Astra (ASII) Fokus Ekspansi Kendaraan Hibrida, Bagaimana Prospek Sahamnya?
- Astra (ASII) menyadari sebagian besar model kendaraan listrik saat ini belum menyasar tipe mobil yang paling diminati konsumen di Indonesia.
Bursa Saham
JAKARTA – Emiten konglomerasi otomotif PT Astra International Tbk (ASII) kembali menekankan fokusnya pada ekspansi lini produk kendaraan roda empat (4W) hibrida sebagai bagian dari transisi pasar dari mesin pembakaran internal (ICE).
Sebab, sepanjang 2023, emiten bersandikan ASII sukses menjual kendaraan roda empat 4W hibrida, dengan 62%-nya berasal dari merek Toyota. Lantas, mengapa perseroan tidak langsung bermanuver di bisnis electric vehicle (EV) atau kendaraan listrik?
Analis BRI Danareksa Sekuritas Richard Jerry mengatakan produk kendaraan listrik (electric dianggap bakal terus menghadapi kendala terkait ketersediaan stasiun pengisian. Terlebih sebagian besar stasiun pengisian baterai EV masih berpusat di Jakarta.
- Tak Hanya Tapera, Berikut Sederet Potongan untuk Gaji Karyawan
- Bukan Rp271 Triliun, Negara Rugi Rp300 Triliun dari Kasus Timah
- Saksi Sebut SNI dalam Pemeriksaan Tol MBZ Bukan Produk BSN
Selain itu, kata Richard, nilai resale EV turun drastis sekitar 30% dibandingkan hibrid yang sebesar 5-12% dalam 12 bulan. “Kami telah berbincang dengan CFO ASII untuk mendapatkan informasi terkini mengenai strategi dan prospek perusahaan. ASII fokus pada ekspansi lini 4W hibrid,” jelasnya dalam riset dikutip Rabu, 29 Mei 2024.
Richard bilang Astra juga menyadari bahwa sebagian besar model kendaraan listrik saat ini belum menyasar tipe mobil yang paling diminati konsumen di Indonesia, yaitu mobil dengan 7 tempat duduk dan harga jual rata-rata (ASP) di bawah Rp 250 juta per unit.
Selain itu, produsen kendaraan listrik lebih fokus pada pasar di Jakarta dengan penetrasi sebesar 40% untuk mobil, dibandingkan dengan pasar di luar Jakarta yang masih memiliki penetrasi rendah meskipun infrastruktur di sana menantang.
“Karena itu, Astra (ASII) melihat bahwa kendaraan hibrid tetap menjadi pilihan yang tepat, karena tidak ada persyaratan untuk akses ke stasiun pengisian baterai,” jelas Richard.
Pada kesempatan tersebut, kata Richard, Astra juga menyatakan bahwa panduan alokasi belanja modal (capital expenditure/capex) tidak berubah, tetap berfokus pada anak usahanya, PT United Tractors Tbk (UNTR), serta sektor non-manufaktur 4W.
Sepanjang 2022-2023, capex yang dihabiskan oleh emiten berkode saham ASII ini sebagian besar dialokasikan untuk UNTR, termasuk bisnis energi terbarukan. UNTR menyerap lebih dari 70% total capex ASII, sementara sisanya digunakan untuk fasilitas non-manufaktur 4W, bisnis mobil bekas (Serasi Autoraya), jalan tol, dan bisnis kesehatan.
Target Saham
Meskipun dividend payout ratio (DPR) sepanjang 2023 mencapai 62%, manajemen ASII memberikan panduan bahwa rasio pembayaran kemungkinan akan tetap sekitar 40%, kecuali terdapat keuntungan luar biasa seperti dari bisnis komoditas pada 2022-2023.
Oleh sebab itu, BRI Danareksa Sekuritas memberikan pandangan positif terhadap fokus strategi produk 4W ASII, terutama karena pertumbuhan volume penjualan kendaraan hibrida lebih kuat dibandingkan kendaraan listrik di negara lain seperti China dan Amerika Serikat (AS).
Sebagai informasi, penjualan kendaraan listrik baterai (BEV) di China selama periode Januari-Maret 2024 hanya naik 7% (yoy), sedangkan kendaraan listrik hibrida (HEV) melonjak 46% (yoy).
“Di AS, pangsa BEV terhadap total penjualan turun menjadi 7% pada kuartal I-2024 dibandingkan dengan 8,1% pada kuartal IV-2023, sementara penjualan HEV di AS stabil di angka 8%,” tuturnya.
Namun, hambatan utama bagi ASII saat ini lebih karena pelemahan penjualan mobil di pasar domestik. “Kami perkirakan turun 16% (yoy) pada 2024 menjadi 473 ribu unit,” ungkap Richard.
Sebab itu, BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rating atau rekomendasi hold untuk saham ASII. Target harga saham ASII dipatok sebesar Rp 5.100. Saat ini, ASII diperdagangkan pada P/E forward sebesar 6 kali atau standar deviasi -1,5 dari rata-ratanya.