Astra International
Korporasi

Astra (ASII) Jajaki Potensi Bisnis Kendaraan Listrik, Bagaimana Pengaruhnya?

  • Sebanyak 11 unit usaha baru dalam bidang kendaraan listrik dijadwalkan akan ditambahkan oleh PT Astra International Tbk (ASII).
Korporasi
Alvin Pasza Bagaskara

Alvin Pasza Bagaskara

Author

JAKARTA - PT Astra International Tbk (ASII) berencana memperluas portofolio bisnisnya dengan memasuki ranah kendaraan listrik (EV). Sebanyak 11 unit usaha baru dalam bidang EV dijadwalkan akan ditambahkan oleh perseroan.

Pertanyaannya, bagaimana pengaruh unit bisnis baru kendaraan listrik emiten bersandikan ASII terhadap kinerja keuangan perseroan khususnya laba bersih?  Melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia ASII perlu mendapatkan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan (RUPST) yang rencananya digelar pada 30 April 2024.

Adapun unit bisnis baru yang bakal ditambah ASII termasuk di antaranya industri baterai kendaraan listrik, reprasai baterai dan akumulator listrik, penjualan tenaga listrik, pengoperasian instalasi penyediaan tenaga listrik, serta berbagai aktivitas penunjang tenaga listrik lainnya.

Baca Juga: Prospek Saham Astra (ASII) Kala Laba Bersih 2023 Cetak Rekor

“Perseroan mendukung transisi elektrifikasi di industri otomotif, dengan komitmen untuk menawarkan produk-produk elektrik yang sesuai dengan kebutuhan konsumen, dengan tujuan untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia," ujar manajemen dalam keterbukaan informasi dikutip pada Jumat, 22  Maret 2024. 

Saat ini, ASII telah menghadirkan 6 model mobil Battery Electric Vehicle (BEV) dan 13 model mobil Hybrid Electric Vehicle (HEV) di Indonesia, dengan merek Toyota, Lexus, dan BMW. Selain itu, perusahaan juga menjual sepeda motor listrik EM1e dengan merek Honda. Dalam kategori BEV, Astra memiliki Lexus UX, Toyota bZ4x, dan Lexus RZ. 

Sementara itu, untuk segmen Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV), ASII menawarkan Toyota Rav4 dan Lexus RX. Adapun dalam segmen HEV, Astra menawarkan Innova Zenix, Yaris Cross, dan beberapa model hybrid lainnya.

"Untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listriknya, perseroan merencanakan antara lain untuk menjalankan usaha tambahan berupa penyediaan jasa EV charging station, EV swap battery station, reparasi baterai EV, pengumpulan baterai EV dan aktivitas penunjang lainnya," jelasnya.

Baca Juga: Tersengat Data Penjualan Mobil, Saham Astra (ASII) Terpantau Menguat

Uji Kelayakan Bisnis

Untuk mengkaji unit bisnis baru ini, ASII telah menunjuk Kantor Jasa Penilai Publik Suwendho Rinaldy dan Rekan (KJPP SRR) sebagai penilai independen untuk melakukan studi kelayakan terhadap rencana penambahan kegiatan usaha perusahaan. 

Proses penyusunan laporan studi kelayakan tersebut melibatkan berbagai metode dan prosedur, termasuk analisis kelayakan pasar, analisis kelayakan teknis, analisis kelayakan pola bisnis, analisis kelayakan model manajemen, dan analisis kelayakan keuangan. 

Dari hasil evaluasi berbagai aspek tersebut, KJPP SRR menyimpulkan bahwa emiten bersandikan ASII ini sangat layak untuk memperluas kegiatan usahanya ke dalam bisnis kendaraan listrik.

Baca Juga: Astra Kembali Ekspor Mobil Daihatsu, Sentimen Positif untuk ASII?

Berdasarkan analisis kelayakan keuangan, ASII memiliki Net Present Value (NPV) positif sebesar Rp49,83 miliar, dengan tingkat pengembalian internal (Internal Rate of Return/IRR) sebesar 39,61%. 

Selain itu, periode pengembalian investasi atau payback period diestimasi selama 5 tahun 5 bulan, lebih cepat dari perkiraan awal selama 6 tahun. Dengan penerapan rencana penambahan kegiatan usaha, diperkirakan laba usaha ASII akan meningkat antara 0,001% hingga 0,024%.

Apabila ditinjau dari laporan keuangan per 31 Desember 2023, ASII sukses meningkatkan laba bersih sebesar 16,91% year-on-year  menjadi Rp33,83 triliun, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2022 sebesar Rp28,94 triliun. 

Peningkatan laba bersih ini didukung oleh kenaikan pendapatan perseroan sebesar 5,03% YoY menjadi Rp316,56 triliun, dibandingkan dengan tahun 2022 yang sebesar Rp301,37 triliun. Pendapatan ini berasal dari berbagai sektor bisnis ASII, termasuk pertambangan, otomotif, jasa keuangan, agribisnis, infrastruktur, dan properti.

Sementara itu pada perdagangan Jumat, 22 Maret 2024, pukul 11:11 WIB, saham ASII mengalami stagnasi di level Rp5.350 per saham. Adapun sepanjang tahun ini (year-to-date/ytd) telah melemah sebesar 5,70%.