Waspada! Teknologi AI Dapat Memudahkan Peretas Mencuri Password Anda
Nasional

Bagaimana AI Dapat Memengaruhi Preferensi Orang

  • Peran AI terhadap pengaruh tingkah laku masyarakat, serta mengubah cara pandang seseorang dalam realitas.

Nasional

Ilyas Maulana Firdaus

JAKARTA — Pengaruh kemajuan teknologi dan digital menjadi perkembangan zaman yang tidak dapat dihindarkan, segala aspek kehidupan manusia, teknologi pasti ada di dalamnya. Artificial intelligence atau kepintaran buatan menjadi salah satu perkembangan teknologi yang marak digunakan.

Dilansir dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Deputi IV Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Mohammad Rudy Salahuddin, mengatakan tercatat 213 juta atau lebih dari 77% populasi di Indonesia sudah menjadi pengguna internet dan pertumbuhan startup yang menggunakan teknologi AI. 

Besarnya jumlah pengguna internet sekarang secara tidak langsung mengatakan bahwasannya 77% populasi di Indonesia bisa mendapatkan kemudahan akses informasi yang benar ataupun hoax (berita bohong). Pada kuartal pertama tahun 2023 Kominfo mengatakan bahwa teridentifikasi 425 isu hoax yang tersebar melalui internet. 

Jumlah isu hoax yang beredar pada kuartal 2023 ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan isu hoax yang tersebar pada kuartal pertama pada tahun 2022 dengan jumlah 393 isu. 

Echo Chambers dan Tingkah Laku Masyarakat

Cass Sunstein dalam bukunya berjudul “Echo Chambers” menjelaskan bagaimana internet berdampak kepada masyarakat dan demokrasi, di dalam bukunya Sunstein memaparkan konsep echo chambers. Konsep tersebut menggambarkan bagaimana manusia mengisolasi diri mereka secara daring atau online, dengan kelompok yang memiliki pandangan yang sama.

Dengan demikian echo chambers atau ruang gema ini memiliki potensi besar menciptakan polarisasi sosial, polarisasi yang diciptakan berpengaruh pada hilangnya komunikasi pribadi atau kelompok. Peran AI juga dapat digunakan untuk menjadi senjata dan memulai perang informasi di media sosial, dalam contoh kasus Donald Trump dan konsultan politiknya yang menggunakan teknologi AI untuk memanipulasi preferensi orang, melalui iklan dari platform media sosial Facebook. 

Ruang gema dalam dunia digital dengan adanya AI, teknologi semakin mempersonalisasi pengalaman seseorang dalam dunia digital. Meskipun dengan tujuan yang baik yaitu meningkatkan keterlibatan pengguna terhadap media dan teknologi, namun hal tersebut menjadi tantangan tersendiri seperti menyebabkan misinformasi serta persepsi realitas menyimpang.

Melalui algoritma canggih, AI dapat menyajikan rekomendasi konten yang sesuai dengan minat individu, baik di media sosial, layanan streaming, maupun e-commerce. Selain itu, personalisasi iklan yang didorong oleh AI memungkinkan penargetan yang lebih akurat, mempengaruhi keputusan pembelian dan preferensi konsumsi. 

Dengan menciptakan "filter bubble" dan mengubah cara kita berinteraksi dengan platform digital, AI tidak hanya memperkuat minat yang ada tetapi juga memperkenalkan minat baru, membentuk pola perilaku pengguna di dunia maya.

Dalam jurnal penelitian yang dilakukan oleh Sumanta Pramanik dan Shri Krishna tahun 2022, dalam jurnal penelitian tersebut menjabarkan bagaimana AI digunakan untuk melakukan imperialisme ideologi. Di beberapa negara seperti Inggris, Prancis, dan Jepang menggunakan bantuan kecerdasan buatan untuk mengumpulkan informasi pribadi. Kegiatan mengumpulkan informasi pribadi ini bertujuan untuk melakukan pengawasan besar-besaran kepada masyarakat.