Ilutrasi Internet of Things.
Industri

Apakah Teknologi IoT Dapat Hapuskan Sejumlah Profesi? Simak Penjelasannya

  • Kehadiran teknologi Internet of Things (IoT) pada faktanya memang akan menghapuskan sejumlah profesi, namun bukan berarti tidak ada potensi lain yang tumbuh darinya.

Industri

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Kehadiran teknologi Internet of Things (IoT) pada faktanya memang akan menghapuskan sejumlah profesi, namun bukan berarti tidak ada potensi lain yang tumbuh darinya.

Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia (Asioti) Teguh Prasetya mengatakan, dikutip data World Economic Forum, tidak hanya IoT, bahkan dari adanya transformasi digital itu sendiri diperkirakan akan ada 73 juta jenis pekerjaan yang akan terdisrupsi.

Akan tetapi, seiring dengan transformasi itu juga, akan timbul pekerjaan dengan model baru sebanyak 100 juta jenis profesi.

"Dulu tidak ada endorser YouTube, sekarang dengan adanya digital, muncul," kata Teguh dalam webinar Pemanfaatan Internet of Things di Industri Jasa Keuangan, belum lama ini. 

Dalam kasus lain, transformasi digital pun dapat mendongkrak kuantitas dari jenis profesi tertentu yang sudah ada, contohnya ojek online.

Teguh mengilas balik masa-masa sebelum ada ojek online,  yang jumlah ojek di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 30.000-an. Dengan adanya ojek online, ojek pangkalan memang jadi terdisrupsi, namun jumlah ojek secara keseluruhan kini mencapai 2 juta.

"Kita harus bisa mengadopsi dan mengadaptasi, serta berkolaborasi sehingga dalam jangka panjang kita akan naik kelas," kata Teguh.

Dalam kesempatan yang sama, Director of Technology and Operation PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) Toto Prasetyo mengatakan bahwa dalam memandang persoalan potensi terpangkasnya kebutuhan sumber daya manusia (SDM) dengan keberadaan IoT, sudut pandang harus bisa ditempatkan secara tepat.

"Dampaknya bergantung kepada bagaimana cara orang memandang, apakah kita melihatnya sebagai opportunity atau ancaman?" kata Toto.

Toto pun mengatakan, apabila dalam hal ini SDM tidak mau beradaptasi dengan perkembangan yang terjadi, tentu pada akhirnya SDM akan tereliminasi.

Toto justru melihat adopsi IoT ini sebagai kesempatan bagi masyarakat untuk bisa naik kelas dengan menjadi komunitas yang lebih efektif dan produktif.

Untuk diketahui, IoT adalah adalah teknologi yang bertujuan untuk memperluas manfaat dan konektivitas internet yang tersambung secara terus menerus kepada berbagai entitas yang ada di dunia nyata.

IoT merupakan jaringan kolektif perangkat yang saling terhubung dan dapat membuat segala benda yang ada di lingkungan manusia bisa merespon penggunanya dengan teknologi pintar. Smart city adalah salah satu konsep yang teknologi IoT dalam keberlangsungannya.

Potensi IoT untuk Industri Jasa Keuangan

Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hasan Fawzi pun turut menyampaikan manfaat IoT bagi sektor perbankan dan keuangan lainnya. 

Dikatakan olehnya, teknologi IoT dapat diadopsi untuk menghadirkan layanan jasa transaksi perbankan yang real-time, otomatisasi perangkat dan pemeliharaan dari jarak jauh, dan meningkatkan personalisasi produk yang ditawarkan kepada masyarakat. 

Tidak hanya itu, Hasan juga menyebutkan potensi optimalisasi manajemen risiko untuk mendeteksi tindakan ilegal. 

“IoT dapat berkontribusi dalam mendorong peningkatan transaksi dan pembayaran digital,” kata Hasan. 

Nilai transaksi perbankan digital pada Juli 2023 menurut data Bank Indonesia (BI) tercatat di angka Rp5,03 kuadriliun, tumbuh pesat 15,5% secara tahunan dari periode yang sama pada tahun sebelumnya. 

Hasan pun menyampaikan beberapa aspek yang perlu diperhatikan industri keuangan dalam memanfaatkan teknologi IoT ini, di antara lain kesiapan investasi untuk infrastruktur, talenta digital, dan kepatuhan pada regulasi. 

“Kami berharap ketersediaan jaringan internet semakin merata di seluruh penjuru negeri sehingga masyarakat dapat memanfaatkan layanan digital yang disediakan industri jasa keuangan,” kata Hasan.