Australia Lanjut Pakai AstraZeneca Meski Ada Kasus Penyumbatan Darah
Acting Chief Medical Officer Australia Michael Kidd mengatakan Australia masih akan tetap menggunakan vaksin buatan AstraZeneca dan Universitas Oxford.
Dunia
MELBOURNE – Acting Chief Medical Officer Australia Michael Kidd mengatakan Australia akan tetap menggunakan vaksin buatan AstraZeneca dan Universitas Oxford.
Sebelumnya, keraguan sempat muncul setelah seorang lelaki 44 tahun di Melbourne dilarikan ke rumah sakit dengan kasus penyumbatan darah beberapa hari setelah disuntik vaksin AstraZeneca.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
“Kami belum mendapatkan anjuran dari ATAGI (Australian Technical Advisory Group on Immunisation) dan TGA (Therapeutic Goods Administration) untuk menghentikan vaksinasi dengan AstraZeneca di Australia,” ujar Kidd seperti dikutip Reuters, Sabtu, 3 April 2021.
Meski begitu, Kidd menyebut ada kemungkinan kasus penyumbatan darah yang terjadi memang disebabkan oleh vaksin AstraZeneca. Bersama ATAGI dan TGA, pihaknya akan terus menginvestigasi kasus ini dan pengumuman selanjutnya akan dilakukan minggu depan.
Adanya komplikasi ini dapat memperparah lambatnya proses vaksinasi di Australia. Maret lalu, Australia gagal mencapai target vaksinasi sebanyak 3,3 juta dosis sehingga menyebabkan pemerintah pusat dan pemerintah negara bagian saling menyalahkan.
Di Februari, Australia memulai vaksinasi untuk 25 juta orang. Kebanyakan dari target ini akan menggunakan vaksin buatan AstraZeneca yang diproduksi secara domestik oleh CSL Ltd. CSL akan memproduksi 50 juta vaksin AstraZeneca.
Sebelumnya, Inggris juga menemukan 30 kasus penyumbatan darah setelah penggunaan vaksin AstraZeneca. Beberapa negara, seperti Kanada, Prancis, Jerman, dan Spanyol, membatasi penggunaan vaksin ini setelah menerima laporan serupa.