AS Peringatkan Rusia Mungkin Segera Gunakan Rudal Oreshnik Lagi
- Amerika tidak menganggap rudal Oreshnik sebagai pengubah permainan di medan perang. Tetapi Rusia berusaha menggunakan setiap senjata yang mereka miliki di gudang senjata mereka untuk mengintimidasi Ukraina.
Dunia
JAKARTA- Amerika memperingatkan Rusia mungkin siap menggunakan rudal baru mereka, Oreshnik terhadap Ukraina lagi dalam beberapa hari mendatang.
Pentagon pada hari Rabu 11 Desember 2024 mengatakan Rusia dapat kembali meluncurkan rudal balistik jarak menengah yang mematikan terhadap Ukraina dalam waktu dekat.
Sabrina Singh, juru bicara Pentagon menambahkan Amerika tidak menganggap rudal Oreshnik sebagai pengubah permainan di medan perang. “Tetapi Rusia berusaha menggunakan setiap senjata yang mereka miliki di gudang senjata mereka untuk mengintimidasi Ukraina,” katanya dikutip AFP.
Dia mengatakan Amerika mendasarkan peringatannya pada penilaian intelijen baru. Tetapi dia tidak dapat memberikan rincian lainnya, termasuk di mana Rusia mungkin menyerang.
- Sri Mulyani Waswas Efek Ekonomi Saat Donald Trump Kembali Menjabat
- Kuota Pertalite di 2025 Dikurangi Jadi 31,2 Juta KL
- Xiaomi YU7, SUV Listrik Berteknologi Tinggi dengan Harga Kompetitif
Pejabat pada hari Rabu juga mengatakan Amerika melihat Rusia melakukan persiapan untuk peluncuran rudal Oreshnik. Rudal in pertama kali digunakan bulan lalu. Para pejabat tersebut berbicara dengan syarat anonim untuk membahas informasi sensitif tersebut.
Laporan itu muncul setelah Ukraina dilaporkan kembali menggunakan Army Tactical Missile System (ATACMS) untuk menyerang wilayah Rusia.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan sedikitnya enam ATACMS digunakan untuk menyerang pangkalan Udara Taganrog di wilayah selatan Rostov. Serangan pada tersebut mengakibatkan cedera pada tentara. Rusia mengklaim dua rudal ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara. Sementara dan empat lainnya dibelokkan oleh aset peperangan elektronik. Video menunjukkan ledakan besar di fasilitas tersebut. Kementerian Pertahanan Rusia juga mengatakan sedang mempersiapkan serangan balasan.
Serangan Ukraina setelah sehari sebelumnya Rusia melakukan serangan mematikan di Zaporizhia. Ukraina menyebut serangan dengan rudal balistik itu menghatam sebuah klinik swasta. Sedikitnya 9 orang meninggal dan beberapa yang lain terluka akibat serangan tersebut.
Laporan tentang kemungkinan penggunaan Oreshnik juga muncul saat Presiden terpilih Donald Trump berjanji untuk mengakhiri perang. Sementara sekutu Barat menyarankan bahwa negosiasi untuk melakukannya dapat dimulai musim dingin ini.
“Amerika akan terus mendukung Ukraina. Termasuk dengan sistem pertahanan udara tambahan yang dirancang untuk melindungi negara tersebut dari serangan udara,” kata Singh.
Beberapa hari yang lalu, Amerika menjanjikan bantuan keamanan baru senilai hampir US$1 miliar Amerika untuk Ukraina. Termasuk amunisi untuk pertahanan udara.
Ini bukan pertama kalinya pejabat Amerika memperingatkan potensi tindakan Rusia atau langkah strategis. Hal ini dilakukakn sebagai upaya diplomatik untuk mengirim pesan kepada Moskow dan mungkin mempengaruhi keputusan.
Menjelang invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, Amerika secara terbuka membahas informasi intelijen bahwa Rusia tengah mempersiapkan pasukan untuk bergerak ke Kyiv. Dan kemudian secara terbuka mengatakan Moskow tengah menempatkan pasukannya di Ukraina timur untuk melakukan operasi bendera palsu. Operasi untuk menciptakan dalih bagi pasukannya untuk melakukan invasi.
