<p>Sumber: ExtremeTech.com</p>
Tekno

Aset Kripto Meledak, Pertumbuhan Jumlah Pekerja Blockchain Indonesia Peringkat ke-8 Sedunia!

  • Dalam laporan bertajuk 2022 Global Blockchain Talent Report tersebut, Indonesia tercatat sebagai salah satu negara yang mengalami pertumbuhan positif terkait jumlah pekerja di industri blockchain.

Tekno

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Menurut laporan LinkedIn dan bursa kripto OKX, jumlah pekerja di industri blockchain secara global mengalami pertumbuhan 76% dibanding tahun lalu. 

Lantas, bagaimana dengan Indonesia?

Dalam laporan bertajuk 2022 Global Blockchain Talent Report tersebut, Indonesia tercatat sebagai salah satu negara yang mengalami pertumbuhan positif terkait jumlah pekerja di industri blockchain.

Dalam kategori ini, Indonesia menduduki peringkat kedelapan dengan tingkat pertumbuhan sebesar 43%, lebih tinggi dari Polandia (24%) dan China (12%).

Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo) Teguh Kurniawan Harmanda mengatakan bahwa data itu menunjukkan bagaimana pertumbuhan industri blockchain tetap positif meskipun pasar kripto sedang diterpa sentimen negatif.

Pria yang akrab disapa Manda itu pun berpendapat, dalam situasi industri blockchain di Indonesia saat ini, sedang terjadi kondisi yang disebut bottle neck. Kondisi tersebut mengindikasikan adanya pertumbuhan bisnis yang sangat pesat, namun ketersediaan talentanya masih terbatas.

"Banyak start up blockchain dalam negeri yang berlomba-lomba untuk mencari talenta terbaik. Di sisi lain, menemukan bakat blockchain itu sulit," ujar Manda melalui keterangan tertulis yang diterima TrenAsia, Jumat, 19 Agustus 2022.

Manda pun mengemukakan bahwa blockchain adalah salah satu tren teknologi paling "seksi" saat ini. Akan tetapi, menemukan bakat yang tepat dengan kapabilitas yang diperlukan untuk menguasai instrumen dan regulasi baru di teknologi blockchain adalah tugas yang sulit.

Kripto dan blockchain dikatakan Manda sebagai industri yang rumit dan membutuhkan keahlian khusus. Meski demikian, bukan berarti perusahaan harus membatasi diri kepada rekrutmen yang sudah familiar dengan kripto atau aktif di dalamnya.

"Kami di asosiasi melihat siapapun bisa memiliki kesempatan bekerja di industri ini. Artinya, dia harus memiliki kemauan dan inovatif untuk mengimbangi perkembangan industri yang tumbuh pesat," kata Manda.

Manda yang menjabat juga sebagai COO Tokocrypto pun mengatakan bahwa keahlian pengembangan blockchain sangat diminati terlepas dari perubahan masa depan kripto karaena perusahaan blockchain dapat terus memanfaatkan keahlian tersebut untuk diterapkan di beragam industri.