Industri

Arcandra Tahar: Mengoptimalkan Trapped Values Penting Untuk Melahirkan Karya

  • JAKARTA-Komisaris Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), Arcandra Tahar, mengungkapkan pentingnya mengoptimalkan trapped values untuk menghadirkan karya baru dan menjadi solusi dari kebutuhan masyarakat masa kini. Kemampuan untuk mengoptimalkan trapped value yang bisa ditemukan di lingkungan sekitar bisa menghadirkan aset bisnis yang bernilai tinggi. “Ketika lahir di Amerika tahun 2009, Uber Technologies (UBER) dalam […]

Industri
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

JAKARTA-Komisaris Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), Arcandra Tahar, mengungkapkan pentingnya mengoptimalkan trapped values untuk menghadirkan karya baru dan menjadi solusi dari kebutuhan masyarakat masa kini. Kemampuan untuk mengoptimalkan trapped value yang bisa ditemukan di lingkungan sekitar bisa menghadirkan aset bisnis yang bernilai tinggi.

“Ketika lahir di Amerika tahun 2009, Uber Technologies (UBER) dalam waktu singkat menjadi salah satu startup dengan pertumbuhan bisnis sangat dahsyat dengan valuasi paling tinggi di dunia. Mereka sukses karena jeli dan mampu mengoptimalkan trapped values,” ungkap Arcandra Tahar di laman instagramnya @arcandra.tahar, Selasa 24 November 2020.

Penemu lima paten teknologi migas ini menambahkan, di Indonesia, hanya dalam waktu sepuluh tahun, Gojek berhasil menjaring lebih dari 2 juta mitra driver dan lebih dari 750.000 para pengusaha kuliner lewat layanan go food. Valuasi Gojek juga telah melewati angka US$10 miliar yang merupakan simbol sebuah startup berstatus decacorn.

Berada di segmen bisnis yang hampir sama, di lokasi yang berbeda, kelahiran UBER dan Gojek memiliki satu kesamaan. Kedua pendirinya berhasil mengoptimalkan aset-aset tersembunyi menjadi aset yang produktif dan semakin bernilai. Inilah yang disebut sebagai trapped values, sebuah nilai yang terjebak dalam sistem kehidupan masyarakat.

Kelahiran UBER di Amerika terjadi pada saat rumah tangga di Amerika menghabiskan lebih banyak uang untuk transportasi daripada makanan. Sementara mobil-mobil menghabiskan 95 persen waktunya di parkiran, sehingga jadi aset yang kurang dimanfaatkan.

“Dengan adanya UBER, mobil-mobil tersebut dapat dimanfaatkan sebagai aset produktif yang menghasilkan revenue. Bahkan dalam waktu singkat berhasil mendorong berbagai perubahan perilaku masyarakat dunia untuk mengoptimalkan aset yang sebelumnya termasuk dalam trapped values tersebut,” tambahnya.

Begitu juga Gojek. Nadiem Makariem pendiri Gojek dalam berbagai kesempatan selalu bilang bahwa kelahiran Gojek di tahun 2010 itu berawal dari seringnya ia menggunakan angkutan ini. Namun dia melihat tukang ojek lebih banyak menunggu penumpang, sehingga aset kendaraannya kurang optimal.

Menurut Arcandra tidak hanya UBER dan Gojek. Banyak startup besar lainnya, yang kebanyakan lahir di garasi, seperti Facebook, Tesla, Spotify, Tokopedia, Bukalapak, Alibaba dan sebagainya itu lahir karena kemampuan pendirinya untuk mengoptimalkan trapped values menjadi sebuah solusi.

Lima Tahapan

Lalu bagaimana menemukan trappes values dan melahirkan solusinya? Arcandra membaginya dalam 5 tahapan. Pertama Empati. Ketika ingin menciptakan sesuatu, harus dipahami bahwa kita melakukannya bukan untuk diri sendiri, tetapi untuk kebutuhan dan keinginan orang lain.

Ia lalu mencontohkan kehadiran spotify. Sebelum aplikasi musik itu lahir tentu ada proses empati, dimana saat itu di hampir semua negara  penyanyi-penyanyi independen tidak bisa menjual karyanya secara langsung. Supply chain di industri musik dalam kontrol penuh perusahaan rekaman.

“Disinilah empati itu lahir karena kreatifitas jutaan penyanyi didunia terhambat oleh sistem yang mengontrol industri musik. Empati itu menjadi dasar bagi terciptanya karya dengan mengoptimalkan trapped values,” ujarnya.

Kedua, definisikan masalahnya. Ketika banyak artis independen gagal menjual karyanya karena tidak ada label rekaman yang mendukung, inilah yang sebenarnya jadi titik masalah.

Ketiga, Melahirkan Ide. Setelah empati dan menentukan masalah, tahap berikutnya adalah melahirkan sebuah ide yang bisa menjadi solusi atas masalah tersebut.

Keempat membangun prototipe. Solusi butuh sistem, temuan baru dan karena itu prototipe menjadi bagian dari proses solusi yang akan dilahirkan. Aplikasi Gojek merupakan sebuah sistem yang lahir dari ide dan dikembangkan menjadi sebuah propotipe sebelum akhirnya diluncurkan.

Kelima adalah test dan feedback. Ini adalah fase terpenting sebelum solusi yang ditawarkan dapat berkompetisi di pasar dan melayani konsumen. Pengujian dan berbagai masukan dari berbagai pihak harus menjadi prioritas. Karena ini akan menjadi salah satu kunci produk yang dilahirkan memenuhi kebutuhan pasar dan mampu mengoptimalkan trapped values yang ada.

Di Indonesia, baik di pemerintahan, BUMN, Swasta tentu banyak sekali trapped values yang bisa ditemukan. Apakah kita bisa mengoptimalkannya menjadi sebuah aset produktif dan solusi? Tentu akan bergantung pada diri kita untuk berani keluar dari kenyamanan dan melahirkan cara-cara baru yang lebih baik, lebih efisien, lebih akuntabel dan tentunya lebih memberi manfaat bagi masyarakat banyak.

“Untuk semua itu maka harus berani gagal dan terus mencoba sampai sukses. Seperti halnya Thomas Alfa Edison yang gagal 1000 kali sebelum melahirkan lampu pijar. Silahkan semua mencoba dan melahirkan karya yang bisa mengoptimalkan trapped values disekitar Anda,” tutup Arcandra.