logo
BP AKR sebuah SPBU swasta yang didirikan oleh British Petroleum dengan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA).
Korporasi

Arah Saham AKRA Kala SPBU BP AKR Makin Dilirik Warga

  • BP AKR, SPBU kerja sama British Petroleum dan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), mencatat peningkatan jumlah pelanggan dalam beberapa waktu terakhir. Tren ini sejalan dengan meningkatnya minat warga terhadap SPBU swasta, terutama setelah mencuatnya kasus korupsi di Pertamina yang diungkap Kejaksaan Agung, 24 Februari 2025.

Korporasi

Alvin Bagaskara

JAKARTA – BP AKR, SPBU kerja sama British Petroleum dan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), mencatat peningkatan jumlah pelanggan dalam beberapa waktu terakhir. Tren ini sejalan dengan meningkatnya minat warga terhadap SPBU swasta, terutama setelah mencuatnya kasus korupsi di Pertamina yang diungkap Kejaksaan Agung, 24 Februari 2025.

Sejak mulai beroperasi di Indonesia pada 2018, BP AKR terus memperluas jaringannya. Hingga Desember 2024, jumlah SPBU yang dikelola telah mencapai 61 lokasi, dengan target bertambah menjadi 75-80 lokasi pada akhir 2025. 

Ekspansi ini didorong berkurangnya selisih harga BBM subsidi dan non-subsidi, yang membuat semakin banyak konsumen beralih ke SPBU swasta. Selain itu, pengembangan bahan bakar berkualitas tinggi seperti Euro4 juga memperkuat daya saing BP AKR.

Dengan ekspansi ini, AKRA tidak hanya mendorong peralihan konsumen, tetapi juga memperkuat posisinya dalam bisnis logistik serta rantai pasok energi dan bahan kimia, yang menjadi lini usaha utamanya.

Analis Sucor Sekuritas, Niko Pandowo, menilai prospek AKRA tetap positif karena pertumbuhan bisnis kawasan industrinya yang berkelanjutan. Bersama Pelindo III, AKRA mengelola KEK JIIPE di Gresik, Jawa Timur. 

Kawasan industri ini diharapkan semakin meningkatkan profitabilitas perusahaan melalui pendapatan berulang yang stabil serta meningkatnya permintaan dari tenant yang terus bertambah.

Selain itu, regulasi baru di sektor pertambangan serta penyesuaian subsidi BBM diprediksi akan berdampak positif bagi distribusi BBM AKRA, terutama untuk diesel non-subsidi.  “Kerangka regulasi pertambangan baru dan penilaian ulang subsidi minyak bumi yang diantisipasi akan menguntungkan segmen diesel non-subsidi,” jelas Niko dalam riset Sucor Sekuritas yang dirilis Rabu, 26 Februari 2025. 

Sementara itu, lini perdagangan dan distribusi migas tetap menjadi kontributor utama pendapatan perusahaan, meskipun sempat mengalami tekanan sepanjang Januari–September 2024 dibandingkan periode sebelumnya.

Pada periode tersebut, AKRA membukukan pendapatan Rp28,61 triliun, turun 4,55% YoY dari Rp29,97 triliun tahun sebelumnya. Segmen perdagangan dan distribusi BBM masih menjadi penyumbang terbesar dengan Rp21,48 triliun, disusul distribusi bahan kimia sebesar Rp4,81 triliun. 

Penurunan pendapatan ini terutama disebabkan oleh berkurangnya aktivitas operasional pelanggan akibat kondisi bisnis dan faktor cuaca. Di sisi lain, sektor kawasan industri AKRA justru mencatat pertumbuhan positif. 

Pendapatan dari kawasan industri meningkat 11% YoY menjadi Rp1 triliun, sementara segmen utilitas melonjak 259% YoY. Lonjakan ini didorong oleh meningkatnya kebutuhan listrik, air, dan layanan infrastruktur lainnya dari tenant di JIIPE, yang semakin berkembang seiring bertambahnya investor di kawasan tersebut.

Meski demikian, laba bersih perusahaan per 30 September 2024 turun 14,19% YoY menjadi Rp1,47 triliun dibandingkan Rp1,69 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. 

Namun, Sucor Sekuritas memperkirakan AKRA akan kembali mencatat pertumbuhan laba bersih pada 2025, didukung oleh pemulihan di berbagai lini bisnisnya setelah mengalami tekanan sepanjang tahun lalu.

Untuk itu, laba bersih AKRA diproyeksikan mencapai Rp2,7 triliun pada 2025, meningkat sekitar 27% dari estimasi Rp2 triliun pada 2024. Pemulihan ini terutama didorong oleh kenaikan laba kotor dari perdagangan dan distribusi yang diperkirakan mencapai Rp2,8 triliun atau tumbuh 11% YoY, serta percepatan penjualan lahan seluas 60 hektare di JIIPE.

Dari lantai bursa, saham berkodekan AKRA pada perdagangan Senin, 3 Maret 2025, bergerak stagnan di level Rp1.240 per saham, setelah mencatatkan kenaikan sebesar 1,64% selama satu minggu terakhir. Lalu, secara year to date saham ini melesat 7,36%. 

Dari sisi rekomendasi, sebanyak 19 dari 21 sekuritas yang dihimpin Bloomberg masih memberikan rekomendasi beli untuk saham AKRA, sementara dua sekuritas lainnya menyematkan peringkat ‘hold’. Konsensus analis menargetkan harga saham AKRA mencapai Rp1.583 dalam 12 bulan ke depan, mencerminkan potensi kenaikan 27,7%.