Serangan Teroris di Rusia
Dunia

AS Ternyata Sempat Peringatkan Rusia Soal Serangan Teroris

  • Amerika mempunyai informasi intelijen yang mengonfirmasi klaim ISIS bertanggung jawab atas penembakan tersebut. Pejabat tersebut, yang berbicara tanpa mau disebutkan namanya, mengatakan Washington telah memperingatkan Moskow "secara tepat" dalam beberapa pekan terakhir tentang kemungkinan serangan.
Dunia
Rumpi Rahayu

Rumpi Rahayu

Author

JAKARTA - Amerika menyebut pihaknya telah memperingatkan Rusia akan adanya serangan teroris. Pada Jumat malam, 22 Maret 2024, penembakan massal telah terjadi di Balai Kota Crocus, Rusia. 

Menurut laporan, para penyerang mengenakan seragam tempur dan melepaskan tembakan di lokasi tersebut. Mereka juga melemparkan bahan peledak, yang menyebabkan kebakaran besar di gedung tersebut. Video yang beredar di media sosial menunjukkan asap hitam yang membumbung di atas gedung. 

Dikutip TrenAsia.com dari Reuters pada Minggu, 24 Maret 2024, seorang pejabat Amerika mengatakan Amerika mempunyai informasi intelijen yang mengonfirmasi klaim ISIS bertanggung jawab atas penembakan tersebut. 

Pejabat tersebut, yang berbicara tanpa mau disebutkan namanya, mengatakan Washington telah memperingatkan Moskow "secara tepat" dalam beberapa pekan terakhir tentang kemungkinan serangan.

Serangan yang berlokasi sekitar 20 km (12 mil) dari Kremlin, terjadi dua minggu setelah kedutaan AS di Rusia memperingatkan bahwa “ekstremis” mempunyai rencana untuk melakukan serangan di Moskow.

Beberapa jam sebelum peringatan kedutaan, Dinas Keamanan Federal Rusia mengatakan pihaknya telah menggagalkan serangan terhadap sinagoga di Moskow oleh afiliasi ISIS di Afghanistan, yang dikenal sebagai ISIS-Khorasan atau ISIS-K. 

ISIS-K diketahui berupaya mendirikan kekhalifahan di Afghanistan, Pakistan, Turkmenistan, Tajikistan, Uzbekistan dan Iran.

Seperti diketahui, presiden Rusia Vladimir Putin telah mengubah arah perang saudara di Suriah dengan melakukan intervensi pada tahun 2015, mendukung Presiden Bashar al-Assad melawan oposisi dan ISIS.

Colin Clarke dari Soufan Center, sebuah kelompok penelitian yang berbasis di New York, menyatakan bahwa ISIS-K telah menargetkan Rusia selama dua tahun terakhir, mereka juga sering kali mengkritik Putin dalam propaganda.

“ISIS-K telah terpaku pada Rusia selama dua tahun terakhir, sering kali mengkritik Putin dalam propagandanya,” kata Colin.

Kelompok ISIS yang lebih luas telah mengklaim serangan mematikan di Timur Tengah, Afghanistan, Pakistan, Iran, Eropa, Filipina, dan Sri Lanka.

Rusia dan Kerja Kerasnya Menangkal Terorisme 

Untuk diketahui, sejak tahun 2012, Dewan Eropa telah memantau reformasi Rusia terhadap struktur dan prosedur yang dirancang untuk menanggapi terorisme. Pemantauan ini pertama kali muncul sebagai tanggapan terhadap kasus lain di pengadilan Eropa, mengenai krisis penyanderaan teater Moskow pada tahun 2002.

Dikutip TrenAsia.com dari coe.int, sejak peristiwa terorisme sekolah yang terjadi di Beslan tahun 2004, dua keputusan Presiden dan undang-undang federal telah dikeluarkan untuk meningkatkan kerangka legislatif dan peraturan dalam memerangi terorisme.

Dalam kejadian tersebut, lebih dari tiga puluh teroris bersenjata berat melakukan serangan terhadap sebuah sekolah di Beslan, Ossetia Utara. 

Selama lebih dari lima puluh jam mereka menahan lebih dari 1.000 orang, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak. Akibat ledakan, kebakaran, dan intervensi bersenjata, lebih dari 330 orang termasuk lebih dari 180 anak-anak kehilangan nyawa dan lebih dari 750 orang terluka.

Belakangan diketahui bahwa pemerintah setempat mempunyai cukup informasi untuk mengetahui bahwa akan ada serangan teroris terhadap sebuah institusi pendidikan pada atau sekitar hari tersebut. 

Namun, mereka tidak berusaha mencegat teroris, meningkatkan keamanan di sekolah, atau memperingatkan masyarakat.

Tanggapan pihak berwenang terhadap insiden tersebut disebabkan oleh kurangnya kepemimpinan formal, yang mengakibatkan kelemahan serius dalam pengambilan keputusan dan koordinasi. 

Karena tidak adanya aturan yang tepat yang mengatur bagaimana pasukan keamanan harus menghadapi teroris, senjata sembarangan telah digunakan di gedung-gedung tempat para sandera masih ditahan. 

Senjata-senjata tersebut termasuk pelempar api, peluncur granat, dan meriam tank, yang menyebabkan banyak korban jiwa di antara para sandera.

409 korban atau anggota keluarganya membawa kasus mereka ke Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa, dengan alasan bahwa ada banyak kegagalan yang dilakukan pihak berwenang Rusia sehubungan dengan serangan tersebut. 

Banyak yang ingin mendapatkan kebenaran tentang kejadian tersebut dan pelajaran yang bisa diambil untuk menghindari tragedi di masa depan.

Setelahnya berbagai seminar, acara dan latihan telah dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas pihak berwenang dalam menangani peristiwa teroris.

Adapun dewan Eropa terus memantau reformasi di bidang ini dan penyelidikan tambahan yang diperlukan terhadap kejadian ini.