Industri

Arcandra: Gandeng Investor untuk Pengembangan EBT Butuh SDM Andal

  • JAKARTA – Komisaris Utama PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Arcandra Tahar menyebut pekerjaan rumah terbesar bagi pemerintah adalah mengoptimalkan potensi sumber daya manusia (SDM). Hal ini khususnya berkaitan dalam pengembangan energi baru terbarukan (EBT). “Tidak banyak SDM yang punya skill di sektor EBT. Kalau ada, skillnya belum sama sehingga ini menjadi pekerjaan rumah untuk mengoptimalkan potensi […]

Industri

Aprilia Ciptaning

JAKARTA – Komisaris Utama PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Arcandra Tahar menyebut pekerjaan rumah terbesar bagi pemerintah adalah mengoptimalkan potensi sumber daya manusia (SDM).

Hal ini khususnya berkaitan dalam pengembangan energi baru terbarukan (EBT).

“Tidak banyak SDM yang punya skill di sektor EBT. Kalau ada, skillnya belum sama sehingga ini menjadi pekerjaan rumah untuk mengoptimalkan potensi menjadi tenaga-tenaga terampil,” mengutip keterangan tertulis, Jumat, 12 Maret 2021.

Mantan Menteri Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ini juga juga mengatakan, peralihan energi fosil menuju EBT membutuhkan terobosan baru.

Menurutnya, teknologi ini akan berhasil jika permasalahan, seperti proyeksi kebutuhan listrik, finansial, perizinan, pembebasan lahan, smart grid, dan insentif pajak bisa teratasi.

Di Eropa dan Amerika, lanjutnya, melihat sejumlah persoalan tersebut dalam upaya mengembangkan EBT. Banyak perusahaan di Eropa yang beralih dari perusahaan fosil menuju perusahaan EBT. Namun, berbeda dengan Amerika, negara ini tidak mengubah bisnis, melainkan menjalankan dekarbonisasi.

Adapun khusus persoalan finansial, Arcandra menyoroti bagaimana pemerintah mampu mengatasi tarif, suku bunga(interest rate), jaminan atau collateral, skala proyek, dan kapasitas pengembang.

Pasalnya, kualitas SDM yang andal diharapkan mampu mendongkrak institusi yang produktif, inovatif, dan kompetitif. Kemampuan ini dinilai sebagai perangkat utama bagi investor untuk mempertimbangkan investasi di energi bersih.

Indonesia sendiri disebut memiliki potensi besar dalam bidang EBT. Untuk memenuhi kebutuhan baterai mobil listrik, misalnya, data tahun lalu menunjukkan kebutuhan nikel di Tanah Air untuk baterai masih sebesar 8%. Sementara itu, 78% sisanya untuk stainless steel. Adapun total market mencapai 2,4 metrik ton (MT).

Nah, pada 2030, kebutuhannya diperkirakan meningkat menjadi 30% dan stainless steel menjadi 57% dengan total market 4,3 MT. Di samping itu, Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia dengan jumlah yang dimiliki mencapai 21 milion ton.

Dari 2,4 MT ke 4,3 MT ini sebagian besar akan diserap untuk kebutuhan baterai. Sumbernya pun berasal dari sejumlah proyek yang tengah dibangun, meliputi greenfield high pressure acid loach project (HPAL), LME and nonLME stockrecycled batterai dan nickel straps, dan lainnya.