Tekno

Arkeolog Mesir Temukan Hampir 300 Mumi di Sistem Terowongan Bawah Tanah

  • Selama dua tahun terakhir, para peneliti telah menggali peninggalan dari situs Saqqara, sekitar 12 mil dari Piramida Giza dan lebih dari 20 mil dari Kairo.
Tekno
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

KAIRO-Arkeologi di Mesir adalah harta karun yang tidak ada habisnya. Selama dua tahun terakhir, para peneliti telah menggali peninggalan dari situs Saqqara, sekitar 12 mil dari Piramida Giza dan lebih dari 20 mil dari Kairo.

Di sana para arkeolog baru-baru ini menemukan hampir 300 mumi dan sejumlah artefak lain dalam jaringan terowongan, lubang, dan ruangan 60 kaki di bawah beberapa piramida tertua di Mesir.  Salah satunya piramida ratu  yang dikaitkan dengan Ratu Neith. Nama  yang sebelumnya tidak dikenal.

Donald Ryan, seorang profesor humaniora di Pacific Lutheran University yang dikenal karena penelitiannya tentang Lembah Para Raja kepada Popular Mechanics  22 November 2-2022 mengatakan, Saqqara adalah daerah yang paling terkenal dengan Pyramid of Djoser. Piramida pertama yang pernah dibangun orang Mesir. Oleh karena itu, mumi Kerajaan Baru merupakan penemuan menarik di situs Kerajaan Lama.

Menggali Piramida Ratu yang sebelumnya tidak dikenal menambah kekayaan pengetahuan. Sejak menemukan piramida, para peneliti menyadari bahwa ratu itu bernama Neith. Meskipun sejauh ini, tidak banyak yang diketahui tentang dia. 

Ahli Mesir Zahi Hawass, bagian dari tim dalam proyek ini mengatakan Ratu Neith ditambahkan ke daftar nama sejarah Mesir. Ratu dari Dinasti Pertama dinamai Neith, dewi Mesir dari masa 3000 SM. 

 “Saya sangat percaya bahwa tahun ini dan tahun depan, situs ini akan menjadi situs terpenting di Mesir,” kata Hawass kepada NBC News. 

“Saya selalu mengatakan bahwa sampai sekarang kami baru menemukan 30 persen dari monumen yang masih ada, 70 persen masih terkubur di bawah tanah.”

Terowongan bawah tanah mencakup 22 poros yang saling berhubungan. Beberapa sedalam 60 kaki di bawah permukaan.

Selain mumi dan peti mati para arkeolog juga menemukan banyak artefak, termasuk jimat keramik dan dokumen papyrus. Beberapa artefak terhubung dengan jenderal dan penasihat Raja Tut.

Juga banyak yang terkait dengan Raja Teti, pendiri Dinasti Keenam Mesir kuno. Raja Tut dimakamkan kira-kira 400 mil jauhnya di Lembah Para Raja. Sebuah pemakaman dari Kerajaan Baru.

Hawass menjelaskan hubungan dengan Raja Teti, kemungkinan karena dia disembah di Kerajaan Baru antara kira-kira abad ke-11 SM hingga abad ke-6 SM. Lebih dari 1.000 tahun setelah kematiannya pada tahun 2181 SM. Para penyembah ingin situs pemakaman mereka di dekat makamnya.

 “Pemakaman dari Kerajaan Baru tidak diketahui umum di daerah itu sebelumnya, jadi ini sepenuhnya unik untuk situs tersebut,” kata Hawass kepada Live Science. “Peti mati memiliki wajah individu, membedakan antara pria dan wanita, dan dihiasi dengan adegan dari Kitab Orang Mati. Setiap peti juga memiliki nama dan sering menunjukkan Empat Putra Horus, yang melindungi organ jenazah.”

Menurut  Hawass penggalian mumi dari situs akan dilanjutkan. Banyak yang tampaknya dalam kondisi baik. Para arkeolog akan melakukan rontgen pada sisa-sisa jasad untuk mempelajari apa yang mereka dapat tentang tubuh saat kematian, atau penyebab kematian yang jelas.

Sifat mumi yang diawetkan menunjukkan bahwa Kerajaan Baru telah menguasai proses mumifikasi, termasuk evolusi peti mati. Beberapa dengan dua tutup dan satu dengan topeng wanita yang terbuat dari emas murni.

Metode Mesir kuno untuk membalsem mayat guna mengawetkannya mungkin dimulai sekitar 2600 SM, menurut Smithsonian. Praktik ini berkembang selama lebih dari 2.000 tahun hingga mencapai puncaknya selama Kerajaan Baru pada masa Raja Tut.