Migas
Industri

Atasi Kelangkaan Sumber Migas, Lemigas Kembangkan Teknologi Analisa Sidik Jari

  • Beberapa contoh kasus analisis sidik jari biomarker untuk kasus pencemaran yang pernah dilakukan Lemigas, misalnya Kasus pencemaran minyak dari Sumur Montara di Laut Timor, pencemaran di Pulau Bintan, pencemaran di perairan Cilacap, pencemaran minyak di Kepulauan Seribu, dan lain-lain.
Industri
Yosi Winosa

Yosi Winosa

Author

JAKARTA - Kelangkaan sumber migas dan turunya produksi menjadi momok bagi pelaku usaha dan investor. Tuntutan inovasi, salah satunya lewat penerapan teknologi geokimia organik dalam industri perminyakan pun tak terelakkan. Untuk itu, LEMIGAS mengembangkan teknologi analisa analisa sidik jari biomarker Gas Chromatography (GC) dan Gas Chromatography Mass Spectrometry (GC-MS).

Analisa fingerprint merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam geokimia organik untuk mengevaluasi molekul kimia yang terdapat di dalam ekstrak batuan dan minyak bumi.  Analisis sidik jari biomarker minyak bumi secara historis telah digunakan untuk mengidentifikasi karakter dari suatu minyak bumi.

Kepala Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi Lemigas, Kementerian ESDM, Ariana Soemanto mengatakan pihaknya akan terus mengembangkan teknologi yang mendukung kegiatan di sektor hulu hingga hilir migas. Dari sektor hulu, teknologi analisa sidik jari migas yang dikembangkan Lemigas diharapkan dapat menjadi solusi bagi permasalahan migas.

Saat ini, teknologi analisa sidik jari yang ada di laboratorium Geokimia Lemigas didukung dengan perlengkapan laboratorium berteknologi tinggi dan tenaga analis yang berkompeten mampu memberikan hasil analisa yang akurat terhadap umur batuan sumber untuk dapat menentukan jejak minyak bumi.

“Kami siap menjadi partner migas yang dapat dapat diandalkan,” kata Ariana dalam website resmi, dikutip Sabtu, 3 Desember 2022.

Secara ilmiah, biological marker (biomarker) merupakan molecular fossil yang kompleks terdiri dari karbon, hidrogen dan elemen lainnya yang diturunkan dari suatu organisme hidup. (Peters and Moldowan, 1993). Selama proses evolusi, senyawa biomarker tidak mengalami perubahan struktur dari molekul organik induknya yang berasal dari organisme hidup, kecuali hanya sedikit (Eglinton and Murphy, 1969).

Dalam kegiatan eksplorasi migas, senyawa biomarker sering digunakan untuk melakukan studi korelasi antar dua minyak bumi atau minyak bumi dengan batuan induknya.

Biomarker dapat diukur dalam minyak maupun batuan sedimen sehingga dapat memberikan informasi tentang senyawa organik yang ada dalam batuan induk, kondisi lingkungan saat terjadinya pengendapan, kematangan termal dari batuan atau minyak, tingkat biodegradasi, dan dapat juga dipergunakan untuk menentukan umur relatif batuan sumber, misalnya batuan sumber Pratersier atau Tersier.

Analisis sidik jari biomarker juga dapat digunakan untuk Studi geokimia forensik pencemaran minyak bumi di lingkungan dengan mengidentifikasi sidik jari biomarka sampel tumpahan minyak dan membandingkannya dengan sidik jari biomarka sampel minyak yang dianggap sebagai sumber pencemar. 

Beberapa contoh kasus analisis sidik jari biomarker untuk kasus pencemaran yang pernah dilakukan Lemigas, misalnya Kasus pencemaran minyak dari Sumur Montara di Laut Timor, pencemaran di Pulau Bintan, pencemaran di perairan Cilacap, pencemaran minyak di Kepulauan Seribu, dan lain-lain.