Direktur AXA Mandiri Joshua Rudi Nugraha di AXA Tower, Jakarta, Selasa, 5 November 2024.
IKNB

AXA Mandiri Janjikan Keamanan Dana di Asuransi Dwiguna, Apa Bedanya dengan Unitlink?

  • AXA Mandiri telah memiliki pengelolaan investasi yang aman dan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance/GCG). Pengelolaan investasi AXA Mandiri lebih banyak difokuskan pada instrumen yang aman, seperti obligasi pemerintah. Hal ini memastikan bahwa dana yang dikelola tetap stabil dan memberikan keuntungan yang wajar tanpa risiko tinggi.

IKNB

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - AXA Mandiri baru saja meluncurkan produk asuransi dwiguna bernama Asuransi Mandiri Masa Depan Sejahtera (MDS). Produk ini menjanjikan jaminan manfaat bagi nasabah dengan pengelolaan investasi yang aman dan terpantau. 

Asuransi MDS menawarkan manfaat dalam jangka waktu panjang tanpa risiko investasi yang tinggi, berbeda dari produk asuransi unitlink yang umumnya bergantung pada fluktuasi pasar.

Joshua Rudi Nugraha, Direktur AXA Mandiri, menjelaskan perbedaan mendasar antara asuransi dwiguna dan asuransi unitlink. Menurutnya, risiko pada unitlink sepenuhnya ditanggung oleh nasabah. 

“Kalau unitlink itu, yang punya risiko siapa? Nasabah, karena dia yang nanggung kalau turun investasi, nasabah yang terima kan? Kita cuma ngurusin asuransinya saja,” jelas Joshua dalam konferensi pers peluncuran Asuransi Mandiri Masa Depan Sejahtera (MDS) di Jakarta, Selasa, 5 November 2024. 

Sebaliknya, pada produk dwiguna seperti MDS, AXA Mandiri yang bertanggung jawab mengelola dan menjamin manfaat yang akan diterima nasabah. “Kalau dwiguna, kita yang atur, kita yang menjamin. Kita menjamin bahwa nasabah dapat manfaatnya, 12 tahun lagi. Itu sangat rentan dengan satu pengelolaan investasi,” lanjutnya.

Pengelolaan Investasi yang Aman dan Sesuai Tata Kelola

Joshua juga menekankan bahwa AXA Mandiri telah memiliki pengelolaan investasi yang aman dan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance/GCG). Pengelolaan investasi AXA Mandiri lebih banyak difokuskan pada instrumen yang aman, seperti obligasi pemerintah. Hal ini memastikan bahwa dana yang dikelola tetap stabil dan memberikan keuntungan yang wajar tanpa risiko tinggi.

“Kita punya pengelolaan investasi yang sangat baik, dan GCG kita bagus. Artinya, kita investasikan ke obligasi pemerintah, dengan GCG yang benar. Kita bisa pastikan bahwa kita menjamin apa yang kita sudah sampaikan kepada nasabah,” ujar Joshua.

Pengelolaan investasi yang aman ini, menurutnya, sangat penting karena menjamin keamanan dana nasabah dan mengurangi risiko dari fluktuasi pasar yang tinggi.

Rasio Kecukupan Modal dan Kesehatan Keuangan Perusahaan

Joshua menjelaskan bahwa AXA Mandiri juga memiliki Rasio Kecukupan Modal (Risk Based Capital/RBC) yang sangat sehat, yaitu sekitar 423% tahun lalu. 

Angka ini jauh di atas syarat minimum yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebesar 120%. “Artinya, di sisi perusahaan kita sangat sehat, dari GCG kita sehat, dan pengelolaan investasi kita diawasi oleh OJK,” ungkapnya.

Joshua menambahkan bahwa dana investasi AXA Mandiri diawasi oleh OJK, serta dipantau oleh Bank Mandiri dan AXA sebagai pemegang saham. Menurutnya, tata kelola dan pengawasan yang ketat ini membuat AXA Mandiri mampu mengelola investasi dengan tepat dan sesuai ketentuan.

Penempatan Investasi pada Instrumen yang Aman

Ketika ditanya mengenai alokasi dana investasi AXA Mandiri, Joshua menjelaskan bahwa sebagian besar dana dikelola dalam bentuk obligasi pemerintah yang memiliki risiko rendah. 

“Memang kita lebih dominan ke government bond. GCG kita benar-benar ketat, dan sesuai kebijakan investasi yang kita tentukan di awal. Untuk masalah keamanan, kebanyakan kita di obligasi pemerintah yang memang risikonya zero,” ujarnya.

Ia juga menekankan bahwa pengelolaan investasi dwiguna tidak melibatkan saham atau instrumen berisiko tinggi. Menurutnya, instrumen investasi yang dipilih selalu disesuaikan dengan profil risiko yang rendah, sehingga dana nasabah aman dari fluktuasi pasar yang signifikan.

Kebijakan Pengelolaan Risiko dalam Investasi Saham

Joshua juga membahas bahwa investasi perusahaan di saham mengalami penurunan dari Rp16 miliar menjadi Rp13 miliar dibandingkan tahun sebelumnya. 

Penurunan ini, menurutnya, merupakan bagian dari kebijakan AXA Mandiri untuk menjaga keamanan dan stabilitas hasil investasi. “Kadang kondisi kan tidak pasti, apalagi sekarang. AXA Mandiri selalu mencari yang pasti-pasti, bisa kita alihkan ke instrumen yang lebih aman seperti obligasi pemerintah,” jelas Joshua.

Ia menekankan bahwa dana dwiguna tidak digunakan untuk investasi di saham melainkan disimpan di instrumen-instrumen yang lebih aman, seperti obligasi pemerintah, yang secara umum memiliki risiko rendah. Hal ini dilakukan agar dana nasabah tetap terjaga dalam jangka panjang, sesuai dengan janji manfaat yang diberikan.

Jaminan Manfaat untuk Nasabah dalam Jangka Panjang

Sebagai penutup, Joshua menjelaskan bahwa salah satu keuntungan utama dari produk dwiguna seperti Asuransi Mandiri Masa Depan Sejahtera adalah adanya jaminan manfaat yang akan diterima nasabah dalam jangka waktu tertentu, misalnya 12 hingga 20 tahun ke depan. 

Dengan pengelolaan investasi yang terarah dan tata kelola perusahaan yang baik, AXA Mandiri berani memberikan jaminan tersebut kepada nasabahnya.

Joshua menekankan pentingnya memilih perusahaan asuransi yang sehat secara keuangan dan memiliki tata kelola yang baik. “Kalau asuransi itu kan menjaminnya 12 tahun ke depan, 20 tahun ke depan. Tapi kalau AXA Mandiri, aset saja Rp41 triliun, RBC 493% di tahun lalu. Jadi menurut saya sangat secure,” ujarnya.

Dengan pengelolaan dana investasi yang aman dan jaminan manfaat yang jelas, AXA Mandiri berharap produk Asuransi Mandiri Masa Depan Sejahtera (MDS) dapat memenuhi kebutuhan nasabah yang menginginkan jaminan keuangan di masa depan tanpa risiko tinggi seperti pada unitlink.