
Asuransi di Indonesia Masih Sepi Peminat, Apa yang Harus Dilakukan?
- Sebagian besar industri asuransi di Indonesia masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Padahal, wilayah di luar Jawa memiliki potensi pasar yang besar. Ogi menegaskan bahwa ekspansi ke wilayah-wilayah tersebut harus mulai menjadi prioritas bagi perusahaan asuransi.
IKNB
JAKARTA - Penetrasi asuransi di Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan dengan negara-negara maju. Berbagai faktor, seperti rendahnya literasi asuransi hingga daya beli masyarakat, menjadi tantangan utama yang perlu diatasi oleh industri perasuransian. Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun (PPDP) Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Ogi Prastomiyono, mengungkapkan beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk meningkatkan penetrasi asuransi di Indonesia.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi industri asuransi di Indonesia adalah rendahnya literasi asuransi di kalangan masyarakat. Ogi menekankan bahwa upaya kolektif dan berkesinambungan dalam meningkatkan pemahaman masyarakat tentang asuransi sangat diperlukan.
“Industri asuransi harus secara kolektif dan berkesinambungan meningkatkan literasi asuransi di masyarakat. Hal ini harus diiringi dengan perbaikan citra industri agar tetap terpercaya dengan menjunjung tinggi integritas dan tata kelola yang baik,” ujar Ogi melalui jawaban tertulis, dikutip Senin, 3 Maret 2025.
- Rekomendasi Minuman Segar dan Sehat untuk Menghidrasi Tubuh di Bulan Puasa
- Apakah Mencicipi dan Mencium Aroma Makanan Membatalkan Puasa?
- Vitamin yang Dibutuhkan Saat Puasa: Manfaat dan Sumber Alaminya
Kepercayaan masyarakat terhadap industri asuransi juga menjadi aspek penting yang perlu diperbaiki. Kasus-kasus gagal bayar dan manajemen risiko yang buruk di masa lalu telah membuat banyak calon nasabah ragu untuk membeli produk asuransi.
Oleh karena itu, peningkatan transparansi dan kepatuhan terhadap regulasi menjadi langkah krusial dalam membangun kembali kepercayaan masyarakat.
Menggarap Pasar Baru dan Ekosistem Digital
Selain meningkatkan literasi, industri asuransi juga perlu memperluas cakupan pasarnya dengan masuk ke ekosistem-ekosistem yang sedang berkembang.
Menurut Ogi, sektor asuransi dapat mendukung berbagai program pemerintah, seperti digitalisasi dan ekonomi hijau, untuk menjangkau lebih banyak segmen masyarakat yang sebelumnya belum tergarap.
“Industri asuransi harus mulai menggarap pasar-pasar baru yang selama ini belum tergarap secara optimal, misalnya dengan masuk ke dalam ekosistem-ekosistem yang sedang berkembang, seperti digitalisasi dan ekonomi hijau,” jelasnya.
- Baca Juga: Premi Tumbuh Positif tapi Hasil Investasi Merosot, Pendapatan Industri Asuransi Jiwa Tekoreksi
Adopsi teknologi digital dalam pemasaran dan distribusi produk asuransi juga menjadi faktor penting dalam meningkatkan penetrasi.
Platform digital dapat mempercepat proses akuisisi pelanggan serta memberikan akses yang lebih mudah bagi masyarakat untuk memahami dan membeli produk asuransi.
Ekspansi ke Luar Jawa
Sebagian besar industri asuransi di Indonesia masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Padahal, wilayah di luar Jawa memiliki potensi pasar yang besar. Ogi menegaskan bahwa ekspansi ke wilayah-wilayah tersebut harus mulai menjadi prioritas bagi perusahaan asuransi.
“Industri asuransi harus mulai berpikir untuk mengembangkan bisnis di wilayah geografis di luar Jawa yang juga memiliki potensi besar dengan mendirikan kantor pemasaran baru di wilayah tersebut,” katanya.
Ekspansi ini diharapkan dapat mendekatkan layanan asuransi kepada masyarakat yang selama ini masih sulit mengakses produk perlindungan keuangan, terutama di daerah terpencil.
- Downgrade Saham RI Iringi Peresmian Danantara
- Danantara Buka Lowongan, Seleksi Dilakukan Profesional Dalam dan Luar Negeri
- Jadi Petinggi Danantara, Inilah Kasus Hukum yang Menghantui Dony Oskaria
Perbandingan dengan Negara Maju
Jika dibandingkan dengan negara-negara maju, penetrasi asuransi di Indonesia masih jauh tertinggal. Di negara maju, asuransi sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, baik dalam bentuk asuransi kesehatan, jiwa, maupun properti.
Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya perlindungan finansial di masa depan juga lebih tinggi, sehingga permintaan terhadap produk asuransi lebih stabil.
Sebaliknya, di Indonesia, asuransi masih sering dianggap sebagai kebutuhan sekunder yang hanya diperlukan oleh kalangan tertentu. Rendahnya tingkat literasi, daya beli, serta kepercayaan terhadap industri asuransi menjadi faktor utama yang menghambat pertumbuhan sektor ini.