Awal Pekan, Harga Minyak Diperkirakan Melemah Gara-Gara Ini
- Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, salah satu faktor yang mendorong pelemahan pada harga minyak mentah dunia adalah kebijakan dari Arab Saudi.
Pasar Modal
JAKARTA - Harga minyak pada perdagangan Senin, 9 Januari 2023, diperkirakan masih akan melemah karena beberapa faktor.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, salah satu faktor yang mendorong pelemahan pada harga minyak mentah dunia adalah kebijakan dari Arab Saudi.
Arab Saudi sebagai eksportir minyak mentah utama dunia menurunkan harga minyak mentah ringan yang dijualnya ke Asia di posisi level terendah sejak November 2021 di tengah tekanan global yang menekan harga komoditas ini.
Tidak hanya itu, penurunan permintaan dari China sebagai importir terbesar di dunia, ditambah dengan melambatnya prospek ekonomi pun menjadi faktor yang mendorong penurunan harga minyak.
- Begadang Bisa Bikin Badan Gemuk, Ini Sebabnya
- Kisah Sukses Pendiri Start Up: Natali Ardianto Tinggalkan 2 Perusahaan Rintisan Untuk Memulai Tiket.com
- Tak Hanya M3gan, Ini Rekomendasi Film Terbaru yang Sedang Tayang di Bioskop Indonesia
Walau demikian, pasar saham di China mencatatkan penguatan selama lima hari berturut-turut pada pekan lalu di tengah ekspetasi investor bahwa ekonomi China akan segera bangkit dari kesengsaraan akibat COVID-19.
"Tetapi, lebih banyak negara di seluruh dunia menuntut pengunjung dari China melakukan tes COVID, beberapa hari sebelum China melepaskan kontrol perbatasan dan mengantarkan kembalinya perjalanan yang ditunggu-tunggu untuk populasi yang sebagian besar telah terjebak di rumah selama tiga tahun," ujar Ibrahim dikutip dari riset yang diterima TrenAsia, Minggu, 8 Januari 2023.
Akibat permintaan minyak mentah dunia yang melambat, harga minyak dunia diperkirakan akan menyentuh US$72 (Rp1,12 juta dalam asumsi kurs Rp15.635 per-dolar Amerika Serikat/AS) perbarel.
Ibrahim pun menyampaikan bahwa inflasi zona Euro pada bulan lalu telah turun, tetapi tekanan harga yang mendasari masih meningkat dan indikator pertumbuhan ekonomi menunjukkan perbaikan.
Hal-hal tersebut pun dinilai Ibrahim dapat mendorong bank sentral Eropa untuk terus menaikkan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang.
Selanjutnya, aktivitas industri jasa AS pada November mengalami pelemahan untuk pertama kalinya dalam rentang waktu lebih dari 2,5 tahun, dan tingkat pengangguran kembali ke level terendah prapandemi sebesar 3,5% karena pasar tenaga kerja yang masih ketat.
"Presiden Federal Reserve (The Fed) Atlanta Raphael Bostic mengatakan angka pekerjaan AS terbaru adalah tanda lain bahwa ekonomi secara bertahap melambat dan jika itu terus berlanjut, The Fed dapat turun ke kenaikan suku bunga seperempat poin persentase pada pertemuan kebijakan berikutnya," kata Ibrahim.
- Avatar The Way of Water Raup Pendapatan Rp15,5 Triliun Selama Dua Pekan
- Catat! Daftar Harga BBM Tahun 2023: Pertamax Turun, Pertalite Stagnan
- Sri Mulyani Tegaskan Gaji Rp5 Juta Tidak Kena Pajak 5 Persen, Ini Hitungannya
Pada penutupan perdagangan Amerika, Sabtu, 7 Januari 2023, harga minyak dunia ditutup US$73,64 perbarel (Rp1,15 juta).
Pada perdagangan Senin, 9 Januari 2023, Ibrahim memperkirakan harga minyak akan diperdagangkan di rentang US$72,56 (Rp1,13 juta) - US$75,55 (Rp1,18 juta) perbarel.