Asosiasi: Masih Banyak Opini Keliru Tentang Produk Tembakau Alternatif
- Informasi yang tidak akurat mengenai produk tembakau alternatif masih terus berkembang, sehingga bisa menyebabkan pemahaman yang keliru di publik. Disinformasi tersebut harus dijawab melalui edukasi dan kajian ilmiah agar perokok dewasa memiliki pemahaman yang akurat mengenai produk tembakau yang lebih rendah risiko ini.
Industri
JAKARTA – Informasi yang tidak akurat mengenai produk tembakau alternatif masih terus berkembang, sehingga bisa menyebabkan pemahaman yang keliru di publik. Disinformasi tersebut harus dijawab melalui edukasi dan kajian ilmiah agar perokok dewasa memiliki pemahaman yang akurat mengenai produk tembakau yang lebih rendah risiko ini.
Ketua Asosiasi Konsumen Vape Indonesia (AKVINDO) Paido Siahaan menyatakan pihaknya aktif memberikan edukasi mengenai fakta-fakta ilmiah produk tembakau alternatif kepada anggota dan perokok dewasa.
“Masih ada opini-opini salah yang berkembang di masyarakat. Kami ingin masyarakat mendapatkan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan,” kata Paido saat dihubungi wartawan.
Saat ini, produk tembakau alternatif, seperti rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, dan snus sudah diberdayakan untuk menekan prevalensi perokok di beberapa negara. Salah satunya adalah Inggris yang mendukung kehadiran produk ini.
“Saya rasa perokok dewasa berhak dan perlu diberikan informasi mengenai produk tembakau alternatif seperti yang dilakukan pemerintah Inggris,” ungkap Paido.
- Pendapatan Bunga Naik 42 Persen, Laba Bersih Allo Bank Justru Turun Rp9.9 Miliar pada Semester I-2021
- OJK Tambah 1 dan Tendang 3, Ini Daftar Fintech P2P Lending Terdaftar dan Berizin per Juli 2021
- Jalani Pemeriksaan 9 Jam, Anak Akidi Tio Dipulangkan Polisi
Dukungan Pemerintah Inggris terhadap penggunaan produk tembakau alternatif digencarkan setelah mereka melakukan kajian ilmiah mandiri. Oleh karena itu, Paido berharap Pemerintah Indonesia melakukan langkah serupa. Selain itu, pemerintah juga diharapkan bisa mendorong penelitian dari lembaga-lembaga independen, seperti universitas. Hasil riset tersebut nantinya dapat memperbaiki informasi yang keliru mengenai produk tembakau alternatif di masyarakat.
“Banyak yang menganggap produk ini sama berbahayanya seperti rokok dikarenakan masih sedikit peneliti yang meneliti. Padahal, produk ini sudah terbukti secara ilmiah memiliki risiko yang jauh lebih rendah daripada rokok,” katanya.
Sementara itu, Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, Tribowo Tuahta Ginting menyebutkan produk tembakau alternatif memang memiliki risiko yang lebih rendah. Namun tidak sepenuhnya bebas risiko.
“Kalau kita mau lihat secara objektif, ya mesti dilihat dari hasil penelitiannya. Di produk tembakau alternatif tidak menghasilkan komponen berbahaya yang dimiliki oleh rokok yang dibakar,” ujarnya.
Untuk itu, Tribowo menyarankan pelaku industri agar memberikan informasi yang komprehensif mengenai produk tembakau alternatif kepada masyarakat. Produk ini memang ditujukan sebagai substisusi, tapi perlu juga disampaikan mengenai risikonya. “Informasi yang menyeluruh dibutuhkan agar masyarakat bisa bijak memilih. Intinya harus terbuka soal kandungan dan risikonya serta untung dan ruginya,” katanya.
Pembahasan mengenai informasi yang tidak akurat tentang produk tembakau alternatif juga menjadi topik dalam Global Forum on Nicotine (GFN) yang diselenggarakan secara daring di Liverpool, Inggris, pada pekan lalu. Chris Gardner, Kepala Eksekutif Jaringan Internasional Organisasi Konsumen Nikotin (INNCO) mengatakan informasi keliru mengenai produk ini harus diluruskan. Jika tidak, perokok dewasa akan enggan beralih ke produk tembakau alternatif.
“Karena ini seputar edukasi untuk memperbaiki kesalahan persepsi, maka pemerintah dan badan kesehatan masyarakat merupakan pihak yang tepat melakukan hal ini. Sudah banyak makalah akademik dan penelitian mengenai produk ini. Jadi, pesannya harus disampaikan juga ke publik,” ujarnya.