<p>PLTS Atap/Listrik Indonesia</p>
Nasional

Asosiasi Akui Intermitensi Cuaca Masih Menjadi Kelemahan PLTS Atap

  • Perwakilan Asosiasi Pembangkit Surya Atap di Bali Erlangga Bayu tak menampik intermintensi atau ketidakandalan cuaca menjadi salah satu kelemahan pembangkitan listrik dari tenaga surya (PLTS Atap) pasalnya para pemasang PLTS Atap tidak dapat mengatur iradiasi matahari.
Nasional
Debrinata Rizky

Debrinata Rizky

Author

JAKARTA—Perwakilan Asosiasi Pembangkit Surya Atap di Bali Erlangga Bayu tak menampik  intermintensi atau ketidakandalan cuaca menjadi salah satu kelemahan pembangkitan listrik dari tenaga surya (PLTS Atap) pasalnya para pemasang PLTS Atap tidak dapat mengatur iradiasi matahari. 

Erlangga memaparkan berdasarkan kajian Dr. Nanang dari ITB mengungkap bahwa intermitensi PLTS akan mengganggu jaringan PLN ketika jumlahnya sudah lebih dari 9.600 MW.  Sedangkan hingga saat ini baru 200 MW, termasuk 80 MW PLTS Atap.

"Intermintensi memang menjadi kelemahan PLTS karena kita tidak bisa mengatur bagaiamana radiasi matahari, tapi tidak bisa juga dijadikan alasan untuk menghambat PLTS," ujarnya dalam diskusi publik ‘Energi Surya Indonesia, Mau Dibawa Kemana?’ pada Selasa, 21 Maret 2023.

Hingga saat ini Pemerintah terus mencari cara untuk memitigasi persoalan tersebut. Intermitensi menggambarkan produksi listrik pembangkit listrik surya maupun angin masih tergantung pada faktor cuaca. Alhasil kondisi ini dinilai mengganggu keandalan listrik bila cuaca yang diperlukan tidak maksimal.

Tak hanya intermintensi yang jadi hambatan, menurutnya, hal ini terkait maju mundurnya kebijakan baik di daerah maupun tingkat nasional turut menurunkan minat masyarakat dan investor terhadap PLTS Atap. Pemerintah masih terus melakukan harmonisasi atas kebijakan tersebut karena dianggap belum matang bagi pemerintah dan pengusaha.

Sebelumnya pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri (Permen) ESDM No 49 Tahun 2018 dan kemudian diubah dengan Permen ESDM No 26 Tahun 2021 tentang PLTS Atap. Yang diakui Erlangga ada beberapa susbtansi yang hampir seluruhnya memberikan kesan adanya ketidakberpihakan pada pengguna PLTS Atap.

Seperti diketahui, saat ini Indonesia mempunyai banyak jaringan kelistrikan yang menyuplai ke pelanggan. Berbagai macam jenis pembangkit listrik, mulai dari PLTU batubara, Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) Gas, PLT Geothermal, PLT Surya, PLT Diesel, sampai PLT Air skala besar dan berbagai PLT Mikrohidro yang menjadi penyuplai listrik bagi kebutuhan masyarakat dan bisnis.

Hingga saat ini, pemanfaatan bauran energi baru dan terbarukan masih 11,2% dibandingkan dengan energi lainnya seperti batu bara, minyak dan gas bumi. Pemerintah membidik bauran energi EBT menjadi 23% pada 2025.