mati suri.jpg
Tekno

Astronout Mungkin Bisa Terbang ke Mars dalam Kondisi Mati Suri

  • Para ilmuwan telah membanjiri otak tikus dan tikus dengan ultrasound untuk membuat mereka seperti hibernasi.

Tekno

Amirudin Zuhri

JAKARTA- Para ilmuwan telah membanjiri otak tikus dan tikus dengan ultrasound untuk membuat mereka seperti hibernasi. Para peneliti mengatakan teknik tersebut suatu hari nanti dapat digunakan pada manusia yang terluka dalam perawatan kritis atau pada astronot yang melakukan penerbangan luar angkasa jarak jauh.

Metode pertama dari jenisnya — yang bekerja dengan menembakkan ultrasound ke wilayah otak yang bertanggung jawab untuk mengendalikan metabolisme dan suhu tubuh — mengurangi suhu tubuh rata-rata hewan pengerat hingga 3,5 derajat Celcius. Selain itu juga  menurunkan detak jantung mereka dan mengurangi konsumsi oksigen.

Hasil penelitian pada hewan dapat memberi para peneliti beberapa petunjuk tentang bagaimana keadaan seperti hibernasi atau mati suri, dapat diinduksi secara aman dan non-invasif pada manusia. Para peneliti mempublikasikan temuan mereka Kamis  25 Mei 2023 di jurnal Nature Metabolism.

 “Jika berhasil didemonstrasikan pada manusia, teknologi ini memiliki potensi yang signifikan untuk aplikasi medis, terutama dalam kondisi yang mengancam jiwa seperti stroke dan serangan jantung,” kata penulis studi utama Hong Chen, seorang profesor teknik biomedis di Universitas Washington di St. Louis.

"Mendorong keadaan seperti mati suri pada pasien ini dapat memperpanjang masa pengobatan dan meningkatkan peluang mereka untuk bertahan hidup," katanya dikutip Live Science Jumat 26 Mei 2023.

Ketika makanan langka atau cuaca terlalu dingin, beberapa mamalia, burung, serangga, amfibi, dan ikan mempertahankan energi mereka dengan secara tidak sengaja memasuki keadaan mati suri. Suatu  kondisi misterius  yang ditandai dengan penurunan metabolisme secara drastis.

Saat dalam keadaan lesu, suhu tubuh dan detak jantung hewan turun drastis dan darahnya mengalir lebih lambat. Selama hibernasi hewan memperlambat detak jantung mereka dari ratusan detak per menit menjadi hanya segelintir. Selain itu bernapas sekali setiap sepuluh menit atau lebih,  dan meredupkan aktivitas otak mereka hingga tidak terdeteksi.

Perubahan fisiologis mendalam secara drastis mengurangi energi yang dibutuhkan hewan untuk bertahan hidup. Maka tidak mengherankan bahwa para ilmuwan telah lama tertarik untuk mencari tahu apakah manfaat ini dapat diberikan kepada manusia dalam kondisi kritis, atau kepada orang-orang yang terikat dalam penerbangan panjang dan sepi ke planet yang jauh.

Faktanya catatan potensi kegunaan medis hipotermia, penurunan suhu tubuh yang biasanya berbahaya, sudah ada sejak zaman Mesir kuno. Itu juga diamati oleh kepala ahli bedah Napoleon Baron de Larrey selama invasi Prancis yang gagal ke Rusia pada tahun 1812. 

Lerrey menyelimuti anggota badan dengan es sebelum mengamputasi mereka. Dia juga memperhatikan bahwa orang yang terluka mati lebih cepat karena panasnya api daripada karena dingin. Di zaman modern, ahli bedah menggunakan keadaan hipotermia untuk meningkatkan tingkat kelangsungan hidup pasien selama operasi jantung dan otak.

Tetapi apakah manusia, yang tidak secara alami memasuki kondisi mati suri, dapat didorong secara artifisial dan aman ke dalamnya, masih menjadi pertanyaan terbuka.

Topi Ultrasound

Untuk menyelidiki kemungkinan ini, para ilmuwan di balik studi baru menciptakan topi ultrasound  yang awalnya mereka rekatkan ke kepala tikus. Setelah dinyalakan, alat tersebut mengirimkan gelombang ultrasonik ke bagian otak hewan pengerat yang disebut area preoptik hipotalamus. 

Wilayah otak penting untuk mengontrol suhu tubuh dan tidur pada banyak hewan serta aktivasi hibernasi dan keadaan mati suri pada hewan yang berhibernasi.

Setelah terkena semburan ultrasound, tikus segera memasuki keadaan seperti mati suri, di mana suhu tubuh, detak jantung, dan asupan oksigen menurun drastis. Tikus menjadi lamban, dan makan lebih sedikit.

Dengan mengulangi semburan ultrasound setiap kali suhu tubuh tikus meningkat di atas tingkat target. Para ilmuwan mampu menjaga tikus dalam keadaan mati suri hingga 24 jam tanpa mengamati tanda-tanda cedera atau ketidaknyamanan. Ketika topi ultrasound dimatikan, suhu tubuh normal dan tingkat aktivitas tikus pulih dalam waktu kurang dari 90 menit.

Setelah mengulangi percobaan mereka dengan 12 tikus, para ilmuwan melihat bahwa perangkat tersebut juga menyebabkan suhu tubuh tikus menurun, meskipun dengan penurunan yang lebih sedikit yakni hingga  2 C. Ini berarti  topi itu masih bisa berfungsi pada mamalia yang tidak secara alami memasuki mati suri,  termasuk manusia.

“Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk menentukan keamanan dan kelayakan pendekatan ini pada manusia,” kata Chen. "Kita bisa membayangkan astronot mengenakan perangkat seperti helm yang dirancang untuk menargetkan wilayah hipotalamus untuk menyebabkan keadaan seperti mati suri."

Namun, tetap ada banyak rintangan sebelum perangkat ultrasound yang menyebabkan mati suri dapat digunakan untuk mengulur waktu dokter selama operasi. Atau  untuk menempatkan astronot dalam semacam mati suri.