<p>Bendungan Sukamahi/PUPR</p>
Nasional

Atasi Krisis Air, Pemerintah Kebut 13 Bendungan Ini

  • Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR) menargetkan menyelesaikan 13 bendungan di tahun ini. Hal ini dilakukan untuk mengatasi krisis air selama pandemi COVID-19 dan mengantisipasi bencana yang kerap terjadi.

Nasional

Reza Pahlevi

JAKARTA – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR) menargetkan menyelesaikan 13 bendungan di tahun ini. Hal ini dilakukan untuk mengatasi krisis air selama pandemi COVID-19 dan mengantisipasi bencana yang kerap terjadi.

Dengan adanya 13 bendungan tersebut, volume tampungan akan meningkat jadi 728,87 juta per meter dan dapat mengaliri air ke sawah dengan total luas 134.799 hektar. Selain itu, air baku juga akan meningkat menjadi 5,83 meter kubik per detik.

Direktur Bina Teknik Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) Eko Winar Irianto menyampaikan 13 bendungan yang dikebut tersebut adalah Kuningan, Ciawi, Sukamahi, Pidekso, Bendo, Gongseng dan Tugu yang ada di Pulau Jawa. Lalu bendungan Margatiga dan Way Sekampung di Pulau Sumatera.

“Lalu, di pulau Sulawesi, tiga bendungan yang akan diselesaikan yaitu Bendungan Ladongi, Paselloreng, dan Karalloe. Kemudian di Nusa Tenggara Barat yaitu Bendungan Bintang Bano,” ujarnya dalam diskusi virtual, dikutip Rabu, 24 Maret 2021.

Berikut adalah rincian pembangunan 13 bendungan yang dikebut pemerintah tahun ini:

1. Bendungan Kuningan

Bendungan Kuningan berada di Kecamatan Cibeureum, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Bendungan ini ditargetkan mulai diairi di pertengahan tahun dan beroperasi di akhir tahun 2021. Bendungan ini memiliki luas 284,45 hektare dengan kapasitas air total 25,96 juta meter kubik.

Bendungan ini nantinya akan berfungsi untuk mengairi saluran irigasi untuk 3.000 hektare lahan pertanian, yaitu di wilayah Kuningan seluas 1.000 hektare dan sisanya untuk Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.

Pembiayaan proyek merupakan hasil patungan dari Pemerintah Kabupaten Kuningan dan Brebes, Pemprov Jabar dan Jateng dan juga dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dengan total anggaran mencapai Rp460 miliar.

2. Bendungan Ciawi

Bendungan Ciawi merupakan bendungan kering atau dry dam yang pertama kali dibangun di Indonesia. Artinya, bendungan ini baru akan digenangi pada musim hujan dan berfungsi utama untuk menurunkan puncak banjir di daerah Jakarta dan sekitarnya.

Per Februari 2021, pembangunan Bendungan Ciawi sudah mencapai 81,64% dan ditargetkan rampung pada semester II/2021. Bendungan ini memiliki kapasitas 6,05 juta meter kubik dan berpotensi mereduksi debit air banjir mencapai 111,75 liter per detik.

3. Bendungan Sukamahi

Sama seperti Bendungan Ciawi, Bendungan Sukamahi bertipe dry dam. Per Februari 2021, proses pembangunan bendungan ini sudah mencapai 70,02% dan ditargetkan rampung pada semester II/2021..

Bendungan Sukamahi memiliki kapasitas 1,68 juta meter kubik. Bendungan tersebut ditujukan untuk mengendalikan banjir dengan kapasitas pengurangan debit air banjir sekitar 15,47 liter per detik.

Sebelumnya, Kementerian PUPR sudah melakukan simulasi pengurangan debit air akibat berfungsinya Bendungan Ciawi dan Sukamahi di 3 titik. Hasilnya, kedua bendungan tersebut akan mengurangi debit banjir di Pintu Air Manggarai hingga 12 persen, di Bendungan Katulampa sekitar 27 persen, dan di Dam Site mencapai 30 persen.

4. Bendungan Pidekso

Bendungan Pidekso berada di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Bendungan ini memiliki kapasitas tampung sebesar 25 juta meter kubik dengan panjang bendungan 387 meter dan tinggi bendungan 40 meter. Per Maret 2021, perkembangan keseluruhan pembangunan bendungan tersebut telah mencapai 60,32 persen.

