Ilustrasi tambang batu bara.
Energi

Asia Dorong Rekor Permintaan Batu Bara Tahun Ini

  • Badan Energi Internasional atau International Energy Agency (IEA) menyebutkan, pertumbuhan yang kuat di Asia menjadi pendorong utama, terutama dalam sektor pembangkit listrik dan aplikasi industri.

Energi

Bintang Surya Laksana

PARIS - Konsumsi batu bara global mencapai level tertinggi sepanjang masa pada 2022 dan proyeksi tahun 2023 menunjukkan bahwa permintaan akan tetap mendekati level rekor tersebut. 

Badan Energi Internasional atau International Energy Agency (IEA) menyebutkan, pertumbuhan yang kuat di Asia menjadi pendorong utama, terutama dalam sektor pembangkit listrik dan aplikasi industri. Meskipun Amerika Serikat dan Eropa mengalami penurunan, konsumsi batu bara di wilayah-wilayah tersebut hampir diimbangi oleh peningkatan penggunaan di industri Asia.

The National News melaporkan konsumsi batu bara naik 3,3 persen menjadi 8,3 miliar ton tahun lalu karena pembangkit listrik tenaga batu bara kembali banyak dipakai Eropa dan wilayah lain setelah invasi Rusia ke Ukraina.

Pada tahun 2023 dan 2024, penurunan kecil dalam pembangkit listrik berbahan bakar batu bara kemungkinan akan diimbangi oleh peningkatan penggunaan bahan bakar fosil oleh industri, sebut IEA dalam sebuah laporan pada hari Kamis, 27 Juli 2023.

Direktur pasar dan keamanan energi IEA, Keisuke Sadamori, menyebutkan, “batu bara adalah sumber tunggal emisi karbon terbesar dari sektor energi, dan di Eropa dan Amerika Serikat, pertumbuhan energi bersih telah membuat penggunaan batu bara mengalami penurunan struktural.”

Namun Sadamori menyebutkan permintaan tetap tinggi di Asia, bahkan ketika banyak dari ekonomi tersebut secara signifikan meningkatkan sumber energi terbarukan.

Melansir dari situs resmi IEA, China, India, dan negara-negara Asia Tenggara secara keseluruhan menyumbang 3 dari setiap 4 ton batu bara yang dikonsumsi di seluruh dunia pada tahun 2023. 

Pertumbuhan Uni Eropa

Di Uni Eropa, mengalami sedikit pertumbuhan permintaan batu bara pada tahun 2022 karena lonjakan sementara pembangkit listrik berbahan bakar batu bara. hampir diimbangi oleh penggunaan yang lebih rendah di industri. Penggunaan batu bara Eropa diperkirakan akan turun tajam tahun ini karena perkembangan energi terbarukan, dan pulihnya sebagian tenaga nuklir dan tenaga air dari penurunan baru-baru ini. Di Amerika Serikat, harga gas yang lebih rendah akan mempercepat peralihan dari batu bara.

Meskipun pasar batu bara mengalami tiga tahun penuh gejolak, termasuk dampak pandemi Covid-19 pada tahun 2020, pemulihan kuat pada tahun 2021, dan gejolak akibat invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022, sekarang pasar batu bara telah kembali ke pola yang lebih stabil pada tahun 2023.

“Permintaan batu bara diperkirakan akan tumbuh sekitar 1,5% pada paruh pertama tahun ini menjadi total sekitar 4,7 miliar ton, dengan peningkatan 1% dalam penggunaan untuk pembangkit listrik dan 2% untuk industri non-listrik,” sebut IEA tersebut dalam sebuah laporan.

IEA melaporkan bahwa tahun ini, China dan India akan menyumbang hampir 70 persen dari total konsumsi batu bara di seluruh dunia, sementara gabungan Amerika Serikat dan Uni Eropa hanya berkontribusi kurang dari 10 persen.

Sementara itu, di sisi pasokan, China, India, dan Indonesia mencatat rekor bulanan baru untuk ekspor batu bara pada bulan Maret. China dan India bahkan mencetak rekor bulanan baru, dengan China melampaui angka 400 juta ton untuk kedua kalinya dan India mencapai angka 100 juta ton untuk pertama kalinya. Selain itu, Indonesia juga turut berkontribusi dengan mengekspor hampir 50 juta ton batu bara, sebuah volume yang belum pernah tercapai sebelumnya oleh negara mana pun.

Pada tahun ini, produksi batu bara Australia diperkirakan akan meningkat sebesar 2 persen menjadi 460 juta ton karena produsen memperluas produksi mereka. Sementara itu, batu bara Rusia telah menemukan pangsa pasar baru setelah dilarang di Eropa, namun seringkali dengan penawaran diskon yang signifikan.

Perdagangan batu bara lintas laut pada tahun 2023 mungkin akan berhasil melampaui rekor tahun 2019 yang mencatatkan rekor perdagangan sebanyak 1,3 miliar ton.