Kantor KB Bukopin KCP Tangerang City, Rabu 18 Agustus 2021. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Korporasi

Babak Akhir Sengketa Bosowa-KB Kookmin-OJK di Bank Bukopin

  • Perusahaan milik konglomerat Aksa Mahmud, PT Bosowa Corporindo resmi mengakhiri sengketa dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) soal Pemegang Saham Pengendali (PSP) di PT Bank Bukopin Tbk (BBKP). Usai sepakat menempuh jalan damai, Bosowa kini telah mencabut tuntutannya terhadap KB Kookmin dan OJK di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Korporasi
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – Perusahaan milik konglomerat Aksa Mahmud, PT Bosowa Corporindo resmi mengakhiri sengketa dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) soal Pemegang Saham Pengendali (PSP) di PT Bank Bukopin Tbk (BBKP). Usai sepakat menempuh jalan damai, Bosowa kini telah mencabut tuntutannya terhadap KB Kookmin dan OJK di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Vice President (VP) Corporate Secretary PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP) Meliawati mengatakan tindakan ini merupakan komitmen Bosowa untuk menyelesaikan sengketa. Selain itu, dirinya menjelaskan perkara hukum ini tidak memiliki implikasi terhadap kegiatan operasional serta keuagan BBKP.

“Gugatan dengan nomor perkara No.693/Pdt.G.2020/PN.Jkt.Pst telah dicabut oleh Bosowa selaku penggugat dan berlaku sejak tanggal 10 Agustus 2021 ketika pengumuman tersebut dirilis pada laman Sistem Informasi Penelusuran Perkara,” kata Meliawati dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat, 20 Agustus 2021.

Berdasarkan laporan keuangan semester I-2021, KB Kookmin masih mendominasi kepemilikan saham di BBKP, yakni 67%. Disusul oleh Bosowa Corporindo sebesar 9,7%, Negara Republik Indonesia 3,18%, dan publik 20,12%.

Perdamaian ini membuahkan peningkatan kepercayaan pasar terhadap BBKP. Hal ini tercermin dari keputusan  PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menaikkan peringkat Bank KB Bukopin menjadi “idAAA” dari “idAA”.

Selain itu, BBKP juga tancap gas dengan membukukan pertumbuhan  laba bersih hingga 194% secara tahunan (year on year/yoy) pada paruh pertama tahun ini.

Laba bersih BBKP terbang dari Rp21,75 miliar pada semester I-2020 menjadi Rp152,60 miliar pada semester I-2021. Padahal, pendapatan bunga BBKP pada semester I-2021 ini mengalami tekanan cukup dalam.

Pendapatan bunga BBKP terkorelasi hingga 39% yoy menjadi Rp2,02 triliun dari sebelumnya Rp3,31 triliun pada semester I-2020. Dengan beban bunga sebesar Rp1,63 triliun, pendapatan bunga bersih BBKP pada semester I-2021 ini mencapai Rp389,82 miliar.

Capaian itu lebih rendah 49% dibandingkan dengan semester I-2020 yang mencapai Rp768,59 miliar. Rupanya, pertumbuhan laba bersih yang signifikan itu dipicu oleh kemampuan BBKP meredam beban operasional hingga hampir 6 kali lipat.

Beban operasional BBKP ditekan dari RP705,32 miliar pada semester I-2020 menjadi Rp166,64 miliar pada semester I-2021.  Hal ini membuat laba bersih BBKP berhasil tumbuh meski pendapatan bunga mengalami tekanan.

Dari segi intermediasi bank, Bank KB Bukopin tercatat memberikan kredit sebesar Rp54,89 triliun. Capaian itu lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir 2020 yang sebesar Rp56,87 triliun.

Kualitas kredit BBKP diketahui mengalami penurunan. Kondisi ini tampak dari meningkatnya non performing loan (NPL) gross yang melesat dari 5,25% pada semester I-2020 menjadi 8,56% pada semester I-2020.

Serupa, NPL net Bank KB Bukopin ini juga terkerek naik dari 3,33 % pada semester I-2020 menjadi 4,92% pada semester I-2021. Catatan NPL gross dan net BBKP berada jauh di atas rata-rata industri yang masing-masing sebesar 3,24$ dan 1,06% pada semester I-2021

Kendati demikian, BBKP telah pasang kuda-kuda dengan memperkuat Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) aset keuangan terhadap aset produktif yang nilainya melesat dari 2,22% pada semester I-2020 menjadi 4,68% pada semester I-2021.

Net Interest Margin (NIM) BBKP terpeleset dengan turun menjadi 1,17% dari sebelumnya 1,93%. Adapun return on asset (ROA) BBKP mengalami peningkatan dari 0,13% pada semester I-2020 menjadi 0,52% pada semester I-2021.