satelit.jpg
Dunia

AS Waswas, Rusia Kembangkan Senjata Ruang Angkasa Misterius

  • Senjata nuklir orbital saat ini dilarang karena Perjanjian Luar Angkasa tahun 1967, meskipun akhir-akhir ini ada kekhawatiran bahwa Rusia mungkin akan mundur dari perjanjian tersebut
Dunia
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

WASHINGTON- Rusia sedang mengembangkan senjata nuklir berbasis ruang angkasa untuk menargetkan satelit. Ini membuat para petinggi Amerika Serikat khawatir.

Pada 14 Februari, Kongres AS mengetahui bahwa Rusia sedang menciptakan senjata nuklir misterius berbasis ruang angkasa untuk menargetkan satelit. Kemampuannya masih dalam pengembangan dan peluncuran senjata semacam itu “tampaknya belum dalam waktu dekat”.

Rusia dilaporkan sedang mengembangkan senjata nuklir berbasis ruang angkasa yang dirancang untuk menonaktifkan atau menghancurkan satelit.

Kongres Amerika Serikat dan sekutu Amerika di Eropa diberitahu tentang rencana Rusia untuk mengembangkan kemampuan anti-satelit pada Rabu 14 Februari 2024. Tidak jelas apa sebenarnya senjata yang direncanakan tersebut. Apakah itu melibatkan peledakan bahan peledak nuklir di luar angkasa atau merupakan teknologi anti-satelit lain yang ditenagai oleh reaktor nuklir berbasis ruang angkasa.

Mengutip laporan intelijen yang disampaikan kepada Kongres The New Yorks Times melaporkan  militer Amerika tidak memiliki kemampuan untuk melawan senjata semacam itu dan mempertahankan satelitnya.

Laporan tersebut menambahkan bahwa para pejabat pemerintah Amerika tidak percaya bahwa senjata semacam itu akan diluncurkan dalam waktu dekat, namun ada jangka waktu terbatas untuk menghentikan peluncuran dan penyebarannya.

Senjata nuklir orbital saat ini dilarang karena Perjanjian Luar Angkasa tahun 1967, meskipun akhir-akhir ini ada kekhawatiran bahwa Rusia mungkin akan mundur dari perjanjian tersebut. Ini memunculkan kekhawatiran berlanjutnya militerisasi ruang angkasa.

Kekhawatiran atas pengembangan senjata semacam itu menyebar dengan cepat . Terutama setelah ketua Komite Intelijen Kongres Mike Turner mengeluarkan pernyataan publik  yang meminta Presiden Biden untuk mendeklasifikasi semua informasi yang berkaitan dengan ancaman ini. Ini  agar Amerika pemerintah dan sekutunya dapat secara terbuka mendiskusikan tindakan yang diperlukan untuk merespons.

Anggota Kongres lainnya menanggapi permintaan Turner, dengan meremehkan parahnya laporan upaya Rusia untuk mendapatkan senjata nuklir luar angkasa. “Produk intelijen rahasia yang diminta oleh Komite Intelijen Kongres adalah produk yang signifikan, namun tidak menimbulkan kepanikan,” kata Anggota Kongres Jim Himes dari Partai Demokrat. 

Tidak jelas mengapa intelijen khusus ini disorot saat ini, tetapi ada  beberapa spekulasi  bahwa hal itu mungkin terkait dengan peluncuran satelit rahasia Rusia yang dikenal sebagai Cosmos 2575. Satelit yang diluncurkan  pada 9 Februari 2024.

Pada hari yang sama ketika komentar Turner menjadi viral,  Space Force Amerika meluncurkan enam satelit yang dirancang untuk mendeteksi dan melacak peluncuran rudal.

Efek Buruk

Menurut studi tahun 2023  yang dilakukan oleh Center for Strategic & International Studies (CSIS), ledakan nuklir di luar angkasa dapat menimbulkan dampak langsung dan jangka panjang terhadap orbit bumi. 

Segera setelahnya, ledakan nuklir dapat menimbulkan berbagai dampak yang merusak. Mereka seperti gelombang radiasi berenergi tinggi seperti panas, sinar-x, dan radiasi lainnya dapat merusak satelit terdekat dan membutakan sensornya.

Dalam hal efek yang bertahan lebih lama, sabuk radiasi alami yang mengelilingi planet kita dapat memerangkap radiasi yang dilepaskan oleh ledakan nuklir. Ini akan menghasilkan sabuk radiasi yang bertahan lebih lama yang menyebabkan efek buruk pada satelit yang mengorbit atau diluncurkan segera setelahnya. 

Hal itu disampaikan dalam laporan yang diterbitkan pada tahun 2008 oleh Komisi untuk Menilai Ancaman terhadap Amerika Serikat dari Serangan Gelombang Elektromagnetik (EMP).

Fenomena yang sama terjadi setelah Amerika Serikat meledakkan hulu ledak nuklir di ketinggian pada tahun 1962 selama uji coba nuklir Starfish Prime yang dilakukan oleh Komisi Energi Atom, pendahulu Departemen Energi.

Pengujian tersebut menunjukkan perangkat berkekuatan 1,4 Megaton diledakkan 400 km di atas Samudera Pasifik dekat Hawaii. Uni Soviet juga meledakkan tiga perangkat nuklir di ketinggian pada tahun yang sama.

Senjata nuklir bukan satu-satunya kemampuan anti-satelit yang diupayakan Rusia  dan negara-negara lain. Rusia telah menggunakan laser berbasis darat yang dapat membutakan satelit. Selain itu juga telah menguji rudal anti-satelit yang dikutuk secara luas oleh komunitas internasional karena banyaknya puing-puing berbahaya yang dihasilkan di orbit bumi.

Militer AS telah memberi isyarat dalam beberapa bulan terakhir bahwa Rusia dan China berupaya mengubah ruang angkasa menjadi domain perang dan menyebarkan kemampuan yang dapat menargetkan GPS dan sistem berbasis ruang angkasa penting lainnya.