Awas! Ini Dampak Buruk Sering Memarahi Anak
- Anak bagai kertas putih yang belum diisi. Lantaran masih dalam proses belajar, rasa ingin tahunya tentunya masih sangat tinggi.Terkadang, saat melakukannya, perilaku anak tersebut membuat orang tua tak bisa menahan kesabaran.
Gaya Hidup
JAKARTA - Anak bagai kertas putih yang belum diisi. Lantaran masih dalam proses belajar, rasa ingin tahunya tentu masih sangat tinggi.
Terkadang, saat melakukan eksplorasi atau mengenal hal baru, perilaku anak membuat orang tua tak bisa menahan kesabaran. Hal ini berakhir dengan Anda memarahi sang buah hati.
Meski banyak orang menganggap marah pada anak merupakan hal wajar di Indonesia, rupanya memarahi anak tergolong sebagai kekerasan emosional. Tak main-main, dampaknya bagi tumbuh kembang anak bahkan bisa lebih fatal dari kekerasan fisik.
Sama halnya seperti orang dewasa, memarahi anak terus menerus bisa memicunya untuk merasa malu, takut, cemas, hingga merasa bersalah. Hal ini tentunya dapat mengganggu tumbuh kembang anak.
Ketika sering dimarahi, pola tidur anak bisa saja terganggu sehingga berpengaruh pada masalah perilaku, masalah belajar, dan kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Mengutip dari sejumlah sumber, berikut dampak buruk yang bisa terjadi pada Anak jika Anda terlalu sering memarahinya.
1. Anak menjadi minder
Perilaku anak yang sering dimarahi dan tidak tentunya berbeda. Anak yang sering dimarahi punya kecenderungan menjadi pribadi yang minderan atau kurang percaya diri.
Saat dimarahi, apalagi di depan banyak orang, seorang anak mungkin akan mengalami trauma yang berkepanjangan. Meskipun terkadang orang-orang di sekeliling menganggap tindakan tersebut adalah biasa, namun bagi anak, hal tersebut bisa membuat jiwa anak menjadi sangat tertekan.
Alhasil di masa depan, anak yang sering dimarahi akan selalu merasa bersalah sehingga hidupnya akan selalu dipenuhi oleh keraguan akan pandangan orang-orang di sekelilingnya terhadap dirinya.
2. Egois dan tak ramah
Sering memarahi anak bisa menjadikan anak menjadi pribadi yang egois dan tak ramah. Ia akan cenderung individualis dan bersikap keras.
Apabila hal ini terus berlanjut, anak akan menjadi pribadi yang memberontak dan keras. Sedikit demi sedikit, kepercayaannya terhadap sekitar perlahan sirna sehingga dia tumbuh menjadi arogan dan cuek terhadap keadaan di sekelilingnya.
3. Memicu perilaku buruk pada anak
Banyak orang tua berpikir, memarahi anak dapat mencegah mereka berperilaku buruk di masa depan. Tetapi penelitian menunjukkan bahwa itu sebenarnya justru dapat menciptakan lebih banyak masalah dalam jangka panjang.
"Marah sambil berteriak sebenarnya bisa membuat perilaku anak menjadi semakin buruk," kata dokter anak Karen Gill, sebagaimana dikutip dari Healthline.
Hal serupa disampaikan dalam Studi yang diterbitkan dalam Society for Research in Child Development tahun 2013. Penelitian menemukan bahwa anak yang terus dimarahi orang tuanya akan semakin menunjukkan perilaku buruk.
4. Picu depresi pada anak
Anak yang terus dimarahi sambil dibentak juga akan mengalami masalah psikologis. Pengalaman tersebut akan terbawa hingga dia dewasa.
Studi sebelumnya juga menemukan adanya peningkatan gejala depresi pada anak yang terus dimarahi. Banyak penelitian lain juga menunjukkan hubungan antara kekerasan emosional dan depresi atau gangguan kecemasan.
Gejala semacam ini dapat menyebabkan perilaku yang memburuk dan bahkan dapat berkembang menjadi tindakan yang merusak diri sendiri, seperti penggunaan narkoba atau peningkatan aktivitas seksual berisiko.
5. Pengaruhi kondisi fisik
Tak cuma masalah psikologi, sering memarahi anak juga bisa memegaruhi kesehatan fisik Si Kecil. Anak akan mengalami stres karena perbuatan orang tuanya.
Stres di masa kanak-kanak dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan tertentu saat dewasa. Penelitian yang diterbitkan dalam Psychological Bulletin Journal tahun 2011 menunjukkan, stres yang dialami anak akan berdampak jangka panjang pada kesehatan fisiknya.
6. Takut bersosialisasi
Hilangnya rasa percaya diri juga pada Anak bisa membuat anak takut bersosialisasi. ironisnya, perasaan ini bisa terbawa sampai dewasa
Dampak akan menjadi lebih buruk bila orang tua tidak berperan dalam pembentukan jati diri anaknya. Apabila orang tua terus mengekang dan memarahi anaknya, maka dia akan semakin sulit untuk bersosialisasi