Babak Belur! Dalam 3 Bulan, Rugi Garuda Indonesia Bengkak 219,86 Persen Tembus Rp5,60 Triliun
- Maskapai pelat merah, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) masih membukukan kinerja negatif pada kuartal I-2021
Korporasi
JAKARTA – Maskapai pelat merah, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) masih membukukan kinerja negatif pada kuartal I-2021.
Perseroan mencatat lesatan rugi bersih sebesar 219,86% year on year (yoy) menjadi US$384,34 juta atau setara Rp5,60 triliun (asumsi kurs Rp14.577 per dolar Amerika Serikat). Pada periode yang sama tahun sebelumnya, rugi bersih garuda tercatat mencapai US$120,16 juta secara tahunan.
Mengutip laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia, Minggu 1 Agustus 2021, bengkaknya kerugian perseroan disebabkan oleh anjloknya pendapatan pada tiga bulan pertama tahun ini. Pendapatan GIAA kuartal I-2021 sebesar US$353 juta, ambles 54,03% yoy dari tahun lalu US$768,12 juta.
- Pilih Damai, Aercap Ireland Cabut Gugatan Pailit Garuda Indonesia
- Mulai Bangkit, Chandra Asri (TPIA) Raup Laba Bersih Rp2,38 Triliun
- Penjualan Bijih Nikel ANTM Meningkat Lebih dari 12 Kali Lipat
Asal muasalnya, penerbangan berjadwal maskapai ini susut 57,49% yoy menjadi US$278 juta, dari US$654 juta tahun lalu. Sementara, penerbangan tidak berjadwal terekam melonjak 328,4% yoy menjadi US$22,78 juta, dari US$5,31 juta.
Di sisi lain, Garuda Indonesia sebetulnya sudah mengurangi beban usaha sebesar 25,75% yoy menjadi US$702 juta dari sebelumnya US$945 juta.
Adapun total aset emiten berkode saham GIAA ini tercatat sebesar US$10,578 miliar per 31 Maret 2021, turun dari US$10,789 miliar pada 31 Desember 2020.
Kemudian, total liabilitas per 31 Maret 2021 naik menjadi US$12,9 miliar, dari US$12,73 miliar pada akhir 2020. Adapun ekuitas GIAA negatif pada kuartal I-2021, yaitu US$2,32 miliar, dari negatif US$1,94 miliar pada 31 Desember 2020.