Apakah Tumbuhan Merasakan Sakit?
- Evolusi tumbuhan tidak didorong oleh rasa sakit yang disalurkan lewat saraf seperti pada hewan dan manusia, tetapi oleh adaptasi untuk bertahan hidup dan bereproduksi.
Sains
JAKARTA - Sebuah studi baru-baru mengungkap kemampuan sensorik yang mengejutkan dari tumbuhan dalam merespons rangsangan mekanis pada tingkat sel. Meskipun tumbuhan tidak memiliki reseptor rasa sakit seperti hewan, penelitian menunjukkan bahwa mereka memiliki sistem yang kompleks untuk beradaptasi dengan lingkungan mereka.
Dilansir dari Ensiklopedia Britanica, Kamis, 15 Februari 2024, Tumbuhan telah lama dianggap sebagai organisme yang tidak mampu merasakan atau merespons lingkungan mereka seperti hewan. Namun, penelitian terbaru telah memperluas pemahaman kita tentang kemampuan sensorik tumbuhan.
Misalnya, tumbuhan kantung semar terkenal dengan kemampuannya menutup dalam waktu setengah detik ketika mangsa terperangkap di dalamnya. Hal ini menunjukkan bahwa tumbuhan memiliki mekanisme respons yang kompleks terhadap rangsangan mekanis.
Selain itu, tumbuhan sensitif seperti putri malu juga menunjukkan respons yang menarik terhadap sentuhan. Daun tanaman ini dapat menutup sebagai respons terhadap sentuhan atau getaran, hal tesebut menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk merespons rangsangan eksternal dengan cepat.
- Daftar Lengkap 233 Pinjol Ilegal Terbaru pada Awal 2024, Jangan Sampai Terjebak!
- Minyak Tobago Tumpah di Laut, Negara Tetangga Was-was
- Investor Antusias dengan Kelanjutan Kebijakan Jokowi Usai Kemenangan Prabowo
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kemampuan sensorik tumbuhan tidak berhenti pada tingkat makro seperti kantong semar atau tumbuhan sensitif seperti putri malu.
Tanaman Arabidopsis, misalnya, telah diketahui mampu mengirimkan sinyal listrik dari daun ke daun ketika sedang dimakan oleh serangga. Sinyal ini memicu peningkatan pertahanan kimia terhadap herbivora. Hal tesebut menunjukkan bahwa tumbuhan memiliki kemampuan untuk merespons bahaya dan mengkoordinasikan respons pertahanan mereka.
Meskipun respons ini menunjukkan kompleksitas yang luar biasa dalam sistem sensorik tumbuhan, penting untuk diingat bahwa sinyal yang mereka kirimkan bukanlah rasa sakit seperti yang dirasakan oleh hewan. Evolusi tumbuhan tidak didorong oleh rasa sakit yang disalurkan lewat saraf seperti pada hewan dan manusia, tetapi oleh adaptasi untuk bertahan hidup dan bereproduksi.
Oleh karena itu, tindakan manusia atau hewan yang dilakukan seperti memangkas tanaman, mengkerdilkan pohon bonsai, tidak bisa dianggap sebagai bentuk penyiksaan pada tumbuhan, karena tumbuhan tidak memiliki kemampuan untuk merasakan sakit, nyeri, perih seperti yang kita alami.
Dengan demikian, penemuan ini tidak hanya menyoroti keajaiban tumbuhan, tetapi juga mengingatkan kita untuk menghargai dan menghormati keberadaan mereka sebagai bagian yang penting dari ekosistem kita.