<p>Arcandra Tahar</p>
Industri

Arcandra Tahar: Inovasi Tak Harus Menunggu Regulasi

  • Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar menilai di Indonesia, kegagalan seringkali dianggap sebagai sebuah aib dan tidak boleh dilakukan. Termasuk juga dalam aspek keilmuan hingga dalam berbisnis. Seolah ada paradigma bahwa segala sesuatu tidak boleh dilakukan kecuali yang disuruh. Hal tersebut kemudian membuat kebanyakan orang, perusahaan, takut untuk melakukan inovasi, menciptakan sesuatu sebelum regulasi ada. Akibatnya, […]

Industri

Amirudin Zuhri

Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar menilai di Indonesia, kegagalan seringkali dianggap sebagai sebuah aib dan tidak boleh dilakukan. Termasuk juga dalam aspek keilmuan hingga dalam berbisnis. Seolah ada paradigma bahwa segala sesuatu tidak boleh dilakukan kecuali yang disuruh.

Hal tersebut kemudian membuat kebanyakan orang, perusahaan, takut untuk melakukan inovasi, menciptakan sesuatu sebelum regulasi ada. Akibatnya, untuk melakukan sebuah terobosan, yang dilakukan lebih dulu adalah memperoleh dasar ketentuannya.

“Seharusnya inovasi itu tidak tergantung regulasi. Ciptakan dulu inovasinya baru kemudian regulasi akan hadir mengaturnya untuk kepentingan publik,” ujar Arcandra di laman instragramnya arcandra.tahar, Kamis (10/10/2019).

Pemilik lima hak paten di industri migas ini lantas menunjuk inovasi yang dikembangkan Nadiem Makariem saat mengembangkan Gojek. Sebelum Gojek lahir tidak ada regulasi yang mengatur soal ketentuan ojek online. Tapi begitu inovasi ini muncul, pemerintah kemudian muncul dengan regulasinya.

“Cara pandang seperti Gojek inilah yang harus dikembangkan di masa depan. Inovasi itu harus bebas, jika diatur atau disuruh pasti akan mandeg,” imbuhnya.

Ciptakan Inovasi

Saat berbicara di acara Improvement Innovation Award 2019, Arcandra juga mengajak seluruh pegawai Pertamina EP untuk mengubah pola pikir agar mampu menciptakan inovasi-inovasi yang bermanfaat bagi orang banyak, seperti mendiang Steve Jobs, Bill Gates, Elon Musk, Nadiem Makarim dan sebagainya.

“Kami berharap kepada para peserta yang hadir, jika ingin mengerjakan sesuatu, maka kerjakanlah dengan tanpa ada paksaan hingga tuntas. Terpenting adalah bukan mengerjakan sesuatu yang dilarang, sehingga akan menciptakan produk yang berguna,” tegasnya.

Menurut Arcandra salah satu tantangan yang dihadapi oleh inovator-inovator di Indonesia adalah implikasi dari sebuah kegagalan ketika melakukan inovasi. Karena dalam berinovasi seringkali tidak akan langsung sukses. Ada proses dimana kegagalan terjadi, sehingga butuh inovasi lanjutan.

“Jangan sampai kegagalan dalam sebuah inovasi  menjadi persoalan dikemudian hari. Itu akan membuat para inovator takut untuk berkreasi,” lanjutnya.

Arcandra juga menyayangkan banyak perusahaan di Indonesia yang tidak menempatkan inovasi sebagai organ utama, sehingga bujetnya dibatasi. Padahal di banyak negara maju, divisi research and development, selalu diperkuat sebagai ujung tombak bagi perusahaan dalam membangun inovasi dan bersaing di pasar.

“Tidak ada perusahaan yang sukses tanpa didukung research and development yang kuat, yang mendorong berkembangnya inovasi yang terus menerus. Dan itulah yang kita butuhkan agar Indonesia dapat terus bersaing dengan negara-negara lain agar berdikari dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri dengan inovasi dan teknologi karya anak negeri,” tutupnya.