Menurut pejabat Amerika Rusia hanya memiliki sedikit rudal Oreshnik. Dan rudal tersebut membawa hulu ledak yang lebih kecil daripada rudal lain yang biasa diluncurkan Rusia ke Ukraina.
Rusia pertama kali menembakkan rudal tersebut dalam serangan pada tanggal 21 November terhadap kota Dnipro di Ukraina. Rekaman dari serangan tersebut menunjukkan bola-bola api besar menembus kegelapan dan menghantam tanah dengan kecepatan yang mencengangkan. Itulah pertama kalinya senjata semacam itu digunakan dalam pertempuran.
Dibanggakan Putin
Beberapa jam setelah serangan terhadap fasilitas militer tersebut, Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara di televisi nasional untuk membanggakan rudal hipersonik baru tersebut. Ia memperingatkan Barat bahwa penggunaan berikutnya dapat ditujukan terhadap sekutu NATO Ukraina yang mengizinkan Kyiv menggunakan rudal jarak jauh mereka untuk menyerang wilayah Rusia.
Serangan itu terjadi dua hari setelah Putin menandatangani versi revisi doktrin nuklir Rusia. Langkah yang menurunkan ambang batas penggunaan senjata nuklir. Doktrin tersebut memungkinkan respons nuklir oleh Moskow terhadap serangan konvensional oleh negara mana pun yang didukung oleh kekuatan nuklir.
Serangan itu juga terjadi segera setelah Presiden Joe Biden setuju untuk melonggarkan pembatasan penggunaan senjata jarak jauh buatan Amerika oleh Ukraina. Senjata kini bisa digunakan untuk menyerang lebih dalam ke wilayah Rusia.
Putin mengatakan keyakinannya Rusia memiliki hak untuk menggunakan senjata milik mereka terhadap fasilitas militer negara-negara yang mengizinkan penggunaan senjata mereka d Rusia. Dia juga memperingatkan rudal baru itu dapat digunakan melawan lokasi Ukraina lainnya. Termasuk distrik pemerintahan di Kyiv. Putin juga mengatakan Staf Umum militer Rusia sedang memilih kemungkinan target di masa depan. Ini seperti fasilitas militer, pabrik pertahanan, atau pusat pengambilan keputusan di Kyiv.
- PusatFilm 21 Ilegal, ini 5 Rekomendasi Situs Nonton Film yang Aman
- LK21 dan IndoXXI Ilegal, Ini 6 Rekomendasi Situs Nonton Film Legal
- Prospek Saham ADRO, ITMG, dan PTBA di Tengah Dinamika Industri Batu Bara
Presiden Rusia menyatakan bahwa ketika memilih target untuk serangan dengan sistem seperti Oreshnik di wilayah Ukraina, mereka akan meminta warga sipil dan warga negara sahabat di sana untuk meninggalkan zona berbahaya terlebih dahulu.
Putin memuji kemampuan Oreshnik. Dia mengatakan hulu ledak yang dibawanya mengarah ke sasaran dengan kecepatan 10 Mach. Ini menjadikan rudal kebal terhadap intersepsi. Rudal juga sangat kuat sehingga penggunaan beberapa di antaranya dalam satu serangan konvensional dapat sama menghancurkannya dengan serangan nuklir.
Sedangkan Pentagon mengatakan Oreshnik adalah jenis rudal balistik jarak menengah (IRBM) eksperimental. Rudal ini didasarkan pada rudal balistik antarbenua (ICBM) RS-26 Rubezh milik Rusia. Mereka mengatakan secara teknis rudal itu bukan rudal hipersonik. Ini karena tidak memiliki kendaraan luncur hipersonik. Rudal jarak menengah dapat terbang antara 500 hingga 5.500 kilometer. Senjata semacam itu dilarang berdasarkan perjanjian era Soviet yang ditinggalkan Washington dan Moskow pada tahun 2019.