Inilah Trik Supermarket Agar Anda Berbelanja Lebih Banyak
Gaya Hidup

Awas Terjebak! 5 Makanan dengan Label Sehat Ini Justru Buang-buang Uang Anda

  • Inilah beberapa makanan dengan label menyehatkan yang justru hanya akan membuang-buang uang Anda
Gaya Hidup
Justina Nur Landhiani

Justina Nur Landhiani

Author

JAKARTA - Anda tentu kerap melihat berbagai makanan yang diberi label menyehatkan dengan berbagai klaim yang menggiurkan dan menggoda Anda untuk membeli dan mengonsumsinya. Tak jarang, dengan klaim yang akan semakin menyehatkan tubuh, makanan dengan label sehat ini dibanderol dengan harga yang lebih mahal. Padahal, seringkali makanan tersebut tidak memiliki efek yang drastis untuk tubuh Anda.

Berikut beberapa makanan dengan label sehat yang justru akan membuang uang Anda.

Minyak Kelapa

Seperti yang dilansir dari laman Reader’s Digest, minyak kelapa memang cocok untuk olahan menggunakan granola dalam pembuatan smoothie. Minyak kelapa diklaim dapat membantu mencegah penyakit jantung, menurunkan berat badan, dan mengurangi risiko terkena kanker.

Padahal, klaim kesehatan dari minyak kelapa ini tidak terbukti. Selain itu, minyak kelapa mengandung lemak jenuh yaitu jenis lemak yang terkait dengan risiko penyakit jantung yang tinggi. Menambahkan minyak kelapa dalam makanan yang sudah mengandung lemak jenuh yang tinggi seperti daging dan keju tentunya bukan pilihan untuk menyehatkan tubuh.

Daripada menggunakan minyak kelapa, Anda bisa memilih minyak zaitun dan minyak kelapa karena kaya akan lemak tak jenuh tunggal yang akan menyehatkan jantung. Anda juga bisa menambahkan buah alpukat segar ke dalam makanan untuk mendapatkan kandungan serat, asam pantotenat dan vitamin K.

Daun Jelatang

Daun jelatang muda sering ditambahkan dalam salad atau dimasak menjadi sebuah hidangan. Para ahli herbal mengklaim bahwa jelatang memiliki sifat anti-inflamasi dan dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti diabetes dan kanker.

Namun, masih tidak ada cukup penelitian untuk mendukung klaim kesehatan yang diberikan. Bahkan efek samping dari jelatang cukup mengkhawatirkan karena dapat membuat gula darah menjadi rendah dan menimbulkan masalah perut.

Charcoal

Charcoal atau arang sebenarnya bukan makanan. Namun, sekarang makin banyak tren makanan yang menggunakan arang untuk klaim detoksifikasi. Banyak makanan diolah dengan menambahkan arang seperti untuk membuat es krim, kulit pizza, jus, bahkan wafel.

Arang aktif atau activated charcoal memang dapat digunakan untuk kondisi darurat seperti keracunan. Namun, Anda tidak boleh mengonsumsinya secara teratur. Arang akan mengganggu penyerapan nutrisi, sehingga bahan ini sebaiknya tidak ditambahkan ke dalam makanan Anda.

Bee Pollen

Bee pollen diklaim memiliki kandungan 35 persen protein. Ahli herbal mengklaim bahwa bee pollen dapat meningkatkan energi dan membantu menjaga kesehatan prostat. Namun, bee pollen merupakan makanan yang sangat mahal, dan Anda tidak akan mendapatkan banyak protein darinya jika Anda hanya menambahkan satu sendok teh bee pollen ke dalam smoothie yang Anda buat. Oleh karena itu, jika Anda ingin mendapatkan protein, sebaiknya Anda tetap mengonsumsi makanan yang sudah jelas kandungannya seperti ayam, ikan, telur, dan tahu yang mengandung protein dan harganya lebih terjangkau.

Mie Shirataki

Mie shirataki diklaim memiliki kalori dan karbohidrat yang lebih rendah. Mie shirataki terbuat dari konjak, yaitu akar yang kaya serat. Mie shirataki sering dikonsumsi oleh orang yang menerapkan diet keto, rendah karbohidrat, dan bebas biji-bijian.
Akan tetapi, penelitian yang dipublikasikan pada Journal of Obesity, hasil yang ditemukan dari konsumsi mie shirataki, tidak menemukan adanya perbedaan penurunan berat badan meski sama-sama minum serat glucomannan, yang merupakan bahan dasar dari mie shirataki.

Selain itu, konsumsi makanan rendah karbohidrat terlalu sering, kadar insulin dalam tubuh akan menurun secara drastis. Hal ini akan memicu pelepasan lemak sebagai pengganti dari sumber energi Anda. Hal ini akan membuat tubuh memproduksi banyak asam lemak bernama keton. Dalam kondisi kelaparan atau kekurangan asupan karbohidrat, keton dapat memberikan sejumlah energi guna menunjang kerja otak. Sayangnya, jika berlangsung dalam waktu yang cukup lama, zat keton ini akan mengganggu fungsi tubuh.