<p>Nilai tukar rupiah pagi ini, Jumat, 6 November 2020 berada di level Rp14.380 per dolar AS, menguat 185 bps sebesar 1,27% dibandingkan penutupan kemarin, Kamis, 5 November 2020 di level Rp14.565 per dolar AS. / Foto: Ismail Pohan &#8211; Tren Asia</p>
Industri

Awal September Modal Asing Masih Masuk RI Rp1,66 Triliun

  • Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan domestik pada pekan kedua atau periode 6-9 September 2021 mencapai Rp1,66 triliun.
Industri
Sukirno

Sukirno

Author

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan domestik pada pekan kedua atau periode 6-9 September 2021 mencapai Rp1,66 triliun.

Aliran modal asing yang masuk tersebut terdiri dari pembelian bersih (nett buy) di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp810 miliar dan di pasar saham sebesar Rp850 miliar.

"Berdasarkan data transaksi selama 6-9 September 2021, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp1,66 triliun," kata Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Jumat, 10 September 2021.

Dengan demikian, sejak Januari hingga pekan kedua September 2021 (year to date/ytd), investor nonresiden tercatat beli neto hingga Rp32,88 triliun.

Di sisi lain, indikator premi risiko yakni Credit Default Swap (CDS) Indonesia tenor 5 tahun naik ke level 67,09 basis poin (bps) per 9 September 2021 dari 66,33 bps per 3 September 2021.

Sedangkan nilai tukar rupiah pada Jumat pagi, 10 September dibuka pada level (bid) Rp14.250 per dolar AS. Bank sentral mencatat posisi tersebut sama dengan posisi di Kamis, 9 September yaitu ditutup pada level (bid) Rp14.250 per dolar AS.

Sementara itu, imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara tenor 10 tahun turun sedikit ke level 6,15%, Jumat (10/9), setelah pada Kamis (9/9) meningkat ke posisi 6,16%.

Erwin mengatakan BI akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk mengawasi secara cermat dinamika penyebaran COVID-19, dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu.

"Serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan," kata Erwin.