Ilustrasi industri tekstil
Makroekonomi

Badai PHK Industri Tekstil, Wujud Investasi Loyo?

  • Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) terus dihantam isu Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat banyaknya pabrik yang gulung tikar akhir-akhir ini. Masalah lain yang terus dihadapi produsen TPT nasional adalah banjir produk impor ilegal hingga investasi yang dinilai minim.

Makroekonomi

Debrinata Rizky

JAKARTA - Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) terus dihantam isu Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat banyaknya pabrik yang gulung tikar akhir-akhir ini. Masalah lain yang terus dihadapi produsen TPT nasional adalah banjir produk impor ilegal hingga investasi yang dinilai minim.

Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ian Syarif industri mengatakan, TPT juga tak banyak mendapat aliran investasi. Minimnya investor berinvestasi di industri TPT salah satunya dikarenakan beban pemindahan infrastruktur produksi yang tidak dimiliki di Indonesia.

Akibat dari kondisi ini, utilisasi industri TPT dari hulu sampai hilir berada di angka 50%. Dampak dari utilisasi yang rendah tersebut adalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

"Sentra industri TPT terdapat di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Namun, sejak awal tahun hingga akhir tahun 2023, total PHK yang terjadi di kedua provinsi tersebut di industri TPT berada dikisaran 7.200 tenaga kerja," katanya kepada TrenAsia.com pada Kamis, 13 Juni 2024.

Investasi di Industri Tekstil

Melihat dari data investasi dalam laman National Single Window for Investment (NSWI) BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal), Penanaman Modal Asing (PMA) industri tekstil sepanjang 2023 menembus angka US$457,53 ribu atau Rp7,4 miliar. Sedangkan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) lebih jumbo diangka Rp7,949 juta.

Sepanjang 2023 Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi sepanjang 2023 mencapai Rp1.418,9 triliun atau melebihi dari target yang ditentukan Presiden Joko Widodo sebesar Rp1.400 triliun.

Tiga besar sektor PMA dan PMDN sepanjang 2023, didominasi pertama oleh industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya mencapai Rp200,3 triliun. Posisi kedua transportasi, gudang dan telekomunikasi Rp159,8 triliun disusul pertambangan di angka Rp156,5 triliun.

Posisi keempat ada pada sektor Perumahan, Kawasan industri dan Perkantoran dengan raihan realisasi sebesar Rp115,2 triliun dan terakhir sektor Industri Kimia dan Farmasi Rp105 triliun.

Sedangkan pada 2024 dilansir pada Jumat, 14 Juni 2024 PMA industri tekstil mencapai US$194,28 ribu atau Rp3,18 miliar. Lalu disusul perolehan PMDN mencapai Rp1,713 juta.

Berdasarkan catatan TrenAsia.com, secara total realisasi investasi kuartal IV-2023 mencapai Rp365,8 triliun atau mengalami pertumbuhan 26,1% (quater to quarter) atau secara kuartalan. Ada lima sektor yang paling banyak menyerap realisasi investasi pada kuartal I-2024.

Lima besar sektor penyerap realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) kuartal I-2024, pertama diduduki oleh sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatanya sebesar Rp48,1 triliun disusul transportasi, gudang dan telekomunikasi sebesar Rp48 triliun.

Ketiga ada pertambangan sebesar Rp42,3 triliun, keempat ada sektor perumahan, kawasan industri dan perkantoran dengan capaian Rp29,4 triliun dan terakhir industri makanan diangka  Rp29 triliun. lagi lagi tekstil tak masuk ke dalam daftar 5 besar realisasi PMA dan PMDN terbesar.