javelin.jpg
Nasional

Bagaimana Cara Memasok Senjata ke Ukraina?

  • Invasi Rusia ke Ukraina telah mendorong banyak negara untuk memberi dukungan kepada Kiev berupa bantuan senjata. Jerman yang telah lama menolak mengirim se

Nasional

Amirudin Zuhri

Invasi Rusia ke Ukraina telah mendorong banyak negara untuk memberi dukungan kepada Kiev berupa bantuan senjata. 

Jerman yang telah lama menolak mengirim senjata ke zona konflik dan mengirimi Ukraina 5.000 helm sebelum perang, kini mengirim rudal anti-tank dan rudal permukaan-ke-udara. 

Uni Eropa, entitas tanpa pasukan dan satu hadiah Nobel perdamaian juga mengirimkan peralatan mematikan senilai sekitar US$499 juta. Bahkan Luksemburg yang kecil pun mengirimkan jip, tenda, dan 100 rudal anti-tank NLAW. Swedia dan Finlandia yang selama ini dikenal sebagai negara netral pun ikut mengirimkan bantuan senjata.

Sebagimana dikutip dari The Economist Senin 7 Maret 2022, pemerintah Barat tentu saja tidak ingin mengambil risiko konflik langsung dengan Rusia dengan mengirimkan pasukan mereka sendiri. Sehingga bantuan militer adalah cara yang lebih tepat untuk memberi kekuatan pada Ukraina melakukan perlawanan.

Sejak 2014 banyak negara telah memasok bantuan militer yang tidak mematikan ke Ukraina. Amerika baru setuju  memasok senjata mematikan pada 2017. Pada April 2018, pengiriman pertama yang terdiri dari 210 rudal Javelin dan 37 peluncur tiba. 

Sebelum perang dimulai, pasokan semacam itu dapat dengan mudah diterbangkan ke Kyiv, ibu kota Ukraina. Bahkan media  akan diundang untuk menyaksikan paket senjata yang diturunkan. Sekarang mengirimkan apa pun ke Ukraina menjadi jauh lebih sulit. Pesawat kargo yang membawa senjata berisiko ditembak jatuh.

Namun teman-teman Ukraina sangat ingin membantu. Tantangan pertama adalah soal pengadan. Industri pertahanan biasanya akan membutuhkan waktu lama untuk menyediakan senjata karena biasanya akan sangat tergantung pada anggaran dan juga negosiasi kontrak.

Jadi kemungkinan besar senjata yang dikirim ke Ukraina adalah merupakan stok yang dimiliki oleh negara donor. Amerika misalnya, memiliki banyak stok senjata yang ditarik dari Afghanistan dan belum menemukan misi baru. Mereka akan bisa dengan cepat dikirim ke Ukraina.

Tentu saja, meski senjata itu telah menjadi milik sebuah negara, memberikannya ke negara lain tidak sesederhana yang dibayangkan. Persetujuan oleh negara yang memproduksi senjata itu tetap harus diperlukan. Sebagian besar senjata bantuan adalah buatan Amerika atau Inggrs. Dan karena kedua negara tersebut sangat menentang Rusia, izin sepertinya tidak menjadi masalah.

Risiko tinggi

Mengirimkan senjata ke Ukraina juga bukan hal tanpa risiko. Tindakan ini bisa dianggap Rusia sebagai sikap permusuhan. Atau bahkan mungkin semacam pernyataan perang.

Dan sekarang pengiriman senjata tidak bisa langsung ke Ukraina melalui udara, tetapi melalui jalur darat dengan melintasi perbatasan sebuah negara. Tidak semua anggota NATO siap untuk menjadi jalur pengiriman.

Hongaria misalnya, telah menolak dengan mengatakan bahwa pengiriman itu mungkin akan menjadikan mereka sebagai sasaran serangan militer Rusia.Ada beberapa preseden di mana Soviet menyerang dan membom sejumlah tempat di Pakistan yang disebut sebagai pendukung Afghanistan.

Mata-mata Rusia juga disebut telah meledakkan sebuah gudang senjata yang terkait dengan Ukraina pada tahun 2015. 

Beberapa senjata juga dinilai akan terlalu berbahaya dikirim ke Ukraina. Beberapa waktu lalu Polandia, Slovakia dan Bulgaria menolak untuk mengirimkan jet tempur bekas mereka untuk digunakan Ukraina. Senjata ini akan terlalu panas bagi Rusia.

Meski demikian, setelah perang pecah, senjata terus mengalir ke Ukraina. Detil bagaimana senjata itu dikirim adalah rahasia yang dijaga ketat. Tetapi salah satu rute utama aalah melalui perbatasan Polandia-Ukraina. Senjata pasokan dari Jerman dan Amerika dipastikan menggunakan jalur ini.

Saat ratusan ribua pengungsi berbondong-bondong meninggalkan Ukraina, pada saat yang bersamaan jalur itu juga digunakan untuk memasukkan senjata. Pengiriman besar akan sulit untuk disamarkan dan rentan diserang begitu mereka memasuki negara tersebut. Sejumlah laporan menyebutkan helicopter Rusia terlihat aktif di sekitar perbatasan dengan Polania. Tetapi ini juga berisiko memunculkan kesalahan. Jika Rusia menyerang bantuan senjata itu dan terbukti serangan masuk ke wilayah Polandia, maka bisa dianggap sebagai serangan dan menyeret NATO untuk bersama-sama menyatakan perag.

Rusia sendiri berulang kali mengancam berbagai negara yang telah memberikan bantuan senjata ke Ukraina. Kementerian Pertahanan Rusia menyebut negara-negara itu gagal memahami bahwa tindakkanya mengandung risiko besar. Tetapi pemasok senjata ke Ukraina sejauh ini tampaknya belum gentar dengan ancaman seperti itu. Tetapi bagaimanapun aliran senjata ini adalah bagian paling berbahaya yang bisa memperluas peta perang yang ada sekarang ini.