mq-9 reaper.jpg
Tekno

Apakah Saatnya Drone MQ-9 Reaper Disingikirkan?

  • MQ-9 Reaper mungkin tidak dapat bertahan dalam lingkungan yang ditandai dengan operasi tempur skala besar.
Tekno
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

WASHINGTON-Nasib drone MQ-9 Reaper sekali lagi menjadi perdebatan publik. Ini setelah sebuah drone tersebut ditembak jatuh Houthi di lepas pantai Yaman pada 8 November 2023.

Dalam beberapa tahun terakhir para ahli mempertanyakan keberlanjutan penerbangan drone mahal tersebut di lingkungan yang diperebutkan. Dalam lingkungan ini tindakan penanggulangan yang lebih murah dapat merontokkan pesawat tersebut.

Pada tahun 2021, Angkatan Udara Amerika telah berupaya membatasi pengadaan drone buatan General Atomics Aeronautical Systems tersebut.

Awal November ini , Brandon Tseng, presiden perusahaan drone dan perangkat lunak Shield AI mengatakan,  MQ-9 terlalu mahal dan terlalu lambat. Kondisi ini menjadikan Reaper sulit  untuk beregenerasi agar dapat terus beroperasi dalam jangkauan rudal permukaan ke udara.

Dia mengakui MQ-9 adalah pesawat yang hebat. Namun untuk pertarungan di masa depan, perannya perlu didefinisikan ulang. Dan ini tidak hanya berlaku pada MQ-9 tetapi juga drone lain termasuk MQ-4, MQ-1, P-8, SH-60 dan yang lainnya.

Sebuah artikel awal tahun ini di situs Modern War Institute mencatat MQ-9 Reaper mungkin tidak dapat bertahan dalam lingkungan yang ditandai dengan operasi tempur skala besar. Ada keputusan yang harus diambil.

Pilihannya adalah haruskan militer Amerika menggunakan drone yang lebih mampu bertahan atau berinvestasi pada UAV yang lebih kecil yang mampu melakukan manuver defensive dan  tidak keberatan kalah.

Artikel tersebut adalah tanggapan terhadap insiden pada bulan Maret 2023 ketika jet tempur Rusia menjatuhkan Reaper Amerika di Laut Hitam setelah awalnya merusak baling-balingnya. Intersepsi tersebut pada akhirnya mengakibatkan kecelakaan dan kerugian total pada pesawat tersebut.

Dan pada bulan Juli 2023 di antara laporan terbaru lainnya  Rusia juga mengganggu drone MQ-9. Sebuah jet Rusia menembakkan suar ke arah Reaper yang terlibat dalam misi  di Suriah. Insiden yang juga  merusak baling-balingnya.

General Atomics Aeronautical Systems secara tegas menolak gagasan Reaper sudah tidak layak lagi. Meski perang di Ukraina telah menunjukkan  keberhasilan di medan perang dapat dicapai dengan menggunakan senjata berteknologi rendah dan murah dalam jumlah besar. Daripada mengandalkan drone yang lebih sedikit dan lebih mahal.

C. Mark Brinkley, Direktur senior komunikasi perusahaan tersebut kepada Defense News Kamis 16 November 2023 mengatakan   ada pihak yang ingin membuat orang percaya  mereka dapat mengganti kemampuan Reaper atau MQ-9B SeaGuardian dengan roket seberat 50 kg yang dapat membawa beban 10 kg selama 10 jam. 

Satu-satunya kendala, menurut Brinkley  adalah mereka memerlukan satu miliar dolar untuk menciptakan kecerdasan buatan yang ajaib agar dapat relevan.  “Bahkan jika AI itu ada saat ini dan  dapat mengumpulkan 50 AI secara bersamaan, muatan dan daya tahan drone akan menjadi 25% dari MQ-9B. Jadi jangan bilang itu masa depan, “ katanya.

Untuk meningkatkan kemampuan bertahan Reaper, Brinkley merekomendasikan integrasi rudal udara-ke-udara dan radar peringatan dini. Ini  untuk mengubah situasi secara radikal dan mengurangi peluang pelecehan.

Hal ini sejalan dengan rekomendasi serupa yang dibuat oleh pensiunan Mayor Jenderal Angkatan Udara Lawrence Stutzriem. Dia  menyarankan Pentagon untuk mendanai integrasi kemampuan perlindungan diri pada Reaper. Sesuatu yang belum dilakukan oleh departemen tersebut.

Sedangkan Dave Alexander, presiden General Atomics  menawarkan dua cara untuk merespons kerentanan Reaper di wilayah yang diperebutkan. “Pertama Anda bisa mengeluh mengenai hal ini. Atau kedua melakukan sesuatu untuk mengatasinya.”

Jejak Reaper

Dirancang untuk membantu Amerika Serikat dalam operasi kontra-pemberontakan, MQ-9 Reaper adalah pengembangan lebih lanjut dari drone MQ-1 Predator. Drone  yang telah beroperasi sejak tahun 1995. 

Pesawat ini pertama kali terbang dalam bentuk prototipe pada  2 Februari 2001. Dan  mulai beroperasi sekitar 6 tahun kemudian tepatnya  1 Mei 2007. Sejak diperkenalkan, MQ-9 telah digunakan di Afghanistan, Irak, Pakistan, Somalia. , Libya, dan Mali pada tahun 2015. 

Selain pengawasan, Reaper juga membawa  rudal AGM-114 Hellfire dan Joint Direct Attack Munitions (JDAMs) GBU-38.  Negara-negara yang saat ini menggunakan MQ-9 Reaper termasuk Amerika Serikat, Perancis, Italia, Maroko, Belanda, Spanyol, dan Inggris.

MQ-9 memiliki tingkat ketahanan yang sangat lama untuk pesawat seukurannya yaitu 14 jam.  Pesawat memiliki panjang 11 m dan  bentang sayap 20 m. Berat kosong adalah  2,45 ton sementara berat maksimum lepas landas   adalah 5.25 ton. Kecepatan maksimal adalah 482 km per jam dengan rentang terbang 1 852 km serta ketinggian operasional  7.5 km.

MQ-9B SkyGuardian adalah versi yang lebih baru dan lebih baik. Pesawat membawa  beberapa modifikasi agar dapat terbang di wilayah udara sipil.  Ini mematuhi peraturan penerbangan Eropa.  Drone memiliki rentang sayap 24 m dan daya tahan hingga 40 jam. Stasiun bumi dioperasikan oleh 4 awak, bukan 2.

Pada tahun 2018 drone ketinggian menengah dan jarak jauh ini dipilih oleh Belgia. Sebanyak 4 drone dipesan dengan harga $600 juta. Ini berarti $150 juta per drone. Pada tahun 2018-2019 Australia mengumumkan pesanan 12-16 drone bersenjata ini. Pada tahun 2020 penjualan 4 drone MQ-9B ke Taiwan juga telah disetujui.

Inggris juga menggunakan versi sendiri dari MQ-9B yang dikenal sebagai Protector.  Royal Air Force disebut membeli 20 drone ini untuk mengganti  10 Reaper mereka.