Bagaimana Dampak Kehancuran SVB kepada Sektor Fintech Indonesia? Begini Pendapat IFSoc
- IFSoc berpandangan bahwa pernyataan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenai penutupan SVB yang tidak berdampak langsung ke Indonesia adalah kabar yang melegakan di tengah begitu banyaknya spekulasi, khususnya di sektor fintech.
Industri
JAKARTA - Indonesia Fintech Society (IFSoc) mengemukakan pendapat soal keterkaitan antara kehancuran Silicon Valley Bank (SVB) dan sektor fintech di Indonesia.
Melalui keterangan yang diterima TrenAsia, Jumat, 17 Maret 2023, IFSoc berpandangan bahwa pernyataan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenai penutupan SVB yang tidak berdampak langsung ke Indonesia adalah kabar yang melegakan di tengah begitu banyaknya spekulasi, khususnya di sektor fintech.
Kendati demikian, IFSoc pun mengingatkan bahwa peristiwa yang terjadi di tengah tech winter ini perlu dicermati secara serius sebagai sebuah sinyal dan peringatan awal agar sektor fintech dalam negeri bisa memperkuat tata kelola perusahaan dan manajemen risiko.
- BTN Gelar RUPST Hari Ini, Inilah 9 Agenda yang Diusung
- Gugatan PKPU WSKT Dicabut, Suspensi Saham WSBP Dibuka Pekan Depan
- Lelah Mental, Saosin Batal Tampil di Hammersonic Jakarta
Ketua Steering Committee IFSoc Rudiantara mengatakan, spekulasi di dunia maya mengenai penutupan SVB berkembang dengan sangat cepat.
Spekulasi yang berkembang liar ini pun dinilai IFSoc dapat memicu kepanikan masyarakat, termasuk di sektor fintech.
"Oleh karena itu, kami mengapresiasi OJK yang dengan cepat mengeluarkan pernyataan yang menenangkan masyarakat terkait isu ini. Hal ini akan membantu memberikan kepastian informasi dan mengerem perkembangan berbagai spekulasi yang berpotensi mengganggu kekondusifan sektor keuangan dan fintech di Indonesia," kata Rudiantara.
Walau menyetujui bahwa kehancuran SVB tidak akan berdampak langsung, Rudiantara tetap menekankan bahwa sektor keuangan digital di Indonesia tetap harus waspada dan senantiasa mencermati perkembangan situasi yang sedang berlangsung.
Sementara itu, Steering Commitee IFSoc Dyah Makhijani mengatakan bahwa runtuhnya SVB tetap perlu diperhatikan dengan seksama agar menjadi pembelajaran dan penguatan untuk sektor fintech ke depannya.
"Upaya mitigasi berupa penguatan tata kelola dan penerapan manajemen risiko yang lebih baik menjadi kunci dalam mewujudkan kontinuitas sektor keuangan digital. Good corporate governance mutlak diimplementasikan untuk menjaga kepercayaan publik yang saat ini sangat antusias denan perkembangan sektor keuangan digital kita," kata Dyah.
- Ini Dia 3 Alternatif WhatsApp Jika Anda Tidak Ingin Berbagi Data dengan Facebook
- Musim RUPST Himbara Tiba, Siapa Bakal Digeser Siapa?
- Perputaran Uang Raksasa di Balik Konser BLACKPINK
Kemudian, Steering Committee IFSoc Tirta Segara mengemukakan pendapatnya bahwa kenaikan suku bunga di negara maju telah berpengaruh pada kemampuan perusahaan start up, termasuk di sektor fintech, untuk mendapatkan pendanaan murah.
Fenomena ini semakin diperparah oleh turunnya nilai aset likuid bank yang diduga berkaitan dengan keruntuhan SVB. Menurut pengamatan IFSoc, sepanjang tahun 2022, nilai pendanaan memang meningkat, tapi jumlah transaksinya mengalami penurunan.
"Start up fintech telah memasuki babak baru. Saat ini investor lebih selektif dalam memberikan pendanaan dengan lebih berfokus pada profitabilitas dibandingkan growth," kata Tirta.
Menurut Tirta, kondisi ini perlu direspon dengan membangun ekosistem dan model bisnis fintech yang juga lebih fokus kepada laba bersih ketimbang volume dan pertumbuhan semata.