rokok
Gaya Hidup

Awas! Penggunaan Ganda Rokok Elektronik dan Konvensional Berisiko Tinggi

  • JAKARTA – Hasil penelitian dari Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI) mengatakan penggunaan ganda (dual user) antara rokok konvensional dan rokok elektrik memiliki risiko kesehatan lebih tinggi dibandingkan single user. Selain probabilitas mengidap penyakit lebih besar, penelitian juga menunjukkan bahwa dual user berpotensi lebih tinggi pada penyakit komplikasi, pengurangan produktivitas, dan borosnya anggaran kesehatan. […]

Gaya Hidup

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – Hasil penelitian dari Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI) mengatakan penggunaan ganda (dual user) antara rokok konvensional dan rokok elektrik memiliki risiko kesehatan lebih tinggi dibandingkan single user.

Selain probabilitas mengidap penyakit lebih besar, penelitian juga menunjukkan bahwa dual user berpotensi lebih tinggi pada penyakit komplikasi, pengurangan produktivitas, dan borosnya anggaran kesehatan.

“Hal ini menunjukkan bahwa dual user akan mengalami double burden yang akan berdampak ganda pada indikator-indikator tersebut,” kata Ketua PKJS-UI, Aryana Satrya dalam keterangan resmi yang diterima TrenAsia.com, Jumat, 7 Agustus 2020.

Menurut data survei sosial ekonomi nasional (Susenas), prevalensi perokok elektronik terus naik dari 0,3% pada 2011, 2,32% (2017), dan naik lagi menjadi 2,10% pada 2019.

Selain itu, lebih dari 95% pengguna rokok elektronik merupakan dual user (Susenas 2017 dan 2019 dan Riskesdas 2018).

Berbagai Risiko

Aryana memaparkan sejumlah lesatan risiko akibat penggunaan ganda kedua jenis rokok tersebut di antaranya adalah para dual user memiliki probabilitas mengidap penyakit asma, hipertensi, stroke, gagal ginjal, dan rematik lebih tinggi dibandingkan single user.

Pada penduduk usia diatas 40 tahun, dual user memiliki probabilitas untuk mengidap penyakit diabetes, jantung, dan kanker lebih tinggi dibandingkan single user. Kemudian, dual user juga memiliki probabilitas untuk memiliki gigi rusak, penyakit gusi, dan sariawan lebih tinggi dibandingkan single user.

Tidak hanya itu, dual user memiliki asosiasi positif dengan jumlah komplikasi penyakit yang dimiliki dibanding single user. Aryana menambahkan jika dual user memiliki jam kerja yang lebih rendah dan utilisasi kesehatan yang lebih tinggi dibanding single user.

Dual user memiliki jam kerja 0,69 jam/minggu lebih rendah dibanding single user,” imbuh Aryana.

Kemudian, dual user memiliki pengeluaran kesehatan per kapita per bulan Rp296 dibanding single user.

Menariknya, data menunjukkan bahwa single user rokok elektronik memiliki jam kerja 1,2 jam/minggu lebih rendah dibanding single user rokok konvensional. Lalu, single user perokok elektronik memiliki pengeluaran kesehatan per kapita per bulan Rp 15.635 dibanding single user rokok konvensional.

Akan tetapi, single user rokok konvensional memiliki probabilitas mengidap hipertensi dan rematik lebih tinggi dibandingkan single user rokok elektronik.

Dengan demikian, Aryana mengimbau perokok untuk tidak mengkonsumsi kedua jenis rokok tersebut secara bersamaan. Sebab, penggunaan ganda rokok terbukti meningkatkan banyak faktor risiko.

“Pengendalian konsumsi rokok baik pada rokok elektronik maupun rokok konvensional harus dipertegas dan diimplementasikan.”