisis menyeluruh dan mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat memengaruhi pasar kripto sebelum membuat keputusan investasi.

Mendinginnya Inflasi AS dan Pengaruhnya Terhadap Bitcoin

Fyqieh mengatakan, meskipun menghadapi beberapa hambatan makro, harga Bitcoin diprediksi akan terus mengalami kenaikan. Terutama, data inflasi dan penjualan ritel AS yang baru dirilis sangat mendukung gagasan bahwa siklus pengetatan oleh The Fed telah berakhir dan siklus penurunan suku bunga akan segera dimulai.

Pada Oktober, Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI) AS mencapai 3,2% secara year-on-year (yoy), mengalami penurunan dari 3,7% pada bulan September.

Sementara itu, Indeks Harga Produsen (Producer Price Index/PPI) untuk bulan Oktober hanya tumbuh sebesar 1,3% yoy, menurun dari 2,2% pada bulan sebelumnya dan jauh di bawah perkiraan 1,9%. PPI Inti juga turun menjadi 2,4% dari 2,7% dalam tingkat tahunan.

Fyqieh mengungkapkan, penurunan inflasi dapat mendukung pertumbuhan Bitcoin dalam jangka pendek karena beberapa pelaku pasar mungkin lebih berani mengambil risiko. 
Dalam kondisi inflasi yang menurun, mata uang tradisional biasanya lebih stabil, mengurangi daya tarik investasi dalam obligasi dan tabungan.

"Dalam situasi ini, beberapa investor mungkin mencari alternatif yang lebih potensial untuk pertumbuhan modal, dan Bitcoin dapat menjadi salah satu pilihan mereka," papar Fyqieh.

Lebih lanjut, di tengah ketidakpastian ekonomi yang sering dikaitkan dengan inflasi tinggi, beberapa orang melihat Bitcoin sebagai bentuk "perlindungan" terhadap potensi depresiasi mata uang tradisional. 

Keunggulan Bitcoin, yang dikenal karena sifatnya yang terdesentralisasi dan pasokan yang terbatas, membuatnya dianggap sebagai alat lindung nilai potensial terhadap fluktuasi nilai mata uang fiat.