
Bagaimana Proyeksi Dividen PTBA di Tengah Belanja Modal Jumbo 2025?
- PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatatkan rekor penjualan batu bara pada 2024, menjadi sinyal positif bagi investor yang mencari passive income dari dividen. Namun, tantangan belanja modal dan harga batu bara di 2025 dapat mempengaruhi keputusan rasio pembayaran dividen.
Korporasi
JAKARTA - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) telah konsisten membagikan dividen tinggi selama lima tahun terakhir, kecuali pada masa pandemi Covid-19. Sebagai perusahaan BUMN di sektor pertambangan, PTBA menjadi pilihan menarik bagi investor yang mencari passive income dari dividen yang stabil.
Asal tahu saja, pada tahun 2024, PTBA mencatatkan rekor penjualan batu bara tertinggi sepanjang sejarah, mencapai 42,9 juta ton, meningkat 16% dibandingkan tahun sebelumnya, dengan ekspor yang melonjak 30%.
Dengan kinerja penjualan yang luar biasa, proyeksi dividen PTBA untuk tahun 2024 terlihat optimistis. Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail, mengungkapkan bahwa perusahaan ini rutin membagikan dividen jumbo dengan yield yang tinggi setiap tahunnya.
Misalnya, lanjut Arsal, untuk dividen tahun buku 2022, Arsal menyebutkan bahwa PTBA membagikan dividen hingga 100% dari laba bersih perusahaan. Rasio pembayaran dividen tersebut jelas menjadikan PTBA pilihan tepat bagi investor yang ingin mendapatkan passive income yang dapat diandalkan.
"Pada tahun buku 2023, kami menghadapi tantangan net zero emission dan tantangan ekonomi. Oleh karena itu, dividen yang dibagikan hanya 75% dari laba bersih," ujar Arsal dalam acara Fortune Indonesia Summit 2025 di Jakarta, Kamis, 6 Februari 2025.
Arsal juga menambahkan bahwa PTBA tidak pernah absen dalam membagikan dividen kepada pemegang saham. Namun, dia belum dapat memastikan apakah pembagian dividen untuk tahun buku 2024 akan sebesar tahun buku 2022 yang mencapai 100%.
Menurutnya, besaran dividen adalah keputusan yang berada di tangan pemegang saham. "Dividen itu merupakan ranah pemegang saham. Mengenai besarannya, itu tergantung keputusan dari pemegang saham," kata Arsal.
Secara historis, PTBA biasanya mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPS Tahunan) pada bulan April, seringkali di minggu kedua atau ketiga bulan tersebut. Namun, tanggal pastinya bisa berbeda setiap tahun tergantung pada keputusan manajemen dan regulasi yang berlaku.
Seiring dengan hal tersebut, pembagian dividen emiten bersandikan PTBA dibayarkan pada pertengahan tahun. Adapun pada tahun 2023, perusahaan ini membagikan dividen dengan rasio 75% dari laba bersihnya, sehingga investor memperoleh dividen Rp397,712 per saham. Nah berikut rinciannya dalam lima tahun terakhir.

Sementara itu, saham PTBA saat ini diperdagangkan di level Rp2.630 per saham, yang mencerminkan pelemahan sebesar Rp2.630 per saham. Secara year to date, saham ini juga terpantau telah melemah 1,87%.
Taksiran Dividen
Sementara itu, analis MIrae Asset Sekuritas memperkirankan Analis Mirae Asset Sekuritas, Rizkia Darmawan dan Wilbert Arifin, memperkirakan PTBA perlu menyesuaikan rasio dividen 2025 untuk mengakomodasi peningkatan belanja modal dan target produksi, dengan asumsi laba bersih 2024 Rp4,5 triliun.
Asal tahu saja, PTBA berencana meningkatkan volume penjualan dan produksi batu bara menjadi 50 juta ton pada 2024, naik 16,8% dan 19,4% secara tahunan, meskipun permintaan dari China melambat. Permintaan dari India dan Asia Tenggara diperkirakan tetap kuat, yang mendukung volume, meski harga dapat tertekan.
“Untuk pertumbuhan jangka panjang, PTBA mengalokasikan belanja modal (capex) sebesar Rp7 triliun, jauh lebih tinggi dari rata-rata lima tahun yang Rp2,5 triliun. Sebagian besar alokasi ini untuk ekspansi jalur kereta dan hilirisasi batu bara,” jelasnya.
Dengan cadangan kas 2024 Rp5,7 triliun, PTBA menghadapi tantangan dalam membagikan dividen dan membiayai belanja modal 2025. Namun, jika laba kuartal IV 2024 melebihi ekspektasi, belanja modal dapat diserap bertahap, dan pendanaan tambahan diperoleh melalui utang atau laba ditahan, tantangan ini bisa diatasi.
Berdasarkan arahan manajemen PTBA, lebih dari 50% belanja modal 2025 akan didanai utang, dan Mirae Asset memperkirakan rasio dividen tahun ini akan kembali normal 50%, dengan dividen sekitar Rp195 per saham, yang memberi yield 7,4% pada harga saham Rp2.650.
Meskipun pertumbuhan produksi dan penjualan mendukung stabilitas laba, moderasi harga jual batu bara pada 2025 memerlukan kehati-hatian dalam investasi. "Kami akan memantau tren arus kas PTBA, mengingat komitmen belanja modal tinggi pada 2025 dan dampaknya terhadap keberlanjutan dividen 2024," pungkasnya.