Astaga…! Subsidi Listrik Bikin PLN Rugi Rp12,14 Triliun
Sepanjang sembilan bulan pertama 2020, PLN harus meneguk rugi periode berjalan senilai Rp12,14 triliun. Angka ini berbanding terbalik dengan capaian perusahaan tahun lalu yang masih bisa mencatatkan untung Rp10,88 triliun.
Nasional
JAKARTA – PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) alias PLN harus menanggung kerugian lantaran besarnya subsidi listrik pemerintah di tengah pandemi COVID-19.
Sepanjang sembilan bulan pertama 2020, PLN harus meneguk rugi periode berjalan senilai Rp12,14 triliun. Angka ini berbanding terbalik dengan capaian perusahaan tahun lalu yang masih bisa mencatatkan untung Rp10,88 triliun.
Dari sisi pendapatan, PLN sejatinya masih bisa membukukan catatan positif. Terlihat angkanya naik tipis 1,4% dari Rp209,24 trilun pada kuartal III-2019 menjadi Rp212,29 triliun pada kuartal III tahun ini.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Executive Vice President Corporate Communication and CSR PLN Agung Murdifi menjelaskan, kenaikan ditujang oleh tingginya penjualan tenaga listrik pada triwulan III-2020 yang mencapai 181.638 GWh. Jumlah itu naik 0,8% dibandingkan penjualan tenaga listrik kuartal III-2020 yang sebesar 180.570 GWh.
Dengan kenaikan itu, penjualan tenaga listrik PLN pun turut mengalami pertumbuhan 1,2% dari Rp202,69 triliun menjadi Rp205,09 triliun.
“Semua ini diperoleh dengan tarif tenaga listrik yang tidak mengalami perubahan sejak 2017,” ungkap Agung dalam siaran pers, dinukil Rabu, 28 Oktober 2020.
Peningkatan penjualan tenaga listrik didorong adanya pertumbuhan jumlah pelanggan perseroan menjadi sebanyak 77,9 juta hingga 30 September 2020. Tumbuh 3,4 juta pelanggan dibandingkan dengan posisi 30 September 2019 sebanyak 74,5 juta pelanggan.
Peningkatan penjualan listrik pada sektor rumah tangga. industri, pertanian, dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) juga turut mendorong penjualan.
Adapun Earnings Before Interest, Tax, Depreciation & Amortization (EBITDA) perusahaan sampai dengan triwulan masih bertengger di posisi Rp55,9 triliun dengan margin sebesar 22,5%.
Terbebani Subsidi
Meski demikian, pendapatan dan EBITDA ini rupanya belum mampu menolong kekuatan fiskal PLN yang belakangan cukup terbebani oleh subsidi listrik pemerintah.
“Pemerintah memberikan stimulus dalam bentuk pembebasan tagihan rekening listrik dan keringanan biaya listrik kepada pelanggan rumah tangga dengan daya 450 VA dan 900 VA rumah tangga subsidi yang diperpanjang hingga bulan Desember 2020,” kata Agung.
Selain itu, stimulus juga diberikan dalam bentuk pembebasan biaya abanomen bagi pelanggan golongan sosial, bisnis dan industri dengan penggunaan listrik 900 VA.
Ditambah lagi dengan adanya pembebasan rekening minimum (emin) bagi pelanggan PLN golongan sosial, bisnis, dan industri, termasuk layanan khusus dengan daya mulai 1300 VA yang berlaku Juli-Desember 2020.
Tak pelak, subsidi yang digelontorkan pemerintah ini akhirnya membuat margin keuntungan yang didapat PLN pun semakin tergerus. Terlebih dana subsidi yang diberikan pemerintah kepada PLN tahun ini justru terpangkas 10,38% dari Rp40,64 triliun menjadi Rp36,42 triliun.
Hal ini akhirnya membuat beban keuangan PLN pun semakin bertambah dari Rp18,71 triliun kuartal di III-2019 menjadi Rp19,62 triliun. Beban yang sudah berat itu pun ditambah lagi dengan rugi kurs yang mencapai Rp22,87 triliun.
Walhasil, PLN pun harus rela menelan kerugian Rp12,14 triliun. Nilai ini melanjutkan kemerosotan laba tahun berjalan pada kuartal sebelumnya yang masih mencatatkan untung Rp273,06 miliar. (SKO)