Bagaimana Biogas Berperan Jadi Energi Alternatif?
JAKARTA – Pengolahan limbah organik menjadi biogas dianggap sebagai salah satu upaya dalam memanfaatkan energi alternatif. Langkah ini diharapkan bisa mendukung pencapaian bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025. Yayasan Rumah Energi, misalnya, menginisiasi pengembangan biogas untuk mencapai target satu juta biodigester di Indonesia. Direktur Eksekutif Yayasan Rumah Energi Rebekka Angelyn mengungkapkan, […]
Industri
JAKARTA – Pengolahan limbah organik menjadi biogas dianggap sebagai salah satu upaya dalam memanfaatkan energi alternatif.
Langkah ini diharapkan bisa mendukung pencapaian bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025.
Yayasan Rumah Energi, misalnya, menginisiasi pengembangan biogas untuk mencapai target satu juta biodigester di Indonesia.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
Direktur Eksekutif Yayasan Rumah Energi Rebekka Angelyn mengungkapkan, biogas merupakan salah satu produk paling efektif untuk memanfaatkan energi pengganti gas.
Dalam sebuah konferensi daring beberapa waktu lalu, Rebeka bercerita timnya pernah menguji kotoran hewan untuk dijadikan listrik. Hasilnya, bahan tersebut bisa menghidupkan genset berkapasitas 1.000 Watt jika menggunakan biogas sebesar 12 meter kubik.
Dengan kata lain, feedstock atau jumlah sapi komunal yang dibutuhkan untuk menghidupkan genset ini ada 13 ekor.
Meskipun demikian, ia mengungkapkan ada sejumlah tantangan yang dihadapi, seperti perbedaan pola perilaku pengguna biogas antardesa, kebijakan dari hulu ke hilir, serta permasalahan biaya untuk pengembangan biogas.
“Untuk bisa mendorong satu juta biogas rumah, dibutuhkan kebijakan dari hulu ke hilir yang pararel,” ungkapnya.
Rebekka pun mendorong Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebagai leading sector, untuk mengajak kementerian terkait, yakni Kementerian Pertanian, Kementerian Koperasi, dan Kementerian Lingkungan Hidup untuk turut serta mendukung proyek biogas dan produk turunannya.
Dalam ranah pembiayaan, kata dia, strategi pengembangan biogas bisa menggunakan skema subsidi dan masuk ke pasar. Keterlibatan koperasi, lembaga keuangan mikro, perbankan, dan fintech (financial technology) dinilai penting untuk masuk ke proyek biogas.
Sebab, kata Rebekka, jangka waktu penggunaan biogas oleh masyarakat bisa dalam kurun 15-20 tahun. “Jadi, nilai keekonomian bisa meningkat dari pengolahan limbah menjadi biogas,” ungkapnya.
Dengan demikian, pendapatan lain bisa ikut terdorong dari pemanfaatan biogas, seperti pemanfaatan pupuk yang dikenal dengan nama (bioslurry).