PT PP (Persero) Tbk (PTPP) menjadi penyelenggara proyek tahap I dengan dana dari APBN sebesar Rp436,9 miliar. Selanjutnya, pembangunan tahap II diperkirakan membutuhkan anggaran sebesar Rp 376 miliar.

Bendungan ini direncanakan mampu mengairi area irigasi seluas 1.500 hektare. Air irigasi dari bendungan akan meningkatkan intensitas tanam dari 133 persen (2000 hektare) ke 240 persen (3600 hektare).

Bendungan yang berada di hulu Sungai Bengawan Solo ini juga memiliki manfaat untuk penyediaan air baku sebesar 300 liter per detik di wilayah Kabupaten Wonogiri, Sukoharjo, Kota Solo dan sekitarnya, serta potensi listrik tenaga hidro sebesar 0,5 megawatt (MW).

5. Bendungan Bendo

Proses pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) Bendungan Bendo di Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo sudah mencapai 91 persen per Maret 2021. Konstruksi dilakukan sejak tahun 2013 oleh kerjasama operasional (KSO) PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), PT Hutama Karya dan PT Nindya Karya dengan nilai kontrak sebesar Rp1,06 triliun.

Bendungan Bendo berkapasitas tampung 43,11 juta meter kubik dan akan dimanfaatkan untuk peningkatan layanan irigasi seluas 7.800 hektare di Kabupaten Ponorogo dan Madiun sebagai sentra pertanian Jawa Timur.

Selain sebagai layanan irigasi, manfaat lain Bendungan Bendo adalah sumber air baku sebesar 370 liter/detik, reduksi banjir dan pembangkit tenaga listrik sebesar 1,56 MW. Bendungan setinggi 71 meter dengan tipe urugan ini membendung Sungai Keyang yang merupakan anak sungai Bengawan Madiun (anak sungai Bengawan Solo).

6. Bendungan Gongseng

Bendungan Gongseng terletak di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, dan proses pembangunannya sudah mencapai 86,85% per Maret 2021. Pembangunan dimulai sejak 2013 dengan nilai kontrak sebesar Rp569,04 miliar.

Bendungan ini memiliki kapasitas tampungan 22,43 juta meter kubik, berfungsi untuk melayani irigasi seluas 6.191 hektar, layanan air baku 300 liter per detik, mereduksi banjir 133,27 meter kubik per detik dan pembangkit tenaga listrik sebesar 0,7 MW.

7. Bendungan Tugu

Bendungan Tugu berlokasi di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, dan sudah mulai dibangun sejak Januari 2014. Pembangunan proyek dilakukan oleh WIKA dengan nilai kontrak Rp1,9 triliun dan proses pembangunan sudah mencapai 88,54% per Maret 2021.

Bendungan Tugu memiliki kapasitas tampung sebesar 9,3 juta meter kubik. Bendungan Tugu bermanfaat untuk mengairi daerah irigasi Ngasinan seluas 1.200 hektare dan sumber air baku sebesar 10 liter per detik, pembangkit listrik sebesar 0,4 MW, mereduksi banjir, dan sebagai lokasi pariwisata.

8. Bendungan Margatiga

Bendungan Margatiga berada di Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung. Bendungan Margatiga bertujuan untuk meningkatkan kapasitas jaringan irigasi dari aliran Sungai Way Sekampung, sehingga terintegrasi dengan Bendungan Way Sekampung. Proses pembangunan sudah mencapai 56% per Januari 2021 dan ditargetkan selesai akhir tahun 2021.

Bendungan dengan kapasitas tampung 147,94 juta m3 di hilir Sungai Way Sekampung ini diproyeksikan akan mengairi lahan irigasi seluas 16.588 Hektar (Ha). Selain itu juga dapat dimanfaatkan sebagai penyedia air baku di Lampung Timur sebesar 0,83 m3/detik.

Bendungan Margatiga merupakan tipe urugan dengan tinggi mencapai 28,75 meter, panjang puncak 321,76 meter, dan lebar puncak 7 meter. Bendungan ini memiliki luas genangan 2.137 hektare.

Pembangunan bendungan dilakukan oleh KSO PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) dengan PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) dengan nilai kontrak Rp838 miliar.

