<p>Hutan Amazon/Foto: University of Exeter; Iriarte,</p>
Dunia

Arkeolog Temukan Jaringan Luas Desa di Hutan Amazon yang Tertata

  • Miliaran laser yang ditembakkan dari helikopter yang terbang di atas Hutan Hujan Amazon Brasil telah mendeteksi jaringan luas desa berbentuk lingkaran dan persegi panjang yang telah lama ditinggalkan. Desa-desa ini diperkirakan berasal dari tahun 1300 hingga 1700.

Dunia

Amirudin Zuhri

JAKARTA-Miliaran laser yang ditembakkan dari helikopter yang terbang di atas Hutan Hujan Amazon Brasil telah mendeteksi jaringan luas desa berbentuk lingkaran dan persegi panjang yang telah lama ditinggalkan. Desa-desa ini diperkirakan berasal dari tahun 1300 hingga 1700.

Sebuah studi baru menemukan desa-desa melingkar semuanya memiliki tata letak yang sangat mirip, dengan gundukan-gundukan memanjang mengelilingi alun-alun, seperti tanda pada jam.

“Gundukan memanjang yang terakhir ini, jika dilihat dari atas, terlihat seperti sinar matahari, yang memberi mereka nama umum ‘Sóis’ (bahasa Portugis yang berarti matahari),” tulis para peneliti dalam penelitian tersebut sebagaimana dikutip Live Science Jumat 11 Desember 2020.

Penemuan ini merupakan bagian dari fokus arkeologi baru di Amazon pra-Columbian. Dalam 20 tahun terakhir, para peneliti telah mengetahui bahwa tepi selatan hutan hujan adalah rumah bagi keragaman budaya pemahat tanah yang hebat yang merekayasa lanskap sebelum orang Eropa tiba. Dalam dekade terakhir, para ilmuwan telah menemukan sisa-sisa yang disebut “desa gundukan” yang berbentuk lingkaran atau persegi panjang, dan dihubungkan dengan jaringan jalan raya.

Pemetaan menggunakan lidar/Foto: University of Exeter; Iriarte,

Namun, para arkeolog belum mencari desa gundukan di negara bagian Acre, Brasil, sehingga sekelompok peneliti internasional bekerja sama untuk mensurvei daerah tersebut dengan lidar – atau deteksi cahaya dan jarak. Dengan teknik ini, miliaran laser yang ditembakkan dari atas (dalam hal ini, dari helikopter) menembus kanopi hutan hujan dan memetakan lanskap di bawahnya.

Para peneliti mengungkapkan survei lidar, dikombinasikan dengan data satelit, mengungkapkan 25 desa gundukan melingkar dan 11 desa gundukan persegi panjang.  Sebanyak 15 desa gundukan lainnya sangat tidak terpelihara dengan baik, mereka tidak dapat dikategorikan sebagai lingkaran atau persegi panjang.

Desa gundukan lingkaran memiliki diameter rata-rata 86 meter, sedangkan desa persegi panjang cenderung lebih kecil, dengan panjang rata-rata 45 m. Analisis lebih lanjut dari desa “matahari” mengungkapkan bahwa mereka telah merencanakan jalan dengan hati-hati. Setiap desa gundukan melingkar memiliki dua “jalan utama” yang lebar dan dalam (hingga 6 m) dan jalan yang lebih kecil mengarah ke sungai terdekat.

Sistem jalan desa kuno di Amazon/Foto: University of Exeter; Iriarte,

Para peneliti menemukan sebagian besar desa itu berdekatan satu sama lain yakni hanya berjarak sekitar 4,4 km. Jalan utama seringkali menghubungkan satu desa dengan desa lainnya, menciptakan jaringan komunitas yang luas di hutan tersebut.

Cara masyarakat adat yang konsisten mengatur desa-desa ini menunjukkan bahwa mereka memiliki model sosial khusus untuk cara mereka mengorganisir komunitas mereka. Bahkan mungkin saja konfigurasi ini dimaksudkan untuk mewakili kosmos.

Sistem jalan yang rumit bukanlah kejutan bagi para arkeolog Amazon. Catatan sejarah awal membuktikan keberadaan jaringan jalan raya di mana-mana di seluruh Amazon. Mereka disebutkan sejak catatan abad ke-16 dari misionaris Spanyol Friar Gaspar de Carvajal, yang mengamati jalan lebar yang mengarah dari desa-desa di tepi sungai ke pedalaman.

Kemudian, pada abad ke-18, Kolonel Antonio Pires de Campos menggambarkan populasi besar yang mendiami wilayah tersebut, dengan desa-desa dihubungkan jalan lurus dan lebar yang terus dijaga kebersihannya.

Sedikit yang diketahui tentang budaya yang dipraktikkan oleh orang-orang di desa gundukan ini. Tetapi penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa budaya keramiknyua “lebih kasar” daripada budaya sebelumnya, yang dikenal sebagai Geoglyphs, yang hidup di wilayah itu sekitar 400 SM sampai tahun 950 Masehi.