logo
PT Astra International Tbk (ASII)
Korporasi

Astra (ASII) Bicara Persaingan Ketat dan Volatilitas Pasar di Tahun Ini, Begini Strateginya

  • ASII mencatatkan laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada tahun 2024 sebesar Rp34,05 triliun.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Emiten konglomerasi PT Astra International Tbk (ASII) menggelar earnings call untuk membahas kinerja 2024 dan strategi 2025. Astra menghadapi tantangan berat, mulai dari persaingan ketat di otomotif, volatilitas harga batu bara, hingga daya beli yang belum sepenuhnya pulih.

Sebagai informasi, ASII mencatatkan laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada tahun 2024 sebesar Rp34,05 triliun. Nilai ini tumbuh 0,63% dari tahun 2023 yang membukukan laba Rp33,84 triliun.

Pertumbuhan laba konglomerasi bisnis tersebut sejalan dengan kenaikan pendapatan sebesar 5% dari Rp316,56 triliun tahun 2023 menjadi Rp330,92 triliun tahun 2024. Kontribusi pendapatan perseroan didominasi dari dua sektor, yaitu sektor otomotif sebesar Rp133,05 triliun serta alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi Rp134,43 triliun.

Diketahui, manajemen Astra telah memproyeksikan penjualan mobil baru 2025 mencapai 900.000 unit, naik dari 865.723 unit pada 2024. Namun, persaingan semakin ketat dengan masuknya produsen China seperti BYD, Chery, dan Wuling yang agresif berekspansi.

Prospek Otomotif

Analis BRI Danareksa Sekuritas, Richard Jerry dan Sabela Nur Amalina, menyebut produsen China berhasil merebut pangsa pasar dengan strategi harga kompetitif. Hal ini mengorbankan merek lain seperti Hyundai, Suzuki, dan Honda yang kehilangan pasar.

"Astra masih mempertahankan pangsa pasar sekitar 56% dalam dua tahun terakhir. Untuk mempertahankan dominasinya, ASII akan merilis mobil hybrid dengan harga lebih terjangkau, sekitar Rp300 juta per unit, guna memanfaatkan insentif pemerintah," jelasnya dalam riset dikutip pada Selasa, 4 Maret 2025.

Sementara itu, di segmen sepeda motor, pasar diperkirakan naik tipis menjadi 6,4-6,7 juta unit pada 2025. Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan 2024 yang mencatatkan penjualan sebanyak 6,3 juta unit.

Mobil Bekas dan Pembiayaan

Daya beli masyarakat belum pulih sepenuhnya, sehingga pasar mobil bekas tetap menjadi andalan. OLXmobbi, bisnis mobil bekas Astra, diperkirakan tumbuh sekitar 20% yoy pada 2025, setelah naik dua kali lipat pada 2024.

Di sektor pembiayaan, Astra terus memperluas layanan di luar kendaraan baru. Manajemen menyebut pembiayaan syariah, mikro, multiguna, dan kendaraan bekas menjadi pendorong pertumbuhan yang solid di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya stabil.

Meski tren industri menunjukkan peningkatan risiko kredit, rasio non-performing financing (NPF) ASII justru mengalami penurunan pada akhir 2024 dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan strategi pembiayaan Astra masih berjalan efektif.

Sektor Batu Bara

Penurunan harga batu bara menjadi tantangan bagi Astra. Namun, hingga kini, manajemen ASII menyatakan belum ada indikasi renegosiasi atau diskon mining fee dengan klien meskipun harga terus mengalami tekanan di pasar global.

Sementara itu, Investment Analyst Lead Stockbit Sekuritas, Edi Chandren, menyebut pembicaraan dengan klien lebih berfokus pada efisiensi biaya. Strategi yang diterapkan antara lain optimalisasi mine plan untuk mengurangi stripping dan menekan biaya transportasi.

Persaingan dengan alat berat asal China juga menjadi tantangan bagi ASII. Namun, manajemen menegaskan tidak akan bersaing dalam perang harga. Fokus ASII tetap pada peningkatan layanan yang lebih komprehensif dan berkualitas.

Investasi dan Dividen

Di tengah berbagai tantangan, Astra tetap berinvestasi dengan visi jangka panjang. Sektor infrastruktur dan logistik menjadi perhatian utama. Pada 2024, sektor ini menyumbang laba bersih sekitar Rp1,3 triliun atau tumbuh 37% yoy.

Terkait dividen, ASII akan mengusulkan dividen final sebesar Rp308 per saham. Ini mencerminkan dividend payout ratio (DPR) sebesar 48% dan dividend yield sekitar 8,7%, dengan asumsi harga saham berada di level Rp4.680 per saham.

Ke depan, ASII berencana mempertahankan DPR sebesar 48%, dengan asumsi laba bersih stabil di kisaran Rp34 triliun per tahun. Strategi ini diharapkan menjaga kepercayaan investor di tengah kondisi pasar yang menantang.

Prospek Saham ASII

BRI Danareksa Sekuritas kembali menegaskan rekomendasi beli untuk saham ASII dengan target harga Rp5.900. Saat ini, saham ASII diperdagangkan pada PER 5,6 kali atau -1,5 standar deviasi dari rata-rata lima tahun terakhir.

Meski valuasi menarik, investor tetap perlu mewaspadai risiko. Potensi penurunan margin bisnis otomotif dapat terjadi akibat penumpukan stok di ritel. Selain itu, kenaikan PPN dan opsen berpotensi menghambat pertumbuhan penjualan.

Sementara itu, Mandiri Sekuritas memasang target beli saham Astra cukup tinggi yakni Rp7.000 per saham. Dengan demikian, maka investor berpotensi meraup keuntungan yang cukup lumayan, pasalnya saham ASII, saat ini dipatok di harga Rp4.690 per saham.