9. Bendungan Way Sekampung

Bendungan Way Sekampung terintegrasi dengan Bendungan Margatiga. Sejauh ini, konstruksi bendungan telah mencapai 92,24% dan ditargetkan sudah dapat diisi air Juli 2021.

Pembangunan menyerap dana Rp2,07 triliun dan dibagi menjadi empat paket pekerjaan dengan paket pertama dilakukan oleh kerjasama operasional (KSO) PT PP (Persero) Tbk (PTPP)-PT Ashfri, paket kedua dilakukan oleh KSO PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT)-PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), paket ketiga oleh PTPP-PT Ashfri, dan paket keempat oleh WSKT.

Bendungan ini memiliki kapasitas tampung sekitar 68,06 juta meter kubik dan akan dimanfaatkan untuk penyediaan air irigasi daerah irigasi (DI) Sekampung seluas 55.373 hektar dan menambah areal irigasi DI Rumbia Extension seluas 17.334 hektar. Dengan adanya jalur irigasi ini diharapkan dapat membantu petani untuk meningkatkan intensitas tanam hingga 270%.

10. Bendungan Ladongi

Bendungan Ladongi di Kabupaten Kolaka Timur merupakan bendungan pertama yang dibangun di Sulawesi Tenggara. Bendungan Ladongi nantinya dapat menampung air 45 juta meter kubik yang akan mengairi daerah irigasi existing seluas 2.212 hektare dan daerah irigasi pengembangan seluas 1.392 hektare.

Bendungan Ladongi juga akan memasok air baku sebesar 0,12 meter kubik per detik untuk Kecamatan Ladongi dan Kecamatan Tirawuta, lalu untuk pengendalian banjir, PLTMH sebesar 1365 KWH dan objek pariwisata di Kabupaten Kolaka Timur.

11. Bendungan Paselloreng

Bendungan Paselloreng berada di Desa Arajang Kecamatan Gilireng, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan (Sulsel). Konstruksi bendungan dikerjakan oleh KSO PT WIKA-PT Bumi Karsa dan memakan biaya pembangunan sebesar Rp793 miliar.

Bendungan ini memiliki kapasitas tampung 138 juta meter kubik dengan luas genangan 1.892,47 hektare. Bendungan Paselloreng mampu menyuplai penyediaan air baku untuk 4 kecamatan di Kabupaten Wajo sebesar 200 liter/detik serta sebagai pengendali banjir Sungai Gilireng 1.000 m3/detik.

Bendungan multifungsi ini juga dimanfaatkan konservasi Sumber Daya Air (Area Green Belt), perikanan air tawar, pengembangan pariwisata, dan potensi pembangkit tenaga listrik sebesar 2,5 MW.

12. Bendungan Karalloe

Bendungan Karalloe berlokasi di Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Per Maret 2021, proses pembangunan sudah mencapai lebih dari 90 persen dan ditargetkan rampung Juli 2021.

Dengan demikian, bendungan berkapasitas 40,53 juta meter kubik ini siap dilakukan impounding atau penggenangan awal demi menjaga kontinuitas suplai air irigasi ke lahan pertanian.

Dengan luas genangan 248,50 hektare, suplai air bendungan ini akan digunakan untuk mengairi lahan irigasi seluas 7.004 hektare, sumber air baku 440 liter per detik, pembangkit listrik mikrohidro 4,5 MW, dan pengendali banjir untuk Kabupaten Gowa sebesar 49 meter kubik per detik.

13. Bendungan Bintang Bano

Bendungan di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat ini ditargetkan rampung pada Desember 2021. Memiliki bentang puncak sepanjang 497 meter dan lebar 12 meter, bendungan ini mampu menampung 65,84 juta meter kubik air.

Bbendungan ini akan mampu mengairi 6.695 hektare lahan pertanian di sekitarnya serta menjadi sumber air baku dengan debit air 555 liter per detik. Selain itu, juga bisa berfungsi sebagai pengendali banjir dari luapan air Sungai Brang Rea sebesar 21,13 juta meter kubik

Tak hanya itu, aliran air dari Bendungan Bintang Bano juga dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik mini hidro 2 x 4,4 MW yang cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik di Sumbawa Barat.