logo
<p>Ilustrasi/ Instagram @arcandra.tahar</p>

Arcandra Paparkan 6 Tahap Pembuatan Baterai Mobil Listrik, Simak Selengkapnya

  • JAKARTA –  Penggantian mobil berbahan bakar fosil atau internal combustion engine (ICE) menjadi mobil listrik alias electric vehicle (EV), merupakan upaya untuk mengurangi efek negatif dari perubahan iklim. Dalam prosesnya, hal ini dimulai dari pengolahan bijih nikel sebagai komponen mobil listrik. Pertama, biji nikel akan diubah menjadi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dan Mixed Sulphide Precipitate […]

Aprilia Ciptaning

JAKARTA –  Penggantian mobil berbahan bakar fosil atau internal combustion engine (ICE) menjadi mobil listrik alias electric vehicle (EV), merupakan upaya untuk mengurangi efek negatif dari perubahan iklim.

Dalam prosesnya, hal ini dimulai dari pengolahan bijih nikel sebagai komponen mobil listrik. Pertama, biji nikel akan diubah menjadi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dan Mixed Sulphide Precipitate (MSP).

Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menjelaskan,  dalam hal ini MHP lebih unggul dibandingkan dengan MSP karena biayanya lebih murah.

“Selain itu, teknologi yang digunakan lebih sederhana,” mengutip pernyataan resmi dalam akun Instagram @arcandra.tahar, Senin, 12 April 2021.

Meskipun demikian, MSP juga memiliki kelebihan dari segi kadar nikel yang lebih tinggi, yakni 40-60%.

Langkah kedua, MHP dan MSP tersebut akan diolah menjadi Nickel Sulphate (NiSO4) dan Cobalt Sulphate (CoSO4). Umicore dari Eropa dan Sumitomo Metal and Mining (SMM) dari Jepang merupakan sejumlah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan ini.

Selanjutnya, Nickel Sulphate dan Cobalt Sulphate diolah menjadi bahan precursor dan positive electrode (katoda) untuk baterai lithium-ion (li-ion), terutama untuk jenis Nickel Manganese Cobalt (NMC) dan Nickel Cobalt Aluminium (NCA).

Keempat, prosesnya meliputi pembuatan baterai Li-ion. Caranya dengan merakit negative electrode (anoda), katoda, separator, electrolyte dan graphite.

Arcandra menuturkan, cell dari baterai Li-ion sendiri terdiri katoda dan anoda. Di anoda, ada lithium yang disimpan di antara carbon graphite, sedangkan di katoda ada NMC dan NCA, atau tergantung jenis baterainya.

Berdasarkan penjelasan Arcandra, listrik akan terbangkitkan oleh perpindahan elektron milik lithium, dari anoda ke katoda. Namun, dari semua komponen untuk membuat baterai, biaya terbesar berasal dari unsur katoda. Oleh sebab itu, inovasi pembuatan baterai mayoritas fokus pada komposisi dari katoda.

“Inilah mengapa baterai Li-ion untuk mobil listrik memiliki komposisi yang sama dengan baterai di smartphone dan laptop,” katanya. Perusahaan yang menaungi pun antara lain, LG Chem, Samsung dari Korea dan Contemporary Amperex Technology Co. Ltd  (CATL) dari China.

Adapun setelah baterai dibuat, produk ini baru bisa digunakan sebagai sumber energi listrik.

Terakhir yang tak boleh dilupakan, perusahaan mesti mampu mengolah limbah baterai supaya tidak merusak lingkungan. Salah satu caranya, kata Arcandra, dengan merecycle beberapa material lama untuk membuat baterai baru.

“Bisa juga dengan cara lain, yakni mengalihfungsikan baterai untuk mobil listrik, ke storage baterai rumah tangga,” ujarnya.