<p>Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar di kantor cabang Bank Mandiri, Jakarta, Senin, 22 Maret 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Pasar Modal

Bagaimana Nasib Rupiah Setelah Neraca Perdagangan Surplus Lagi? Begini Prediksi Analis

  • Pada hari Senin, 17 Oktober 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data neraca perdagangan Indonesia per September 2022 yang mencatat surplus senilai US$4,99 miliar atau setara dengan Rp76,84 triliun dalam asumsi kurs Rp15.400 perdolar Amerika Serikat (AS).
Pasar Modal
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Nasib Rupiah turut dipengaruhi oleh perilisan data neraca perdagangan Indonesia yang tercatat mengalami surplus lagi untuk ke-29 kalinya selama berturut-turut sejak Mei 2020.

Pada hari Senin, 17 Oktober 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data neraca perdagangan Indonesia per September 2022 yang mencatat surplus senilai US$4,99 miliar atau setara dengan Rp76,84 triliun dalam asumsi kurs Rp15.400 perdolar Amerika Serikat (AS).

Bertepatan dengan perilisan data neraca dagang September 2022, nilai kurs rupiah ditutup melemah 60 poin di level Rp15.487 perdolar AS menurut data perdagangan Bloomberg.

Menurut Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra, pelemahan rupiah terhadap dolar AS masih berpeluang terjadi karena masih tingginya kekhawatiran soal kenaikan suku bunga acuan bank sentral The Federal Reserve (The Fed) dan potensi resesi global yang sudah dikoar-koarkan oleh banyak pihak.

"Mendekatnya spread suku bunga acuan AS dengan Bank Indonesia (BI) membuat aset dolar AS menjadi lebih menarik dibandingkan rupiah sehingga rupiah menjadi tertekan," ujar Ariston kepada TrenAsia, Selasa, 18 Oktober 2022.

Walaupun pelemahan rupiah diprediksi tidak terelakkan, namun Ariston berpendapat bahwa di sisi lain, laju pelemahan tersebut mampu sedikit tertahan oleh sentimen positif dari surplusnya neraca dagang Indonesia untuk September 2022.

Menurut Ariston, nilai kurs rupiah untuk perdagangan hari ini masih berpotensi melemah hingga menembus Rp15.500 perdolar AS dengan potensi support di kisaran Rp15.400-Rp15.420 perdolar AS.

Sementara itu, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengemukakan hal senada. Menurut Ibrahim, dolar AS masih berpotensi menekan rupiah akibat tingginya angka inflasi yang mendorong The Fed untuk terus mengerek suku bunga.

Tidak hanya itu, pengaruh dari krisis energi dan gangguan rantai pasok akibat konflik Rusia-Ukraina pun membuat dolar AS terus menguat sehingga mata uang garuda harus terkena imbasnya.

"Atas dasar ini, respon yang lebih tepat dalam menghadapi tingginya dolar saat ini adalah dengan membiarkan nilai tukar rupiah mengalami penyesuaian sambil menggunakan kebijakan moneter untuk menjaga inflasi tetap dekat dengan targetnya," ujar Ibrahim dikutip dari riset harian, Selasa, 18 Oktober 2022.

Menurut Ibrahim, untuk perdagangan hari ini, nilai kurs rupiah yang dibuka menguat di posisi Rp15.469 perdolar AS berpotensi untuk melemah di kisaran Rp15.450-Rp15.500 perdolar AS.