Karyawan berkatifitas dengan latar layar monitor pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, 8 September 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Bursa Saham

Asing Buru Saham BBCA hingga BBNI di Tengah Kelesuan IHSG

  • Saham BBCA hingga BBNI diburu investor asing disaat IHSG ditutup dengan pelemahan dahsyat sebesar 2,17% menuju level di bawah psikologis 7.000.

Bursa Saham

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA - Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) hingga PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menjadi emiten  paling diburu atau net buy asing di saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan tajam.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan Rabu, 5 Juni, 2024, IHSG ditutup melemah 2,17% ke level 6.947,67. Ini berarti indeks komposit kembali ke level di bawah psikologis 7.000, setelah dua hari berturut-turut bertengger di atas angka itu.

Pelemahan IHSG didorong oleh mayoritas indeks sektoral yang melemah, dengan sektor barang baku mencatatkan penurunan terdalam sebesar 6,29%. Selain itu, aksi jual bersih atau net sell asing yang lebih besar dibandingkan net buy juga turut mempengaruhi indeks tersebut.

Data dari RTI Business menunjukkan total transaksi net sell di seluruh pasar mencapai angka 567,63 miliar dan Rp7,1 triliun sepanjang tahun ini. Yang menarik, di tengah gempuran net sell, saham BBCA terpantau laris manis diburu investor asing dengan total pembelian mencapai Rp116,9 miliar.

Mengenai performa saham, nilai emiten BBCA berhasil ditutup dengan penguatan 1,07% ke level Rp9.450 per saham. Alhasil, secara (year-to-date/ytd) saham perbankan swasta ini mulai menunjukan tren penguatan tipis sebesar 0,53%.

Selanjutnya, investor asing juga menyasar saham emiten teknologi PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), dengan pembelian saham mencapai Rp92,miliar. Namun, sepanjang perdagangan 5 hari terakhir, total net sell terhadap saham ini masih di level Rp231,9 miliar.

Dalam hal pergerakan harga saham, emiten bersandikan TLKM ditutup melesat 2,00% ke level Rp3.060 per saham, yang sekaligus menandai penguatan 8,90% sepanjang satu minggu terakhir. Namun, pada periode tahun berjalan, saham tersebut masih tertekan 22,53%.

Selain emoten perbankan dan teknologi, investor asing juga kedapatan menyerok saham otomotif PT Astra Internasional Tbk (ASII), dengan total pembelian mencapai Rp66,6 miliar. Dalam hal performa saham, emiten ini ditutup melenting tipis 0,44% ke level Rp4.600 per saham.

Saham BBNI juga diiincar investor asing dengan total pembelian mencapai Rp36,2 miliar. Meskipun nilainya tidak sebesar BBCA, BBNI menjadi satu-satunya saham perbankan plat merah yang tidak dilego oleh investor asing perdagangan kemarin.

Analisis Net Sell

Pasalnya, dua saham plat merah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) terpantau masuk tiga besar saham yang paling banyak dilego asing. BBRI sendiri berada di posisi puncak dengan total jual bersih mencapai Rp102,5 miliar.

Di posisi kedua ada emiten semen PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dengan total transaksi sebesar Rp75,8 miliar. Sementata itu, BMRI mencatakan total jual bersih saham oleh investor senilai Rp49,7 miliar.

Sebelumnya, Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova sebelumnya mengatakan, IHSG hari ini diperkirakan akan memulai pelemahan sebagai koreksi minor sebelum menguji kembali resisten tersebut mengacu pada skenario bullish. 

"Level support IHSG berada di 6.959, 6.903, 6.853, dan 6.753, sementara level resistennya di 7.174, 7.308, dan 7.391. Berdasarkan indikator MACD dalam kondisi netral," ujar Ivan dalam riset Rabu, 5 Juni 2024.

Di sisi lain, banyak analis menyimpulkan pelemahan IHSG dan dana asing yang keluar disinyalir berkelindan dengan pelemahan Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS). Sebagai informasi, pada perdagangan kemarin, kurs Rupiah spot melemah 0,41% ke level Rp16.287 per Dolar AS.

Dari sisi dana asing, selain ketidakpastian sikap The Fed dalam menurunkan suku bunga, arus keluar dana (outflow) turut memberikan dampak pada pelemahan Rupiah. Sementara itu, merespons ketidakpastian dari The Fed, Bank Indonesia (BI) menunjukkan keberaniannya dengan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps).